Kurikulum Filanesia di Balik Penunjukan Bima Sakti untuk Timnas U-19

By Segaf Abdullah - Jumat, 24 November 2017 | 06:18 WIB
Pelatih timnas Indonesia, Luis Milla, dan asisen pelatih Bima Sakti, saat mendampingi timnya melawan timnas Suriah U-23 dalam partai uji coba di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jawa Barat, Sabtu (18/11/2017). (HERKA YANIS PANGARIBOWO/TABLOID BOLA/BOLASPORT.COM)

Kurikulum Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia) coba diterapkan oleh PSSI demi timnas Indonesia di Piala Dunia 2034.

Salah satu proses dalam menjalankan kurikulum tersebut yakni menerapkan konsep kepelatihan berjenjang yang dimulai pada timnas U-23 dan U-19.

Hal itu diungkapkan oleh Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, dalam rilis yang diterima BolaSport.com pada Jumat (24/11/2017) dini hari WIB.

(Baca Juga: Pep Guardiola Puji Pelatih Berdarah Indonesia yang Akhiri Puasa Gelar Timnya Selama 18 Tahun)

"Dengan konsep ini, kami berharap terjadi komunikasi dan pembinaan yang baik pada masa transisi dari Indra Sjafri ke Bima Sakti," tutur Tisha.

Dalam Filanesia, seorang pelatih harus memiliki kemampuan dalam perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Selain itu, seorang pelatih juga minimal harus memiliki tidak kompetensi inti yakni, wawasan sepak bola, kepelatihan, dan manajemen.

(Baca juga: 5 Pemain Liga Super Malaysia yang Layak Diburu Klub-klub Indonesia untuk Musim 2018)

"Fokus PSSI kini lebih diarahkan kepada program usia muda dengan mengadopsi Filanesia yang diluncurkan pada Oktober lalu," ujar Tisha.

"Kami menyiapkan mimpi besar untuk tampil pada Piala Dunia 2034. Untuk mewujudkan mimpi tersebut, kita harus tampil lebih dulu di Olimpiade 2024 sebagai tolok ukur," ucap perempuan jebolan Insitut Teknologi Bandung (ITB) itu.