PSSI Adopsi Sepak Bola Eropa Soal Penambahan Regulasi Pemain Muda

By Muhammad Robbani - Minggu, 24 Desember 2017 | 17:17 WIB
Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, memberikan sambutan dalam Kongres Tahunan PSSI Jawa Timur yang berlangsung selama dua hari, 25-26 Oktober 2017 di Hotel Agro Kusuma Batu, Jawa Timur, Rabu (25/10/2017) sore. (SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)

Setiap klub Liga 1 musim 2018 diwajibkan untuk mendaftarkan 7 pemain muda berusia di bawah 23 tahun.

Jumlah itu meningkat jika dibandingkan musim 2017 dengan hanya wajib mendaftarkan 5 pemain U-23.

Selain itu, setiap klub bisa mendaftarkan 23 pemain tanpa batasan usia, sehingga total skuat menjadi 30 pemain.

Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono punya alasan tentang akan diberlakukannya aturan itu.

Dengan diberalakukannya aturan itu, setiap klub diharapkan bisa memaksimalkan pemain muda yang ada.

Setiap klub, minimal akan bermain di dua kompetisi yakni Liga 1 dan Piala Indonesia.

"Kemarin tidak dibatasi skuat seniornya, sekarang dari 30 ada 23 tanpa batasan usia," kata Joko Driyono.

"Kami ingin ada mobiltasnya dengan jadwal yang ketat, klub bisa memaksimalkan pemain muda mereka," ucapnya menambahkan.

Pria yang biasa disapa Jokdri itu mengaku bahwa aturan itu mengadopsi peraturan di sepak bola Eropa.

Di Liga Inggris misalnya, aturan itu memang sudah lazim dengan istilah Homegrown Player.

"Teman teman harus punya perbandingan dengan Jepang, Australia, dan negara-negara Eropa. Eropa misalkan menggunakan aturan homegrown player."

"Artinya, pemain yang sekurang-kurangnya dilatih 36 bulan di akademi di negara itu. Dan setiap klub wajib mendaftarkan sekurang kurangnya 5-6 pemain di skuat mereka."

"Kami juga ingin jadi contoh, yang ke depan akan jadi pertimbangan adanya home grown player," tandasnya.