Pengalaman Pahit di Bali, Djanur Minta Wasit Bersikap Netral

By Kamis, 29 Maret 2018 | 13:19 WIB
Pelatih PSMS Medan, Djadjang Nurdjaman (kanan), memberi keterangan kepada media saat timnya melakoni laga uji coba melawan PSS Sleman di GOR Purna Krida, Denpasar, Bali, Minggu (4/3/2018). (ABDI PANJAITAN/BOLASPORT.COM)

Pelatih PSMS Medan, Djadjang Nurdjaman, tak mau berkomentar terlalu banyak soal wasit yang akan memimpin laga kedua Liga 1 2018 melawan Bhayangkara FC di Stadion Teladan, Medan, pada Sabtu (31/3/2018).

Meskipun merasa timnya sudah dirugikan oleh kepemimpinan wasit saat melawan Bali United, Djadjang menyerahkan penilaian kepada penonton.

“Saya tidak mau banyak berkomentar soal ini (wasit, red). Masyarakat tahu dan biarkan mereka menilai sendiri. Biarkan mereka yang memvonis,” ucap pelatih yang akrab disapa Djanur tersebut kepada BolaSport.com.

(Baca Juga: Jose Mourinho Kembali Rayu Gareth Bale untuk Gabung Manchester United)

“Saya hanya minta wasit memimpin dengan fair saja. Tidak menuntut memihak tuan rumah,” kata Djanur.

Namun, Djanur mendengar ada tradisi bahwa setiap wasit yang memimpin laga di Stadion Teladan tidak pernah memihak tuan rumah.

(Baca Juga: Marcus Gideon/Kevin Sanjaya Mengubah Bulu Tangkis Menjadi Lebih Menghibur)

“Saya dengar kalau di Medan wasit yang memimpin laga enggak pernah memihak ya? Enggak tau juga kenapa atau faktor apa yang membuat begitu,” ucap Djadjang Nurdjaman.

“Saya hanya berharap wasit yang memimpin laga PSMS versus Bhayangkara, wasitnya fair. Saya ingin wasit netral,” ujar Djanur.

 

Apa persiapan Perbasi menyambut Piala Dunia Basket tahun 2023 di Jakarta? Salah satunya mendatangkan sepuluh pebasket Under 15 (U15) Afrika. Danny Kosasih, Ketua Umum Perbasi, menganggap para pebasket Afrika memiliki potensi yang luar biasa untuk membantu timnas Indonesia bersaing di Piala Dunia. Rencananya, sepuluh pebasket Afrika itu akan dijadikan warga negara Indonesia. Tentunya, lewat sistempembayaran yang telah disepakati dengan agen pemain. Kerjasama ini tak lepas dari jasa menantu Raja Dangdut Rhoma Irama, Mehmet Cetin sebagai penyambung lidah antara Perbasi dan agen. Danny mengaku penjualan pemain Afrika ke kancah internasional merupakan hal lumrah yang sudah dilakukan negara-negara lain, terutama Asia. Setidaknya menurut Perbasi, mendatangkan pemuda asing usia di bawah 15 tahun jauh lebih mudah daripada menaturalisasi pemain.  ditambah adanya aturan orang asing di bawah 15 tahun dapat memilih kewarganegaraan tanpa perlu melalui proses birokrasi yang berbelit. Apa pendapat Bolamania?  Sudah seputus asa itukah Perbasi akan kemampuan pebasket di negaranya sendiri? Akankah Pemerintah mau bekerjasama dan mendanai mega proyek Perbasi yang konon menelan biaya hingga ratusan milyar rupiah ini? Sila nikmati penelusuran BOLA di edisi Jumat yang sudah terbit hari ini. #CintaiprodukIndonesia Backsound: @iwaktherockfish

Sebuah kiriman dibagikan oleh TABLOID BOLA (@tabloid_bola) pada