Isu Perusakan Hutan Warnai Pembangunan Venue Olimpiade Tokyo 2020

By Nestri Yuniardi - Minggu, 3 Februari 2019 | 08:34 WIB
Tampilan perkampungan atlet untuk Olimpiade Tokyo 2020 yang sedang dalam proses konstruksi, Selasa ( (Delia)

BOLASPORT.COM - Sebanyak 7 organisasi lingkungan non-pemerintah dunia merasa kecewa dengan keputusan penyelenggara pembangunan venue Olimpiade Tokyo 2020.

Kekecewaan itu muncul karena proses pembangunan konstruksi venue untuk Olimpiade Tokyo 2020 diklaim masih menggunakan kayu hasil perusakan hutan.

Isu tentang penggunaan bahan baku kayu hasil perusakan hutan untuk pembangunan venue Olimpiade Tokyo 2020 sebenarnya sudah mencuat sejak tahun 2017.

Organisasi lingkungan, Rainforest Action Network, mengklaim setidaknya ada 134.400 lembar kayu hasil perusakan hutan di Indonesia dan Malaysia yang digunakan untuk membangun venue.

Salah satu venue yang dianggap menggunakan kayu tersebut adalah National Stadium.

Sebagai informasi BolaSporter, Kode Etik Sumber Daya Berkelanjutan (Sustainable Sourcing Code) Tokyo 2020 telah memperingatkan pihak penyelenggara untuk menggunakan bahan mentah saja.

Bahan mentah yang dimaksud adalah bahan baku yang dikumpulkan atau dibudidayakan dengan pertimbangan konservasi sumber daya.

Pertimbangan tersebut mencakup perspektif mitigasi deforestasi dan degradasi hutan.

Sementara itu, pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 pada Januari 2019 lalu mengaku telah merevisi kebijakan pengadaan bahan baku mereka.

Namun hal tersebut dinilai gagal memastikan keberlanjutan dan legalitas kayu yang dibeli.

Berikut tujuh organisasi lingkungan hidup yang kecewa pada kebijakan penggunaan kayu hasil perusakan hutan

  1. Rainforest Action Network
  2. Japan Tropical Forest Action Network Bruno Manser Fund
  3. Environmental Investigation Agency Hutang Group
  4. Sarawak Dayak Iban Association
  5. TuK Indonesia
  6. Walhi North Maluk
  7. Sarawak Campaign Committee