Nasib Turnamen Penutup Kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 Masih Terlunta

By Wila Wildayanti - Kamis, 6 Februari 2020 | 22:40 WIB
Sekertaris Jendral PBSI, Achmad Budiharto setelah menyambut Menpora di Pelatnas PBSI, Kamis (6/2/2020). (BOLASPORT-Wila Wildayanti)

BOLASPORT - Sekretaris Jenderal PP PBSI, Achmad Budiharto, mengatakan bahwa Konfederasi Bulutangkis Asia (Badminton Asia Confederation/BAC) hingga saat ini masih mencari tuan rumah untuk Kejuaraan Asia 2020.

Kejuaraan Asia 2020 di Wuhan, China, yang akan jadi turnamen penutup perhitungan poin kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 akan dipindah penyelenggaraannya.

Pemindahan tersebut terkait dengan wabah Coronavirus yang ditemukan pertama kali di Wuhan.

Ancaman virus corona pun membuat Lingshui China Masters 2020 dibatalkan, sementara Kejuaraan Asia 2020 pada 21-26 April mendatang akan dipindahkan.

Baca Juga: Kejuaraan Beregu Asia 2020 - Thailand Tanpa Intanon, Gregoria Mariska Tunjung Tetap Waspada

Budiharto mengatakan, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari BAC seputar rencana pemindahan tersebut.

Namun, BAC dipastikan sedang mencari tuan rumah baru untuk Kejuaraan Asia 2020.

"Masalah Wuhan itu masih urusannya Badminton Asia (BAC), saat ini mereka sedang mencari tuan rumah, bisa saja nanti di Manila, Malaysia, atau mungkin di Jepang. Kami belum tahu negara mana yang bersedia," kata Budiharto, di pelatnas PBSI Cipayung, Kamis (6/2/2020).

"Namun, kalau sudah begini, biasanya langsung penunjukkan negara mana yang mau. Apalagi kalau ada negara yang buru-buru mau itu kan butuh persiapan panjang ya," ucap Budiharto.

Lebih lanjut, Budiharto mengatakan bahwa belum ada pembicaraan dari BAC terkait kemungkinan Indonesia menjadi tuan rumah Kejuaraan Asia 2020.

Baca Juga: Menpora Tinjau Fasilitas PBSI Jelang Kejuaraan Beregu Asia 2020

Berdasarkan hal itulah, Budiharto belum berani mengambil keputusan apapun.

Dia hanya mengisyaratkan bahwa menjadi tuan rumah Kejuaraan Asia 2020 butuh dana yang tidak sedikit.

"Untuk jadi panitia yang sukses itu butuh persiapan, infrastrukturnya kami juga belum tahu, apa Istora available atau tidak. Namun, paling penting semua pasti ada konsekuensinya siapa yang akan bayar," kata Budiharto sambil tertawa.

"Resmi menolak belum karena masih belum ada tawaran juga. Kalau ada penawaran akan kami pikirkan nanti, dengan hitungan segala macamnya," tutur sosok yang akrab disapa Budi itu.

Budiharto sebelumnya mengatakan bahwa pada bulan Mei, fokus PP PBSI sudah tertuju ke hal-hal lain yakni persiapan untuk Thomas-Uber Cup 2020 dan Indonesia Open 2020.