Menanti Asa Si Rubah Menuju Kompetisi Antarklub Eropa

By Daniel Sianturi - Rabu, 16 Agustus 2017 | 21:04 WIB
Penyerang Leicester City, Jamie Vardy, berbicara dengan pelatih Craig Shakespeare pada laga Liga Inggris kontra Arsenal di Stadion Emirates, London, pada Jumat (11/8/2017). (IAN KINGTON/AFP)

Rasanya saya belum bisa move on dari sejumlah peristiwa di pekan pertama Premier League musim baru yang telah berlangsung dan berakhir pekan lalu.

Jari-jari saya tergoda untuk menari menuliskan apa yang ada di hati dan pikiran saya tentang salah satu klub yang bermain pada Jumat, 11 Agustus 2017 lalu.

Lewat tayangan langsung dari televisi berbayar saya boleh menyaksikan bentrok dua tim warna merah dan biru pada seragam kebesaran masing-masing.

Pertandingan itu dipimpin wasit Mike Dean dan berlangsung di Emirates Stadium, tepatnya markas Arsenal.

The Gunners kedatangan The Foxes, julukan bagi Leicester City. Kali ini saya tidak akan membahas Arsenal tetapi hati dan pikiran saya tertuju pada Leicester City.

Entah mengapa, bukan Chelsea, kampiun musim lalu yang memainkan partai pembuka musim 2017/2018.

Duel Chelsea kontra Burnley di Stamford Bridge bahkan berlangsung setelah dua pertandingan selesai. 

Artinya, dalam dua musim secara beruntun, baik 2016/2017 dan 2017/2018, Leicester City kebagian memainkan partai pembuka kompetisi.

Musim lalu, berstatus juara bertahan, Leicester City menyambangi kandang Hull City, klub yang musim lalu baru saja kembali promosi ke kasta tertinggi sepakbola Inggris alias Premier League.

Sebagai juara bertahan, kompetisi 2016/2017 tidak menjadi musim baik bagi Leicester City di kompetisi domestik.