Allegri Sudah Temukan Formula Serangan Ideal Juventus, Dybala Jadi Korban?

By Thoriq Az Zuhri Yunus - Sabtu, 1 Desember 2018 | 20:04 WIB
Dua pemain Juventus, Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala, berangkulan usai laga Liga Italia kontra Empoli, Sabtu, 27 Oktober 2018. (juventus.com)

Meski begitu, Dybala tak pernah mencetak gol saat ia bermain bersama Ronaldo dan Mandzukic secara bersamaan.

Tiga gol Dybala dicetak di Liga Champions kontra Young Boys, satu-satunya laga saat Ronaldo tak bermain akibat hukuman kartu merah.

Tiga gol lain terjadi saat Mandzukic duduk di bangku cadangan dan tak bermain - melawan Bologna, Cagliari, dan Manchester United.

Meski begitu, Allegri sama sekali tak khawatir akan hal ini.

"Saat ada menemukan ramuan antara pemain semua lancar bekerja, mungkin benar Dybala mencetak lebih sedikit gol akan tetapi ia juga jadi penghubung lini tengah dengan para penyerang," ujar Allegri, dilansir BolaSport.com dari Calciomercato.

"Dybala juga mampu menarik kami keluar dari situasi sulit dengan kemampuan yang ia miliki dan itu jadi keuntungan buat tim ini," tutur sang pelatih menjelaskan.

Khusus di ajang Liga Italia, musim ini Dybala memang baru mengemas dua gol dari 11 laga.

Jumlah ini sangat terpaut jauh dari jumlah 12 gol milik Dybala pada waktu yang sama (akhir bulan November) musim lalu.

Meski begitu, sepertinya Dybala tak keberatan dengan peran barunya tersebut.

Dybala mengaku bahagia bisa bermain dengan Ronaldo di Juventus.

"Sejak kedatangan Ronaldo, kami selalu mencoba bekerja bersama. Saya pikir kami sudah melakukannya dengan baik," ujar Dybala.

"Kami mencetak gol-gol penting bagi Juventus bersama-sama, tapi saya pikir satu tim ini sangat penting dan kami harus mencoba mengenal satu sama lain," tutur penyerang asal Argentina tersebut.

Baca juga artikel menarik lainnya dari penulis:

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on