Kehadiran Luis Milla Belum Memberi Indonesia Kesempatan Besar dari La Liga seperti Malaysia

By Lola June A Sinaga - Sabtu, 20 Januari 2018 | 19:53 WIB
Para pengelola kompetisi sepak bola Malaysia berpose usai menandatangani kerja sama dengan La Liga, Jumat (19/1/2018). (ASEANFOOTBALL.ORG)

PSSI juga sebetulnya sangat berharap mendapat ilmu dari pengelola La Liga untuk memperbaiki persepakbolaan Tanah Air yang masih mengecewakan.

Sebab, pemilihan Luis Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia sejak 21 Januari 2017 dilatarbelakangi persepsi kemiripan fisik pemain Indonesia dan Spanyol.

Ade Wellington ketika menjabat Sekjen PSSI  mengungkapkan, alasan pemilihan kandidat pelatih Timnas Indonesia yang berasal dari Spanyol adalah karena postur tubuh pemain-pemain Indonesia lebih cocok menerapkan filosofi sepak bola asal Spanyol ketimbang negara Eropa lain.

Ade menjelaskan, para pemain sepak bola di Eropa Timur dan Inggris rata-rata berpostur tubuh lebih dari 180 cm, bahkan lebih dari 190 cm.

Jadi, kata Ade, pelatih-pelatih dari negara itu lebih sering menerapkan filosofi sepak bola berdasarkan kriteria pemain yang dimiliki.

Itulah alasan kenapa pelatih-pelatih Eropa Timur, Inggris, dan Austria sering memainkan bola-bola panjang.

Sementara postur tubuh pemain Indonesia, imbuh Ade, walau ada beberapa yang mencapai 180 atau 190 cm, tapi sebagian besar rata-rata berpostur 173 cm.

"Dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi itu, bola-bola panjang tentu bukan strategi yang paling efisien untuk bermain sepak bola."

"Belakangan ini pelatih-pelatih asal Spanyol kerap memainkan sepak bola dengan umpan-umpan pendek, seperti tiki-taka."

"Itu lebih cocok dengan para pemain Indonesia yang sebenarnya memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi," tutur Ade.