Mengenal Sepak Bola Mauritius - Kerusuhan, Kematian, dan Kegelapan karena Perbedaan Etnis

By Thoriq Az Zuhri Yunus - Selasa, 11 September 2018 | 11:17 WIB
Skuat Mauritius untuk menghadapi Singapura dan Indonesia pada (7/9/2018) dan (11/9/2018) (facebook.com/MRUFOOTBALL)

Hal ini menjadikan persaingan sepak bola lokal sangat panas dengan isu-isu etnis dan agama yang selalu ada di luar pertandingan. Puncaknya adalah pada tahun 23 Mei 1999.

(Baca juga: Roberto Mancini Tak Terlalu Peduli Andai Timnas Italia Terdegradasi)

Akhir kontroversial dari laga Fire Brigade yang menang atas juara Liga Mauritius, Scouts Club, membuat kerusuhan antar-suporter pecah.

Ratusan fan Scouts mengamuk, membakar lahan pertanian, menyerang mobil polisi, bahkan melempar bom molotov ke dalam kasino dalam kerusuhan yang terjadi hingga tiga hari lamanya.

Tujuh orang dilaporkan terbakar hidup-hidup karena bom tersebut. Dua dari tujuh orang yang meninggal adalah anak-anak.

"Sepak bola terhenti selama delapan bulan dan pemerintah kemudian melarang klub bola jadi representasi etnis-etnis yang ada di Mauritius," ujar Yasine Mohabuth, seorang jurnalis lokal.

Di Mauritius, klub-klub sepak bola ini memang menjadi representasi masyarakat Hindu, Islam, Etnis Creole, dll.

(Baca juga: Gagal Menang Lagi, Catatan Terburuk Timnas Italia dalam 35 Tahun)

Scouts Club contohnya, klub ini memiliki basis suporter dari penduduk beragama islam.

Dari sensus memang menunjukkan bahwa Mauritius memiliki banyak agama dan etnis.