Voli Pantai Asian Games 2018 - Pelatih Tim Putra Indonesia Cukup Puas dengan Raihan 2 Medali, tetapi...

By Delia Mustikasari - Rabu, 29 Agustus 2018 | 06:27 WIB
Tim bola voli pantai putra Indonesia dan pelatih berpose setelah meraih medali perak dan perunggu Asian Games 2018 di Jakabaring Sport City, Palembang, Selasa (28/8/2018). (DELIA MUSTIKASARI/BOLASPORT.COM)

Tim bola voli pantai putra Indonesia, mengemas satu keping medali perak dan satu medali perunggu pada Asian Games 2018.

Medali perak didapat melalui Ade Candra Rachmawan/Muhammad Ashfiya setelah kalah dari Ahmed Janko/Cherif Samba (Qatar), 24-26, 17-21.

Adapun medali perunggu disumbangkan oleh Gilang Ramadhan/Danangsyah Yudistira Pribadi setelah menumbangkan wakil China, Gao Peng/Li Yang, 21-15, 19-21, 15-6 pada laga yang berlangsung di Jakabaring Sport City, Palembang, Selasa (28/8/2018).

Raihan ini mengulang pencapaian Indonesia pada Asian Games Bangkok 1998. Namun, kali terakhir Indonesia mendapatkan medali perak pada Asian Games 2002.

"Kalau soal medali, hari ini saya cukup puas karena dapat dua medali. Untuk target pribadi, terus terang ada hal yang harus saya koreksi untuk Asian Games selanjutnya," kata pelatih voli pantai putra Indonesia, Koko Prasetyo Darkuncoro dalam konferensi pers yang dihadiri BolaSport.com.

"Untuk pasangan Danang/Gilang saya lihat cukup berani mengambil risiko untuk mencari medali perunggu karena itu strategi yang kami siapkan," ujar Koko.

Menurut Koko, untuk memenangi satu pertandingan, tim harus berani ambil risiko.

(Baca juga: Voli Pantai Asian Games 2018 - M Ashfiya Sempat Kram demi Redam Perlawanan Qatar)

"Gilang/Danang bisa mengambil risiko itu dan Alhamdulillah bisa memenangkan pertandingan," ucap Koko.

"Candra/Yaya (M Ashfiya) pada set pertama, saya melihat bisa memainkan risiko itu. Tetapi, justru di finishing ketika 18-18 dia unggul untuk set out 23-23," ucap mantan pebola voli nasional ini.

Koko menilai pergerakan Candra/Ashfiya selanjutnya menjadi lebih berhati-hati.

"Dengan berhati-hati itu, lawan jadi mudah menebak bagaimana harus mengambil serangan dari Indonesia," aku Koko.

"Jadi, saya melihat finishing di set pertama. Begitu set pertama bisa diambil Qatar, tentu saja pada set kedua, dia bangun dan bangkit cukup berat sekali. Bloker dan pertahanan Qatar levelnya sangat tinggi."

Meski begitu, Koko mengapresiasi pencapaian tim putra yang menyamakan prestasi ada Asian Games Busan, Korea Selatan 2002 dan ditambah satu keping medali perunggu.

(Baca juga: Voli Pantai Asian Games 2018 - Gilang/Danang Senang Bisa Cetak Sejarah dalam Debutnya)

"Apa yang diraih anak muda ini semuanya bisa membanggakan kita. Dengan mengembalikan prestasi yang sudah pernah diraih tentu saja ketika kita bicara emas, benar-benar sudah harus maksimal," tutur Koko.

"Kalau bicara Indonesia di level Asia, untuk juara Asian Games masih bisa, ada chance. Level mereka juga sudah dunia bintang tiga dan itu menjadi pedoman kami," ucap pria berusia 36 tahun ini.

Koko mengakui bahwa target lolos ke final dan merebut medali perunggu sudah disiapkan strategi dan risikonya. Namun, Candra/Ashfiya terkendala pada sentuhan akhir.

Saat ini, kejuaraan Asia Pasifik yang menjadi salah satu turnamen uji coba yang diikuti Indonesia terdiri dari 5 level

"Kejuaraan Asia Pasifik agak sedikit berkurang ada level 1-5. Jadi level, 4-5 untuk tim debutan. Saat ini, mereka bermain di 3-5. Mereka harus mencapai ini untuk kejuaraan dunia berikutnya. Kalau kembali ke Asia dan Asia Tenggara, kemampuan mereka akan menurun," ucap Koko.

Menjelang Asian Games, Indonesia baru mengikuti tujuh seri dari 16 seri yang digelar dalam setahun

"Lawan Candra/Yaya di final nanti hanya libur dua pekan. Setelah itu, mereka langsung mengikuti seri kejuaraan dunia hingga akhir November," kata Koko.

Selanjutnya, Koko berharap tim voli putra Indonesia bisa menembus kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.