Perkelahian Stefano Lilipaly dan Sylvano Comvalius Juga Pernah Terjadi terhadap Robin van Persie

By Anju Christian Silaban - Selasa, 7 November 2017 | 20:37 WIB
Pemain Bali United, Stefano Lilipaly, adu pukul dengan rekan satu timnya, Sylvano Comvalius (Youtube)

Dari beragam kasus tersebut, ada satu pertanyaan besar, mengapa perkelahian antar-rekan setim kerap melibatkan pemain Belanda?

Orang Belanda memang mengakui bahwa mereka memang senang berdebat.

Mereka melakukannya karena merasa tahu dalam segala hal.

“Kami orang-orang Belanda memang kepala batu,” ujar legenda sepak bola dunia, Johan Cruyff.

“Bahkan, ketika berada di belahan dunia lain pun kami akan mengajari orang berbuat sesuatu,” tutur maestro sepak bola Belanda itu.

(Baca Juga: Stefano Lilipaly, Johan Cruyff, dan Kacamata Family Man)


Johan Cruyff (oranye) berduel dengan Sepp Maier saat Belanda melawan Jerman Barat pada partai final Piala Dunia 1974 di Muenchen, 7 Juli 1974(STAFF/AFP)

Perdebatan tidak menjadi tabu di Belanda.

Sebaliknya, kebiasaan itu dihargai karena di sana setiap orang dianggap setara dalam segala hal, tak terkecuali dalam pengetahuan tentang sepak bola.

Budaya seperti itu tumbuh subur berkat perkembangan Calvinisme yang hingga kini masih menjadi dasar teologi di Belanda.

Calvinisme yang merupakan pemberontakan terhadap ajaran Katolik Roma ini mengajarkan orang untuk melihat Injil sendiri ketimbang asal percaya terhadap Pastor.

Secara tidak langsung, ini mengajari orang untuk tidak mudah tunduk terhadap otoritas.

Tidak hanya itu, ajaran itu membuat semua orang merasa “bisa dan mampu” dalam segala hal.