PSM Makassar Rugi Besar Usai Kalahkan Bali United pada Pekan Ke-32 Liga 1 2018

By Nungki Nugroho - Sabtu, 1 Desember 2018 | 14:39 WIB
PSM Makassar harus rugi besar selepas menaklukkan Bali United pada pekan ke-32 Liga 1 2018. (TRIBUN TIMUR)

Pada tiga laga sebelumnya di ajang Liga 1, PSM tak pernah menang atas Bali United.

(Baca Juga: Ketergantungan Persib dan Persija Terhadap Pilar Asing, PSM Makassar Patut Jadi Teladan)


Koreografi suporter PSM Makassar pada pertandingan kontra Persija Jakarta di Stadion Andi Mattalatta, Jumat (16/11/2018)(ISTIMEWA)

 

Bahkan, pasukan Ayam Jantan dari Timur tak mampu mencetak satu gol pun dalam pertemuannya dengan Bali United di ajang Liga 1 sejak musim lalu.

Kini, PSM sukses mematahkan hal tersebut dan kian mantap berada di perburuan gelar juara Liga 1 2018.

Dengan raihan 57 poin, skuat Juku Eja patut optimistis dengan status pemuncak klasemen Liga 1 2018.

Terdekat, Ferdinand Alfred Sinaga dkk akan menantang sang juara bertahan, Bhayangkara FC, pada pekan ke-33 Liga 1 2018 di Stadion Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Senin (3/12/2018).

(Baca Juga: Pemain Sriwijaya FC Pamer Tumpukan Uang Usai Kalahkan Mitra Kukar)

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on