Dua Pemain Jebolan Timnas U-19 Indonesia Diincar Klub Malaysia dan Thailand

By Taufan Bara Mukti - Sabtu, 1 Desember 2018 | 17:09 WIB
Penyerang Yabes Roni merayakan skor imbang tanpa gol saat Bali United dijamu Persija Jakarta pada pekan ketujuh Liga 1 di Stadion Patriot, Kota Bekasi, 21 Mei 2017. Bersama Ricky Fajrin, Yabes Roni dikabarkan diincar klub Malaysia dan Thailand. ( HERKA YANIS PANGARIBOWO/JUARA.NET )

Pemain Bali United yang sempat membela timnas U-19 Indonesia, Yabes Roni dan Ricky Fajrin, diincar klub asal Malaysia dan Thailand.

Yabes Roni dan Ricky Fajrin memperpanjang daftar pemain Indonesia yang diincar klub asal Thailand dan Malaysia.

Sebelum Yabes Roni dan Ricky Fajrin, berdasarkan data yang dihimpun oleh BolaSport.com, ada tujuh pemain Indonesia yang memikat perhatian klub asal Thailand.

Yabes Roni mengungkapkan bahwa dirinya telah menjalin komunikasi dengan klub dari Malaysia dan Thailand.

Bahkan, klub-klub tersebut telah memantau permainan Yabes Roni langsung di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.

Baca Juga:

"Kemarin sudah ada komunikasi dengan klub dari Malaysia dan Thailand," kata Yabes Roni kepada Tribun Bali, Jumat (30/11/2018).

"Mereka juga datang nonton saya bermain di Stadion Dipta Gianyar," ujar eks pemain timnas U-19 Indonesia itu.

Yabes Roni juga mengaku tertarik dengan kemungkinan berkarier di luar negeri, namun semua keputusan ia serahkan kepada manajemen.

"Tujuannya ingin belajar di sana. Itu pun kalau memang direstui manajemen," kata Yabes Roni.


Striker Bali United, Yabes Roni Malaifani, melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Pusamania Borneo FC dalam laga lanjutan Liga 1 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, yang berakhir dengan kemenangan tim tuan rumah dengan skor 3-0 pada Minggu (14/5/2017) malam. ( YAN DAULAKA/JUARA.NET )

Senada dengan Yabes Roni, Ricky Fajrin juga mencuri perhatian tim asal Thailand.

"Benar, beberapa tim nawar jasa saya. Ada empat sampai lima tim besar di Liga 1 Indonesia. Tim dari liga utama di Thailand juga sudah menghubungi saya," kata Ricky Fajrin kepada Tribun Bali, Rabu (28/11/2018).

(Baca Juga: Kata Presiden PSMP Saat Ditanyai soal Dalang Match-fixing Vigit Waluyo)

Ricky Fajrin yang terikat kontrak hingga 2019 di Bali United, sama seperti Yabes Roni, belum memberikan jawaban atas tawaran tersebut.

"Saya belum memberikan jawaban, karena masih menghormati kontrak bersama Bali United. Kontrak saya berakhir 2019. Tapi, saya tetap menjaga hubungan baik dengan tim yang telah menawar jasa saya," jelas Ricky.

JEBOLAN TIMNAS U-19 INDONESIA


Pemain Indonesia Evan Dimas (2 dari kanan), Muhammad Hargianto (nomor 8), Zulfriandi (nomor 19) dan Muchlis Hadi Ning (kanan) berselebrasi setelah Evan membobol gawang Korea Selatan pada pertandingan kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (12/10/2013). Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia U-19 yang akan berlangsung di Myanmar tahun depan, setelah menang dengan skor 3-2. ( KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO )

Yabes Roni dan Ricky Fajrin merupakan dua pemain yang pernah bermain di timnas U-19 Indonesia arahan Indra Sjafri.

Setelah sukses menjuarai Piala AFF U-19 pada 2013, Yabes Roni yang tak tampil pada turnamen tersebut dipanggil untuk Kualifikasi Piala Asia U-19 2014 di Jakarta.

Yabes Roni mencetak satu gol saat mengalahkan Filipina dengan skor 2-0.

Namun, Yabes dicoret saat timnas U-19 Indonesia tampil di Piala Asia U-19 2014.

(Baca Juga: Misteri di Balik Pengunduran diri Widodo Cahyono Putro, Benarkah Irfan Bachdim Jadi Penyebabnya?)

Adapun Ricky Fajrin, baru bermain dua kali di bawah arahan Indra Sjafri di timnas U-19 Indonesia.

Dua laga tersebut merupakan laga persahabatan yang digelar oleh timnas U-19 Indonesia.

Akan tetapi, karier Ricky Fajrin mengilap di level timnas U-23 hingga kini dipercaya menjadi bek tengah di timnas senior Indonesia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on