Milan Petrovic Ingin Arema FC Sapu Bersih Dua Laga Sisa Liga 1 2018, Alasannya Kontrak

By Deodatus Kresna Murti Bayu Aji - Sabtu, 1 Desember 2018 | 19:38 WIB
Pelatih Arema FC, Milan Petrovic, saat tim asuhannya melawan Mitra Kukar di Stadion Madya Aji Imbut Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, Jumat (27/7/2018). (NEVRIANTO HARDI PRASETYO/TRIBUNNEWS.COM)

Kemudian di sisi lain, Milan Petrovic ingin membuktikan kepada manajemen, kalau dia pantas untuk mendapatkan kontrak untuk musim depan.

"Kami ingin menunjukkan kepada manajemen, presiden klub, dan orang-orang kalau sebenarnya kami sudah cukup bagus serta sangat bagus untuk persiapan musim depan," tuturnya.

(Baca Juga: Inilah Nominal Bonus Kemenangan Sriwijaya FC atas Mitra Kukar, Minggu Bonus Akan Ditambah)

Saat ini, soal kejelasan mengenai kontrak Milan Petrovic di Arema FC musim depan masih belum ada kejelasan.

Namun, pelatih asal Slovenia itu sebelumnya menjelaskan akan tetap tinggal di Indonesia bila Arema FC tidak ingin memperpanjang kontrak.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on