Kembali Jadi Aparel PSIM, Kelme Dengarkan Suara Suporter

By Kamis, 29 Maret 2018 | 13:33 WIB
Direktur Bisnis dan Marketing Kelme, Sony Agus Santoso (kiri), berpose dengan manajer PSIM, Agung Damar Kusumandaru, dalam sesi jumpa pers, Rabu (28/3/2018). (GONANG SUSATYO/BOLASPORT.COM)

BOLASPORT.COM – PSIM Yogyakarta seperti menjadi gong yang dipukul terakhir kalinya saat pementasan gamelan. Ya, PSIM menjadi klub terakhir yang menjalin kerjasama dengan apparel Kelme.

Penyedia apparel asal Spanyol ini sudah menjalin kerjasama dengan 10 klub, yakni Persiraja Banda Aceh, PSPS Riau, Martapura FC, Cilegon United, Perserang Serang, Semeru FC Lumajang, Madura FC, dan PSIM.

Tidak ketinggalan dua tim promosi Blitar United dan Persik Kendal.

PSIM menjadi tim ke-10 atau terakhir yang didukung Kelme. Ini merupakan tahun ketiga Kelme menjadi penyedia apparel bagi PSIM.

(Baca Juga: Manajemen Persebaya Surabaya Turut Bersuara soal Anjuran untuk Bonek)

Menariknya, saat pertama kali masuk ke Liga Indonesia, PSIM merupakan klub pertama yang menjalin kerjasama dengan apparel yang pernah digunakan raksasa Spanyol, Real Madrid, pada 1994-1998 itu.

“PSIM menjadi klub terakhir karena kami ingin kerjasama ini benar-benar matang. Kami sangat berterima kasih kepada PSIM yang menjadi klub pertama yang memakai apparel Kelme,” ujar Sony Agus Santoso, Direktur Bisnis dan Marketing Kelme, kepada BolaSport.com.

Menurut dia, saat menjalin kerjasama dengan PSIM, pihaknya mendengarkan keluhan suporter. Mereka merasa keberatan dengan harga jersey PSIM yang dinilai memberatkan kantung pendung tim.

 

Apa persiapan Perbasi menyambut Piala Dunia Basket tahun 2023 di Jakarta? Salah satunya mendatangkan sepuluh pebasket Under 15 (U15) Afrika. Danny Kosasih, Ketua Umum Perbasi, menganggap para pebasket Afrika memiliki potensi yang luar biasa untuk membantu timnas Indonesia bersaing di Piala Dunia. Rencananya, sepuluh pebasket Afrika itu akan dijadikan warga negara Indonesia. Tentunya, lewat sistempembayaran yang telah disepakati dengan agen pemain. Kerjasama ini tak lepas dari jasa menantu Raja Dangdut Rhoma Irama, Mehmet Cetin sebagai penyambung lidah antara Perbasi dan agen. Danny mengaku penjualan pemain Afrika ke kancah internasional merupakan hal lumrah yang sudah dilakukan negara-negara lain, terutama Asia. Setidaknya menurut Perbasi, mendatangkan pemuda asing usia di bawah 15 tahun jauh lebih mudah daripada menaturalisasi pemain.  ditambah adanya aturan orang asing di bawah 15 tahun dapat memilih kewarganegaraan tanpa perlu melalui proses birokrasi yang berbelit. Apa pendapat Bolamania?  Sudah seputus asa itukah Perbasi akan kemampuan pebasket di negaranya sendiri? Akankah Pemerintah mau bekerjasama dan mendanai mega proyek Perbasi yang konon menelan biaya hingga ratusan milyar rupiah ini? Sila nikmati penelusuran BOLA di edisi Jumat yang sudah terbit hari ini. #CintaiprodukIndonesia Backsound: @iwaktherockfish

Sebuah kiriman dibagikan oleh TABLOID BOLA (@tabloid_bola) pada

Musim lalu, harga jersey orisinal PSIM mencapai Rp 400 ribu, sedangkan untuk replikanya sebesar Rp 250 ribu.

Kini, Kelme menurunkan harga jersey sehingga terjangkau suporter. Untuk jersey orisinal dihargai Rp 300 ribu. Adapun replikanya dipatok Rp 150 ribu.