Blackburn, Buat Kami Bahagia!

By Dian Savitri - Selasa, 15 Agustus 2017 | 01:03 WIB
Manajer Blackburn, Tony Mowbray, pada laga Divisi Championship melawan Brentford, 7 Mei 2017, di Griffin Park, Brentford, Inggris. (Justin Setterfield/Getty Images)

Sebelum League One dimulai pada 5 Agustus lalu, Blackburn Rovers hadir dengan embel-embel “klub favorit promosi ke Divisi Championship”. 

Ternyata, tidak butuh waktu lama buat Blackburn menjadi salah satu kandidat untuk degradasi.

Setelah dua laga, mereka langsung ada di zona maut itu.

Sangat memalukan! Saya, yang tinggal nun jauh di Jakarta, juga ikut malu. Sekaligus marah.

Persis seperti perasaan para suporter Blackburn yang tinggal di Inggris sana, terutama yang ada di kawasan Blackburn dan sekitarnya.

Bagaimana tidak malu dan marah?

Blackburn kalah dari dua klub yang biasa berkelana di liga-liga rendah, yaitu Southend United (5 Agustus) dan Doncaster Rovers (12 Agustus).

Parahnya, kekalahan kedua, dari Doncaster, terjadi di kandang sendiri, Ewood Park.

Menurut kolega saya, Doncaster adalah klub favorit Louis Tomlinson.

Setelah saya baca, Mister Tomlinson pernah direkrut oleh Doncaster beberapa tahun lalu, dengan status pemain non-kontrak.

Kesibukannya sebagai penyanyi bersama grupnya, One Direction, tidak memungkinkan ia tampil dari pekan ke pekan.

Tambahan lagi, Tomlinson nyaris menjadi pemilik klub itu, namun batal.

Terus terang, saya tidak mengenal Tomlinson, wajahnya maupun gaya bermainnya.

Satu-satunya anggota One Direction yang saya tahu adalah Harry Styles.

Itu pun karena dia bermain di film apik berjudul “Dunkirk”.

Okay, kembali ke Blackburn.

Dari media sosial, karena tidak ada siaran televisi untuk laga League One, saya hanya bisa membaca apa yang terjadi di lapangan.

Menurut pengamatan para suporter, Mowbray tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan timnya.

Pada laga perdana lawan Southend, Blackburn tampil dengan formasi 4-4-1-1. Satu pekan kemudian, formasi berubah menjadi 3-4-2-1.

Kalau menurut yang saya baca, formasi itu lebih mirip dihitung sebagai 6-3-1.

Beberapa musim terakhir, Blackburn sering memakai formasi satu striker. Strategi 4-4-2 juga dipakai, lumayan sering.

Sebab, formasi itu bisa dikatakan formasi standar. Ingat duet Chris Sutton dan Alan Shearer?

Jika tidak memakai formasi dua striker, tidak mungkin Blackburn bisa menyandingkan keduanya, bukan?

Sekarang, Mowbray harus mau memakai formasi dua striker lagi.

Tidak peduli bagaimana dengan pertahanan. Mau pakai formasi 7-2 juga tak apa. Memang akan aneh, tapi yang penting striker ada dua.

Masalahnya, untuk memakai dua striker, Blackburn harus punya dua striker dengan kemampuan yang sama.

Saat ini, hanya Danny Graham yang dianggap mumpuni buat jadi striker utama.

Kalau Graham sudah berusia 32 tahun, maka tidak dengan dua striker lainnya.

Dominic Samuel baru berusia 23 tahun, pemain baru, direkrut awal musim ini dari Reading.

Striker lainnya, Joe Nuttall, 20 tahun, didapat dengan gratis dari Aberdeen U-20.

Seperti kebiasaan musim sebelumnya, Blackburn hanya bisa mendapatkan pemain baru dengan status gratis atau pinjam.

Satu-satunya pemain yang membuat Rovers mengeluarkan uang adalah gelandang bertahan Bradley Dack, yang dibeli dari klub League One lainnya, Gillingham.

Harganya 850 ribu poundsterling atau sekitar 14,7 miliar rupiah.

Untuk diketahui, harga beli Dack itu masih kurang dari gaji dua pekan Neymar yang didapat dari Paris Saint-Germain. Ngenes!

Dack didapat sejenak sebelum pekan kedua dimulai, sehingga pemain berusia 23 tahun itu belum diturunkan, meski sudah ada di bangku cadangan.

Barangkali saja nasib Blackburn akan berubah ketika Dack dimainkan pada laga ketiga melawan Bradford City, pada 19 Agustus mendatang.

Sebab, pemain ini sangat disanjung-sanjung ketika memamerkan seragam Rovers saat diperkenalkan ke publik.

Lalu sebaiknya jangan sebut-sebut Blackburn dengan status “klub favorit promosi ke Divisi Championship”.

Terlalu berat. Bisa-bisa pada akhir musim, Blackburn punya status baru: juara Premier League pertama yang berlaga di League Two.

Saya tidak akan meninggalkan Blackburn, di mana pun mereka berada.

Bahkan, seandainya bermain di League Two sekali pun.

Tapi, kalau bisa promosi akhir musim ini, saya dan puluhan ribu suporter Blackburn lainnya akan sangat bahagia.