Kisah Real Madrid Tanpa Cristiano Ronaldo dan Zinedine Zidane

By Willy Kumurur - Selasa, 18 September 2018 | 23:11 WIB
Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane (kanan), melakukan selebrasi bersama Cristiano Ronaldo seusai timnya mengalahkan Liverpool FC dalam laga final Liga Champions di Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, Ukraina pada 26 Mei 2018. ( FRANCK FIFE/AFP )

Pada awal Juni 2017, pasukan Real Madrid berangkat ke Cardiff, Wales, untuk berlaga di panggung teater bernama Millenium Stadium.

Di panggung itu mereka tak akan bernyanyi melainkan melakoni pertempuran sengit melawan “pembunuh raksasa” bernama Juventus di final Liga Champions.

La Vecchia Signora melangkah dengan gagah ke final setelah menumpas dan membenamkan raksasa Spanyol, Barcelona, dengan agregat 3-0.

Betapa mudahnya El Barca terkapar, padahal Real Madrid selalu menemui kesulitan untuk menjinakkan musuh abadinya itu.

Kedigdayaan Juventus itulah yang sempat menggetarkan hati para pemain Real Madrid. Mereka guncang. Meraka galau.

Namun, di tengah situasi psikologis seperti itu, arsitek Los Galacticos, Zinedine Zidane, memimpin “armada perangnya" berangkat ke medan pertempuran.

Ia tak ingin mental para anak asuhnya down oleh kemilau prestasi lawan.

Zidane mengumpulkan mesin perangnya. Dengan lantang ia meneriakkan 3 kata: menang atau mati.

Itulah moto prajurit Sparta dalam pertempuran tiga hari yang dipimpin oleh Raja Leonidas melawan Kekaisaran Persia dan Raja Xerxes I demi mempertahankan Yunani.