Final Liga 2 2018 - Ultras PSS 1976 Rilis Imbauan Penting ke Suporter Elang Jawa

By Bayu Chandra - Senin, 3 Desember 2018 | 15:18 WIB
Suporter PSS Sleman, Brigata Curva Sud, saat mendukung PSS Sleman di laga kontra Persis Solo, Selasa (10/10/17) di Stadion Maguwoharjo Yogyajarta (CHRISTINA KASIH/BOLASPORT)

(Baca juga: Satu Kaki Timnas Vietnam di Final Piala AFF 2018, Berkat Kemenangan Atas Tuan Rumah Filipina)

Dalam statusnya, mereka meminta supaya para fan PSS untuk sama-sama menjaga suasana kondusif.

Baik saat perjalanan maupun saat di stadion tempat laga final akan dilangsungkan.

(Baca juga: Semeton Dewata Beri Klarifikasi Soal Aksinya di Laga Bali United Vs Persija)

Selain itu, Ultras PSS 1976 meminta agar selalu menjaga hubungan baik dengan suporter dari tiga peserta final four Liga 2 2018.

Mereka tak hanya respek ke suporter Kalteng Putra, tetapi juga pada pendukung Semen Padang, dan juga Persita Tangerang.

(Baca juga: Chanathip Songkrasin dan Andres Iniesta Kompak pada Pekan Pamungkas Liga Jepang 2018)

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on