Presiden UEFA: Financial Fair Play Bertujuan Tingkatkan Stabilitas Sepak Bola, tetapi...

By Kautsar Restu Yuda - Jumat, 8 September 2017 | 06:21 WIB
Presiden baru UEFA, Aleksander Ceferin, berpidato setelah terpilih memimpin badan tertinggi sepak bola Eropa tersebut dalam Kongres Luar Biasa Ke-12 UEFA di Lagonissi, Athena Selatan, Rabu (14/9/2016). Pria asal Slovenia ini menggantikan Michel Platini yang sedang menjalani hukuman akibat kasus hukum. (ARIS MESSINIS/AFP )

Bursa transfer telah usai, namun polemik terkait aturan Financial Fair Play (FFP) dan Paris Saint-Germain (PSG) belum rampung.

Pasca pembelian Neymar oleh PSG dari Barcelona, perdebatan tentang apakah klub Prancis tersebut melanggar aturan FFP atau tidak, masih bergulir.

Wakil presiden Monaco Vadim Vasilyev awal pekan ini mengatakan bahwa dia masih berusaha untuk menebak bagaimana cara PSG bisa tidak melanggar aturan FFP.

Presiden La Liga Javier Tebas, mengatakan bahwa PSG dan Manchester City telah melanggar peraturan FFP.

(Baca Juga: Setelah Neymar dan Mbappe, PSG Incar Pahlawan Timnas Prancis di Piala Dunia 1998)

Mengutip data dari Transfermarkt, pengeluaran PSG di bursa transfer 238 juta euro, sedang City mengeluarkan 244 juta euro.

Menurut FFP, sebuah klub tidak boleh menghasilkan defisit keuangan sebesar 30 juta euro selama tiga tahun.

Tidak sedikit tundingan yang mengatakan bahwa FFP mengakibatkan terbentuk hegemoni klub-klub besar, sedang klub kecil tidak akan berkembang karena tidak bisa mengeluarkan terlalu banyak uang guna mengembangkan skuat.

(Baca Juga: Bek Tangguh Ini Kecewa Gaji Rendah, Manchester City dan Chelsea Siap Merekrutnya)

Namun, pernyataan-pernyataan bernada negatif itu dibantah Presiden UEFA Aleksander Ceferin.