BLiSPI Menyatukan Komunitas Sepak Bola Usia Muda Sumatera Selatan

By BolaSport - Rabu, 6 Desember 2017 | 19:04 WIB
Ibu Tri Yulia Vera ST. Manajer Jaltha Soccer School Palembang, (keempat dari kiri). (ISTIMEWA)

Komunitas sepak bola usia dini dan usia muda yang ada di Provinsi Sumatera Selatan menyambut baik dan gembira kehadiran Badan Liga Sepakbola Pelajar Indonesia (BLiSPI) di daerahnya.

Mereka optimistis semangat pembinaan yang diusung oleh BLiSPI bakal menyatukan komunitas sepak bola usia dini dan usia muda di Bumi Sriwijaya.

Harapan dan keyakinan positif tersebut dilontarkan sejumlah pembina, pelatih serta orang tua pemain usai mengikuti Workshop Festival dan Liga Bola-BLiSPI Nusantara U11 dan U13 di Balai Diklat Provinsi Sumsel, Selasa (5/12/2017).

Kegiatan workshop bertujuan untuk mensosialisasikan Festival dan Liga Bola-BLiSPI Nusantara U11 dan U13 yang akan digelar di Sumsel.

Festival dan Liga Bola-BLiSPI Nusantara U11 dan U13 adalah ajang sepak bola usia muda yang digagas oleh BLiSPI Pusat dan Tabloid Olahraga BOLA. Sumsel merupakan provinsi ketiga di Pulau Sumatera yang akan menggelar liga ini, setelah Aceh dan Sumatera Utara.

Hadir Ketua Umum BLiSPI Pusat, Subagja Suihan, salah satu penggagas BLiSPI yang juga legenda sepak bola Indonesia, Rully Nere, mantan kiper timnas Donny Lattupeirissa dan Sekretaris BLiSPI, Rusman serta Koordinator Wilayah BLiSPI Sumsel, Zulkarnain Sos.

(Baca Juga: Pemain Sunderland Ini Kaget Saat Mendapat Surat dari Real Madrid, Alasannya Mengharukan)

Salah satu pembina sepak bola usia dini dan usia muda di Sumsel yang gembira dengan kehadiran BLiSPI adalah Tri Yulia Vera ST.

Manajer SSB Jaltha Soccer School ini mengaku kagum dengan metode, komitmen dan spirit pembinaan yang diusung oleh BLiSPI.

"Saya sangat bersyukur mendapat kesempatan untuk mengikuti Workshop Festival dan Liga Bola-BLiSPI Nusantara ini. Banyak ilmu yang saya dapat," kata perempuan yang mengaku single parent ini.

Dengan mengikuti workshop, Tri Yulia Vera menjadi mengerti apa itu BLiSPI.

"Saya jadi tahu bahwa BLiSPi adalah salah satu wadah untuk pembinaan sepak bola usia dini dan usia muda. Agar anak-anak memiliki wadah untuk meningkatkan prestasi menjadi lebih baik," ujarnya.

Tak hanya itu, sambung Tri Yulia Vera, BLiSPI juga berkomitmen menanggung biaya untuk mengorbitkan pemain berbakat.

"Luar biasa sekali BLiSPI ini. Kita tidak dipungut biaya," pujinya.

Yang paling membanggakan bagi Tri Yulia Vera adalah BLiSPI mengusung keterbukaan dan tidak mengungkung anggotanya.

BLiSPI tidak melarang anggotanya untuk mengikuti event yang diselenggarakan organisasi pembinaan sepak bola usia dini dan usia muda lain.

"Saya optimis BLiSPI bisa menyatukan komunitas sepak bola usia dini dan usia muda yang ada di Sumsel. Selama ini memang ada gap," tuturnya.

"Insya Allah dengan kehadiran BLiSPI akan meningkatkan sepak bola di Provinsi Sumsel. Sehingga muncul bibit-bibit usia dini untuk ke tingkat nasional," imbuhnya.

Pemersatu

Tri Yulia Vera berkeyakinan BLiSPI dapat membawa perubahan positif dalam dinamika pembinaan sepak bola usia dini dan usia muda di Sumsel.

BLiSPI juga dapat menjadi pemersatu komunitas sepak bola usia dini dan usia muda.

"Yang perlu dibenahi adalah persaingan tidak sehat antar organisasi sepak bola usia dini dan usia muda di Sumsel. Sentimen persaingan tidak sehat antar organisasi satu dengan yang lain harus dihilangkan," ungkap Tri Yulia Vera.

"Organisasi sepak bola usia dini dan usia muda jangan jadi penghambat keinginan anak-anak untuk berkiprah di berbagai event. Jadi jangan ada pemikiran anggota organisasi A tidak bisa ikut event yang diselenggarakan organisasi B," gugatnya.

"Begitu juga sebaliknya. Jangan intimidasi pemain. Organisasi itu kan dibentuk untuk membantu pembinaan bukan menghambat?," lanjutnya menambahkan.

Mendidik Anak

Meski terbilang orang baru di ranah pembinaan sepak bola usia dini dan usia muda, namun Tri Yulia Vera memahami betul sepak bola punya makna yang luas bagi anak-anak.

Selain menempa fisik, sepak bola juga menggembleng mental anak. Karena itu para pembina, pelatih dan orang tua harus memberi keteladanan yang baik.

(Baca Juga: Pasukan Kuning di Anfield, Jawaban Liverpool FC untuk Kenyamanan Para Suporter)

"Kita tahu buat anak-anak sepak bola adalah permainan. Tetapi sepak bola juga punya dampak besar terhadap perkembangan mental dan kepribadian anak. Jadi tugas para pembina, pelatih dan orang tua lah membentuk karakter mereka dari kecil," papar perempuan berperawakan ramping ini.

"Jadi selain diajarkan teknik bermain bola yang benar. Yang tak kalah pentingnya anak-anak juga harus dididik untuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam sepak bola seperti sportifitas dan kejujuran," imbuhnya.

Menurut Tri Yulia Vera, para pembina, pelatih, manajemen dan orang tua perlu menahan ego.

"Biarkan anak-anak berkembang alami. Tanpa ada paksaan. Karena memang anak-anak itu berkembang dengan apa adanya. Natural dan alami saja. Itu yang saya harapkan," ucapnya.

"Tentunya akan muncul bibit-bibit pemain yang bagus. Karakternya baik. Bukan hanya menjadi pemain bola yang hebat. Tetapi dia punya karakter. Punya agama. Punya basic yang baik pula," pungkasnya.

SSB Jaltha Soccer School yang dimanajeri oleh Tri Yulia Vera berbeda dari SSB pada umumnya.

SSB yang didirikan pada 28 Agustus 2017 ini menggratiskan uang pendaftaran dan iuran bulanan bagi anak didiknya yang yatim dan dhuafa.