PBSI Tak Benarkan Gestur Jempol ke Bawah Kevin Sanjaya

By Nugyasa Laksamana - Senin, 9 Juli 2018 | 07:38 WIB
Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, melakukan aksi protes saat laga perempat final Indonesia Open 2018, di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (6/7/2018). (GARRY ANDREW LOTULUNG/KOMPAS.COM)

"Kemudian juga memberikan gaya-gaya provokatif, itu juga tidak boleh. Dalam permainan, ada tiga tahapan kartu, tetapi ada satu tahapan kartu yang bisa (membuat pemain) dikeluarkan langsung, yaitu black card (kartu hitam)," tutur Budiharto.

Berdasarkan aturan dalam bulu tangkis memang terdapat tiga jenis kartu yang bisa dikeluarkan oleh wasit, yakni kuning, merah, dan hitam.

Kartu kuning dikeluarkan sebagai peringatan, kartu merah untuk pengurangan poin, sedangkan kartu hitam dinyatakan gugur.

Budiharto menjelaskan, jika seorang pemain atau pasangan dikenai kartu hitam, dia otomatis bakal didiskualifikasi dari turnamen meskipun yang bersangkutan memenangi laga.

"PBSI melalui panitia sudah mencoba bicara dengan pihak BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) agar masalah ini tidak berkepanjangan," ujar Budiharto.

PBSI pun berencana melakukan koordinasi dengan pelatih dan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi untuk menangani perilaku berlebihan yang ditunjukkan pemain.

Terlepas dari masalah tersebut, Marcus/Kevin pada akhirnya berhasil menjuarai Indonesia Open 2018.

Pasangan berjulukan Minions itu meraih gelar juara setelah mengalahkan pasangan Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko, dengan skor 21-13, 21-16.