Perbedaan Mencolok Antara Gamers dan Atlet eSports

By Septian Tambunan - Rabu, 25 Juli 2018 | 12:26 WIB
Ketua Indonesia eSports Association (IeSPA), Eddy Lim, berbicara dalam acara bertajuk penyambutan eSports sebagai olahraga prestasi andalan pada masa depan di High Grounds Icafe, Jakarta Utara, Selasa (24/7/2018). (SEPTIAN TAMBUNAN/BOLASPORT.COM)

(Baca Juga: Otak Atlet eSports per Menit Jalankan 300 Perintah)

Eddy Lim juga menegaskan pentingnya pendidikan untuk atlet eSports.

"Jadi atlet eSports mengapa harus berhenti sekolah? Belum tentu yang berhenti sekolah akan menjadi juara," kata Eddy Lim.

"Pada usia 27 dan 28 tahun atlet eSports akan turun sehingga harus melanjutkan kehidupan dari bekal sekolah. Oleh karena itu, mereka memerlukan pengetahuan logic kuat supaya bisa juara," ucap Eddy menambahkan.


Pelaksana Tugas (plt) Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia, Helen Sarita, berbicara dalam acara bertajuk penyambutan eSports sebagai olahraga prestasi andalan pada masa depan di High Grounds Icafe, Jakarta Utara, Selasa (24/7/2018).(SEPTIAN TAMBUNAN/BOLASPORT.COM)

Menurut Eddy Lim semua yang dipaparkannya adalah nilai-nilai Olympism dalam eSports.

Terkait pengertian Olympism, Pelaksana Tugas (plt) Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia, Helen Sarita, memberikan keterangan.

(Baca Juga: Fauzan, Juara Dunia Karate asal Indonesia, Terinspirasi Jackie Chan dan Bruce Lee)

"Olympism merupakan sebuah falsafah hidup, sebuah cita-cita yang menggabungkan olahraga, budaya, dan pendidikan," ujar dia.

"Olympism juga memiliki nilai-nilai Olimpiade, simbol dan elemen-elemen ikon Olimpiade lainnya," tutur Helen lagi.

Tertarik menjadi atlet eSports, BolaSporter?