Ketika Kekuatan Bulu Tangkis China Semakin Berkurang, Apa yang Harus Dilakukan?

By Susi Lestari - Sabtu, 28 Juli 2018 | 14:54 WIB
Pebulu tangkis tunggal putra China, Lin Dan, pada babak pertama kejuaraan Asia, Rabu (25/4/2018). (AFP PHOTO)

China dikenal sebagai negara yang paling sukses dalam dunia bulu tangkis. Namun, dominasi mereka mulai luntur secara perlahan di tengah munculnya talenta baru di belahan dunia lainnya. 

Salah satunya datang dari sektor tunggal putra. Pebulu tangkis tunggal putra China kesulitan untuk dapat terus bersaing, sementara pemain andalan mereka, Lin Dan tengah berada di titik terendah mereka.

Sektor ganda putra juga mulai terbenam, seiring dengan semakin dominannya Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Pebulu tangkis putri China juga masih diliputi perasaan kecewa usai kegagalan mereka pada ajang beregu Piala Uber 2018.

Kedigdayaan tim putri China yang tidak pernah absen pada final Piala Uber sejak 1984, terhenti usai dikalahkan Thailand pada babak semifinal.

Kondisi tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi enam tahun lalu ketika China mendominasi gelaran Olimpiade London 2012 dengan memenangkan lima medali emas.

Empat tahun berselang, China mulai tampak kekurangan kekuatan. Di Olimpiade Rio 2016, Negeri Tirai Bambu tersebut hanya mampu membawa dua medali emas.

(Baca Juga: Legenda Tenis Ini Sebut Hari Pensiun Roger Federer Akan Jadi Hari Paling Menyedihkan)

Mengetahui masa kejayaan bulu tangkis mulai surut, seorang mantan atlet Olimpiade China, Zhang Jun, pun angkat bicara.