Pro dan Kontra eSports, Apa Nilai Positif dan Negatifnya?

By Dwi Widijatmiko - Jumat, 31 Agustus 2018 | 14:04 WIB
Tim Indonesia berlaga di turnamen eSports yang menjadi cabang ekshibisi dari Asian Games 2018 di Jakarta. (FRED DUFOUR/AFP)

 Babak baru buat electronic sports alias eSports di Asia terjadi di Indonesia di tengah penyelenggaraan Asian Games 2018, 18 Agustus 2018 hingga 2 September 2018.

Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, eSports dipertandingkan di ajang olahraga multicabang terbesar di Asia walaupun memang hanya berstatus ajang ekshibisi.

Sebelum ini di level Asia, eSports baru pernah dipertandingkan di Asian Indoor Games 2007, kemudian di Asian Indoor-Martial Arts Games sejak 2013.

Setelah hanya menjadi ajang ekshibisi di Asian Games 2018, eSports rencananya akan benar-benar dipertandingkan untuk memperebutkan medali pada Asian Games 2022.

Juga di level yang lebih tinggi, eSports sedang menjadi bahan diskusi untuk dipertandingkan di Olimpiade Paris 2024.


Ketua Indonesia eSports Association (IeSPA), Eddy Lim, berbicara dalam acara diskusi media soal keberadaan PES 2018 pada Asian Games di Jakarta, Jumat (24/8/2018).(SEPTIAN TAMBUNAN/BOLASPORT.COM)

(Baca Juga: Hasil Undian Liga Champions - Cristiano Ronaldo Balik ke Manchester, Grup B Neraka)

Tidak bisa tidak, video game dan eSports terus mengalami perkembangan yang signifikan sejak game pertama kali diperkenalkan pada akhir 1970-an.

Walaupun memiliki banyak kualitas, sensasi eSports memang pada akhirnya tak bisa disejajarkan dengan olahraga tradisional.

Olahraga tradisional tetap memiliki nilai-nilai yang tidak akan pernah bisa disamai oleh eSports.