Eksklusif Jonatan Christie: Kekasih, Olimpiade, Juara Dunia, dan Bangkit dari Keterpurukan

By Andrew Sihombing - Jumat, 31 Agustus 2018 | 17:06 WIB
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, berpose dengan medali emas kategori perorangan Asian Games 2018 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8/2018). ( FERNANDO RANDY/TABLOID BOLA )

Semua bisa dibilang berat, tetapi yang paling emosional adalah saat menghadapi Shi Yuqi (China/32 besar), Khosit Phetpradab (Thailand/16 besar), dan Kenta Nishimoto (Jepang/semifinal).

Shi Yuqi adalah unggulan pertama, sementara saya baru kali ini bermain di nomor perorangan Asian Games sehingga sempat ragu walau akhirnya lolos.

Saat menghadapi Khosit, beban saya sebenarnya sudah agak lepas. Tetapi, justru Khosit yang bisa lebih rileks, sementara saya kurang maksimal. Saat bisa keluar dari situasi tersebut, ini yang membuat saya agak emosional.

Puncaknya saat menghadapi Kenta Nishimoto karena ini merupakan semifinal pertama saya tahun ini. Itu yang membuat saya berambisi menampilkan yang terbaik. Tetapi, saya lagi-lagi underperform seperti ketika melawan Khosit.

Ketika kemudian bisa keluar dari situasi tersebut, rasanya benar-benar puas sekali.

Apa beda dukungan penonton selama Asian Games 2018 dibanding sebelumnya?

Pasti ada berbeda. Pada individual event sebelumnya, seperti Indonesia Open, mayoritas yang hadir merupakan pecinta bulu tangkis.

Tetapi karena ini Asian Games, banyak yang hadir itu adalah mereka yang sebelumnya tidak pernah menyaksikan bulu tangkis sehingga jelas lebih ramai.

Saya sendiri bersyukur karena ini berarti semakin banyak lagi yang menyukai bulu tangkis.

Soal bonus yang disumbangkan untuk korban gempa Lombok, apakah ini ucapan spontan atau sudah direncanakan?