Kejurnas Panjat Tebing 2018 - Raji'ah Salsabillah, Emas Pertama Banten, dan Ulangan Memori Tahun 2017

By Any Hidayati - Sabtu, 1 Desember 2018 | 15:38 WIB
Atlet panjat tebing Banten, Raji'ah Salsabillah (tengah), meraih medai emas nomor speed classic putri Kejurnas Panjat Tebing 2018 pada Sabtu (1/12/2018) di Kompleks Manahan, Solo. (ANY HIDAYATI/BOLASPORT.COM)

"Alhamdulillah kami mempertahankan medali emas Kejurnas tahun kemarin 2017," kata Billa bahagia.

Setelah meraih medali emas di Kejurnas 2018, Billa berharap bisa melanjutkan tren positif tersebut ke turnamen-turnamen selanjutnya.

"Semoga bisa tampil di kejuaraan-kejuaraan nasional maupun internasional lainnya dan bisa meraih hasil yang lebih baik lagi," kata Billa.

Baca Juga:

Untuk sementara, Jawa Timur masih menduduki puncak klasemen perolehan medali Kejurnas Panjat Tebing 2018 dengan empat medali emas, lima perak, dan satu perunggu.

Menyusul di posisi kedua ada Jawa Tengah dengan empat medali emas, dua perak, dan dua perunggu.

Kejuaraan Nasional Panjat Tebing 2018 di Kota Solo akan berlangsung hingga Minggu (2/12/2018) pagi dan masih menyisakan beberapa nomor pertandingan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on