Peringkat Pertama yang Berharga bagi Kento Momota

By Delia Mustikasari - Minggu, 6 Januari 2019 | 17:10 WIB
Pebulu tangkis tunggal putra Jepang, Kento Momota, pada BWF World Tour Finals 2018 di Guangzhou, China. (BADMINTON PHOTO)

Menduduki peringkat pertama dunia menjadi sesuatu yang berharga bagi pebulu tangkis tunggal putra Jepang, Kento Momota, karena dia meraihnya dengan susah payah.

Kento Momota mengalami pasang surut dalam karier bulu tangkisnya.

Sukses mengantar Jepang meraih trofi Piala Thomas untuk pertama kalinya pada 2014, Momota menjadi pebulu tangkis Jepang pertama yang merebut medali pada Kejuaraan Dunia 2015 (medali perunggu).

Dia juga menang pada Singapore Open 2015 dan final superseries 2015 dan mencapai peringkat kedua dunia.

Namun, dia terlibat kasus perjudian kasino ilegal di Tokyo bersama rekan satu timnya, Kenichi Tago

Meskipun sudah meminta maaf, Momota mendapat sanksi tidak boleh bertanding sejak April 2016 dan gagal tampil pada Olimpiade Rio 2016.

Pemain berusia 24 tahun itu menjalani hukuman larangan bertanding selama 15 bulan dari awal April 2016 hingga Juli 2017.

Ketika Momota kembali, itu bukan di level tertinggi. Turnamen besar seperti Kejuaraan Dunia BWF di Glasgow dan All England Open 2018 tidak bisa dia ikuti.

Sebaliknya, Momota secara sadar berpartisipasi dalam turnamen tingkat bawah yakni antara turnamen level Grand Prix dan International Challenge/Series, dalam upaya meraih kembali tingkat kebugarannya dan juga mendapat latihan pertandingan yang sangat dia dibutuhkan.

Turnamen pertama yang ia ikuti setelah kembali pasca- menjalani hukuman adalah Canada Open 2017 di Calgary pada Juli. Dia finis kedua setelah kalah dari Kanta Tsuneyama di turnamen itu.

Momota kemudian memenangkan US International Series, diikuti oleh Dutch Open, Macau Open, dan Vietnam International Series pada awal 2018.

Baca juga:

Bermain di beberapa turnamen tingkat bawah tidak hanya membantu bintang Jepang ini mendapatkan poin peringkat yang berharga, tetapi juga kepercayaan diri untuk kembali ke tingkat atas.

Kesabaran dan ketekunannya perlahan tapi pasti membuahkan hasil.

Menjelang Kejuaraan Asia 2018 di Wuhan, China, Momota telah mencapai puncak kebugaran. Dia menunjukkan performa lamanya ketika dia mengalahkan Shi Yuqi (China) pada babak kedua.

Pemain kidal itu juga tak terkalahkan meskipun China menjadi juara Piala Thomas 2018 di Bangkok.

Momota gagal melewati favorit tuan rumah, Lee Chong Wei di final Malaysia Open Super 750, tetapi Momota memang menang pada Indonesia Open Super 1000 di Jakarta, mengungguli Viktor Axelsen (Denmark).

Axelsen selanjutnya gagal mempertahankan gelar pada kejuaraan Dunia setelah tersingkir pada babak perempat final dan Momota menjadi Juara Dunia 2018.

Momota melanjutkan penampilannya dengan menjuarai Japan Open Super 750 dan menjadi runner-up pada China Open Super 1000 setelah kalah dari Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia).

Momota telah melakukan cukup banyak hal untuk mempertaruhkan posisinya di peringkat pertama dunia.

Pada akhir September 2018, Momota berada di peringkat pertama dunia untuk pertama kali dalam kariernya. Dia menjadi orang Jepang pertama yang mencapai prestasi itu.

Dia hanya butuh waktu selama sembilan bulan untuk mencapai posisi tersebut setelah awal 2018 berada di urutan ke-48 dunia.

"Ini adalah pengalaman yang merendahkan hati untuk menjadi peringkat nomor satu," ucap Momota seperti dilansir BolaSport.com dari Badzine.

"Ini berkat semua dukungan yang saya terima. Saya berterima kasih kepada semua yang telah berdiri di samping saya," ujar Momota.

Meski sudah mencapai peringkat pertama dunia, Momota tidak merasa puas.

"Menjadi nomor satu adalah langkah pertama. Idola saya adalah pemain seperti Lin Dan dan Lee Chong Wei yang memiliki karier panjang di puncak. Saya juga ingin tetap menjadi nomor satu untuk waktu yang lama," kata Momota.

Dia juga akan berjuang lolos kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 dan menyumbang medali emas untuk Jepang.