1 Tahun Solskjaer di Man United: Percaya atau Tidak, Dia Lebih Baik dari Klopp dan Pochettino

By Beri Bagja - Jumat, 20 Desember 2019 | 12:30 WIB
Pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer. (TWITTER.COM/SQUAWKANEWS)

BOLASPORT.COM - Tanggal 19 Desember 2019 tepat menandakan setahun Ole Gunnar Solskjaer menukangi Manchester United. Bagaimana rapor manajer berwajah awet muda itu selama 12 purnama?

Ole Gunnar Solskjaer dilantik sebagai pelatih Manchester United pada 19 Desember 2018.

Saat itu, dia menggantikan peran Jose Mourinho, yang didepak Setan Merah setelah menjerumuskan klub di peringkat keenam klasemen.

Dalam perjalanannya setahun melatih Man United, Solskjaer mengalami turbulensi kencang.

Baca Juga: Hasil Undian Piala Liga Inggris, Derbi Manchester Tersaji di Semifinal

Baca Juga: Solskjaer Kembali Tebar Teka-teki soal Transfer Haaland

Baca Juga: Minamino, Keita, Mane, Siapa Lagi Jebolan Salzburg yang Akan Dibajak Liverpool?

Mulai dari catatan rekor terbaik sepanjang sejarah klub, hingga isu pemecatan yang berembus pekat dialami pria Norwegia berusia 46 tahun itu.

Berikut BolaSport.com membagi setahun periode kepelatihan Solskjaer menjadi 3 bagian.

1. Start impian semua pelatih

TWITTER.COM/INDYFOOTBALL
Marcus Rashford cs membawa Manchester United mengalahkan PSG di Liga Champions 2018-2019.

Setelah dilantik menjadi manajer interim, Ole Gunnar Solskjaer menjalani awalan yang diimpikan semua pelatih di dunia ini.

Dia langsung bikin rekor dengan menyapu 8 partai perdana di berbagai ajang dengan kemenangan beruntun.

Awalnya sangat gemilang karena ditandai kemenangan 5-1 atas Cardiff City sebelum Natal (23/12/2018).

Baca Juga: KALEIDOSKOP 2019 - Reli Sengit Man City dan Liverpool Menuju Singgasana

Dalam 17 pertandingan perdana, rapornya adalah 14 kemenangan, 2 kali imbang, dan cuma sekali kalah.

Puncak dari periode bulan madu Solskjaer ialah kemenangan 3-1 di kandang PSG yang meloloskan Man United ke perempat final Liga Champions.

2. Roda Ole berputar, sindrom pelatih permanen

TWITTER.COM/SOCCLAB
Juergen Klopp dan Ole Gunnar Solskjaer saling berbagi sapaan seusai pertandingan Man United vs Liverpool di Old Trafford

Kesuksesan lolos ke babak 8 besar Liga Champions secara dramatis membuat manajemen tak tunda keputusan untuk memberikan kontrak permanen.

Solskjaer pun meneken surat kerja sama sebagai pelatih tetap hingga 3 tahun ke depan pada 28 Maret 2019.

Namun, selanjutnya sindrom pelatih permanen seperti melanda.

Baca Juga: Kerap Dikritik, Solskjaer Tetap Pede Jadi Pelatih Man United

Roda nasib Ole berputar kencang ke bawah karena performa jeblok dalam 12 partai sejak posisinya permanen.

Setan Merah menutup musim 2018-2019 dengan rapor 2 kemenangan saja, 2 hasil imbang, dan 8 kali kalah!

Di Liga Inggris, Man United finis di peringkat keenam klasemen, titik yang sama ketika klub ditinggalkan Mourinho.

3. Musim baru, cobaan baru

TWITTER @OPTAJOE
Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez waktu masih memperkuat Manchester United.

Memasuki musim kompetisi baru, Ole Gunnar Solskjaer menghadapi cobaan baru.

Klub melepas beberapa pemain penting dan untuk kali pertama, Solskjaer punya kesempatan membangun ulang skuad sesuai keinginannya.

Hasilnya sempat mengesankan dengan start kemenangan 4-0 atas Chelsea di pekan pembuka Liga Inggris.

Hanya, kelesuan berikut terjadi yang ditandai kesulitan klub menang, sukar mencetak gol, dan mendekati zona degradasi. 

Isu pemecatan tak berhenti berembus. Kebijakan pemilihan pemain dan taktik disorot tajam.

Dalam 17 partai Liga Inggris musim ini, rapor Solskjaer bahkan lebih buruk daripada 17 partai Mourinho saat dipecat Man United.

Baca Juga: Ole Gunnar Solskjaer Lebih Jelek dari Saat Jose Mourinho Dipecat Manchester United

Setan Merah seperti tak mengalami perkembangan berarti karena kini berada di peringkat keenam klasemen.

Ya, lagi-lagi sama dengan posisinya saat ditinggalkan Mou setahun lalu.

Namun, di balik itu semua tetap terselip hal positif dari rezim Solskjaer selain meningkatnya gairah dan performa pemain-pemain jebolan akademi klub.

Ternyata secara keseluruhan, Solskjaer memiliki rasio kemenangan lebih baik daripada Juergen Klopp (Liverpool) dan Mauricio Pochettino (Tottenham) di tahun pertamanya bersama klub masing-masing.

Rapor Solskjaer adalah meraih 29 kemenangan dari 55 partai (52,7% menang).

Sementara itu, Klopp mencatat rasio kemenangan 49,2 persen di tahun pertama bareng Liverpool dan Pochettino di angka yang sama saat di Spurs.

Apakah ini bukti Man United harus sabar dan tetap memercayakan kendali di tangan Ole?