Praveen Jordan Sudah Belajar dari Kegagalan pada Olimpiade 2016

By Lariza Oky Adisty - Kamis, 11 Juni 2020 | 19:25 WIB
Pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, bereaksi setelah memastikan raihan gelar All England Open 2020 di Arena Birmingham, Inggris, Minggu (15/3/2020). (BADMINTON INDONESIA)

 

BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan, belajar banyak dari pengalamannya saat berlaga pada Olimpiade Rio 2016 untuk menjadi bekalnya pada Olimpiade Tokyo.

Praveen Jordan melakukan debut Olimpiade pada 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.

Ketika itu, Praveen berpasangan dengan Debby Susanto.

Langkah Praveen/Debby berhenti pada babak perempat final. Mereka kalah 16-21,11-21 dari rekan senegara, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Baca Juga: Pelatih Ganda Campuran PBSI: Tak Ada Perubahan Program Latihan

Dalam konferensi pers virtual hari Kamis (11/6/2020), Praveen mengatakan ia sudah belajar banyak dari pengalaman tersebut.

"Saya sudah satu kali ikut Olimpiade dan dapat banyak pelajaran. Dari pengalaman tersebut, untuk tahun depan saya harus menjaga motivasi dan tetap mengendalikan diri," kata Praveen.

"Saya tidak boleh berlebihan dan harus tetap fokus, sambil mempertahankan motivasi," tutur dia.

Baca Juga: Fajar/Rian Gagal Pertahankan Gelar Usai Swiss Open 2020 Dibatalkan

Praveen Jordan kini berpasangan dengan Melati Daeva Oktavianti sejak 2019.

Praveen/Melati saat ini menduduki peringkat keempat Race to Tokyo yang menentukan kelolosan ke Olimpiade Tokyo.

Mereka adalah pasangan ganda campuran Indonesia dengan peringkat tertinggi saat ini.

Baca Juga: Praveen/Melati Terima Bonus Juara All England Open 2020 Total Rp 450 Juta

Hal tersebut membuat mereka direken menjadi salah satu kandidat untuk lolos ke Olimpiade Tokyo, bahkan meraih medali emas untuk Indonesia dari cabang bulu tangkis.

Apalagi, mereka punya bekal yang sangat baik berupa trofi All England Open 2020 pada Maret lalu.

Praveen tak ingin menjadikan ekspektasi publik sebagai tekanan.

"Tidak ada perasaan terbebani. Proses menuju Olimpiade memang tidak mudah, tetapi ini jadi tantangan buat saya dan Meli (panggilan Melati)," ujar Praveen.

"Kami punya tantangan meneruskan tradisi medali emas dan kami memang ingin melanjutkan tradisi tersebut," tuturnya.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merebut medali emas Olimpiade pada 2016, yang menjadi satu-satunya medali emas tim Merah Putih pada ajang empat tahunan tersebut.

Catatan sejak Olimpiade Sydney 2000 menunjukkan cabang bulu tangkis hanya satu kali gagal menyabet medali emas Olimpiade, yaitu pada 2012.