Star Syndrome jadi Masalah Utama bagi Pesepak bola Muda Indonesia

By Wila Wildayanti - Kamis, 6 Agustus 2020 | 21:00 WIB
Skuat timnas U-19 Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya saat menghadapi Hong Kong pada laga kedua Grup K Kualifikasi Piala Asia U-19 2020 di Stadion Madya, Kompeks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2019), (GARRY LOTULUNG/KOMPAS.COM)

Oleh karena itu, saat ini para pemain muda timnas Indonesia sangat dibatasi oleh tim pelatih untuk menggunakan sosial media.

Pembatasan itu dilakukan oleh tim pelatih timnas Indonesia agar para pemain tak telalu sibuk bermain media sosial dan merasakan star syndrome yang bisa menyernag siapa saja.

Menanggapi hal itu, pelatih penjaga gawang timnas U-16 Indonesia mengatakan bahwa memang saat ini hal tersebut diterapkan ke para pemain agar tak selalu bermain sosial media.

“Salah satu yang membuat penampilan pesepakbola menurun adalah sosial media,” kata Markus Haris Maulana kepada wartawan.

“Jadi pemain harus kurangi sosial media karena mereka itu atlet bukan artis. Jadi yang harus ditonjolkan itu prestasi bukan sensasi,” ucapnya.

Tak berbeda dengan Markus Haris, mantan pemain andalan timnas Indonesia, Ponaryo Astaman pun turut mengomentari hal itu.

Baca Juga:

Menurut Ponaryo Astama, jika para pemain sudah pada titik star syndrome tentu tak mudah untuk bisa mengembalikan fokus utamanya karena mereka pasti terlena.

Oleh karena itu menurutnya apabila mencapai titik itu, sangat diperlukan untuk mendatangkan psikolog agar bisa mengembalikan mental para pemain.

Hal itu karena menurutnya pesepakbola muda harus bisa kembali ke performa terbaiknya.