Evaluasi Debut Thomas Tuchel di Chelsea: Tiki-Tuchel Saja Tak Cukup dalam Sehari

By Beri Bagja - Kamis, 28 Januari 2021 | 07:20 WIB
Chelsea bermain imbang dalam duel Liga Inggris kontra Wolverhampton di Stamford Bridge, 27 Januari 2021, yang menandakan debut pelatih Thomas Tuchel. (TWITTER.COM/CHELSEAFC)

BOLASPORT.COM - Thomas Tuchel melakoni debut pelatih Chelsea dengan hasil imbang tanpa gol kontra Wolverhampton Wanderers.

Skor 0-0 menghiasi debut Thomas Tuchel di Liga Inggris sebagai pengganti Frank Lampard di kursi pelatih Chelsea.

The Blues tak mampu bikin gol saat menjamu Wolverhampton Wanderers di Stamford Bridge, Rabu (27/1/2021) atau Kamis dini hari WIB.

Hal menarik adalah laga ini cuma berselang sehari setelah Tuchel dilantik sebagai nakhoda anyar Chelsea.

Pria Jerman itu tak punya waktu banyak untuk menggali skuadnya hanya melalui dua pertemuan dalam satu kali latihan.

Namun, ke mana arah Chelsea di bawah asuhan Tuchel sepertinya sudah mulai bisa ditebak.

Baca Juga: Hasil dan Klasemen Liga Inggris - Debut Tuchel di Chelsea Berakhir Imbang, Man United Ulangi Kekalahan Memalukan 48 Tahun Silam

Baca Juga: Hasil Liga Inggris - Pinggirkan Anak Emas Frank Lampard, Thomas Tuchel Gagal Bawa Chelsea Menang di Laga Perdana

Si Biru bakal memperkuat penguasaan bola dengan selama mungkin mengendalikan permainan lewat umpan-umpan pendek cepat dan pressing kilat.

Rekor baru yang muncul memperkuat asumsi tersebut.

Chelsea dalam laga kontra Wolves membukukan angka penguasaan bola tertinggi (78,9%) dan jumlah operan terbanyak (820) bagi debut seorang pelatih baru di Liga Inggris.

Memang tidak bisa disamakan dengan tiki-taka ala Barcelona, tetapi ada sisi dari permainan Chelsea yang menunjukkan kemiripan.

Tiki-Tuchel, setidaknya nama pelesetan itu bisa mewakilkan gaya tersebut.

Saking rapat dan mengalirnya arus operan antarpemain, Whoscored mencatat awak The Blues cuma kehilangan bola sekali dalam penguasaan sepanjang laga.

Wolves saja sampai sembilan kali.

Hanya, tetap saja ada kekurangan seperti diperlihatkan hasil akhir.

Dominasi maksimal masih harus diejawantahkan menjadi permainan efektif.

Dari 14 tembakan, hanya 5 buah yang tepat sasaran. Tanpa satu pun gol, tentu saja.

Baca Juga: Kronologi Pemecatan Frank Lampard di Chelsea: Diajak Sarapan 30 Menit oleh Bos, Terus Di-PHK

Level efisiensi harus digenjot lantaran Chelsea bukan cuma butuh gaya permainan yang enak dilihat.

Di atas itu, tim sangat ingin hasil maksimal karena mereka perlu banyak kemenangan guna mendongkrak posisi di klasemen.

Tuchel menilai apa yang diperlihatkan pasukan barunya dalam sehari sebagai percikan energi positif.

"Saya menikmatinya karena sangat senang dengan intensitas permainan, sikap, energi, dan kualitas tim saya," katanya, dikutip BolaSport.com dari BBC.

"Kami bermain terorganisasi dan tak pernah kekurangan intensitas."

"Kami meningkat menit demi menit di babak kedua. Dalam hal performa, saya sangat bahagia."

"Sayangnya, kami tak bisa mencetak gol. Jika kami menjaga performa seperti ini, hasil-hasil baik akan datang," tutur eks bos Borussia Dortmund dan Paris Saint-Germain itu.

TWITTER.COM/CHELSEAFC
Olivier Giroud (18) starter dalam duel Chelsea vs Wolverhampton, 27 Januari 2021.

Tuchel juga langsung menunjukkan preferensi penting dalam penyusunan tim.

Anak emas di era Lampard, Mason Mount, dipinggirkan dari susunan starter.

Tak ada nepotisme sesama warga Jerman karena Tuchel memilih Olivier Giroud sebagai tombak utama ketimbang Timo Werner, yang sedang mengalami paceklik gol.

Baca Juga: Thomas Tuchel Resmi ke Chelsea, Paman Frank Lampard: Apanya yang Pelatih Hebat?

Penempatan Jorginho dan Mateo Kovacic sebagai gelandang jangkar dobel menunjukkan sinyal Tuchel ingin memaksimalkan pengendalian bola dari pusat lapangan.

Lalu, hal menarik lain adalah mengintip peran Callum Hudson-Odoi sebagai full-back, terutama setelah Ben Chilwell digantikan Christian Pulisic.

Hudson-Odoi yang awalnya menempati sektor sayap penyerangan dalam formasi 4-2-3-1, mundur ke sisi belakang dengan pos ofensif tersebut ditempati Pulisic.

Keputusan itu ada sisi positifnya karena naluri Hudson-Odoi dalam menyerang bisa memompa agresivitas dari lini belakang.

Hal ini tampak dalam kontribusinya menciptakan dua peluang dan melepas satu tembakan akurat.

TWITTER.COM/CHELSEAFC
Thomas Tuchel memberikan arahan kepada pemain Chelsea dalam duel Liga Inggris kontra Wolverhampton di Stamford Bridge, 27 Januari 2021.

Penampilan Kai Havertz, yang ramai disorot sebagai pembelian gagal Lampard, juga disebut-sebut menunjukkan sinyal perbaikan.

Dia memiliki ruang lebih banyak untuk mengeksploitasi pertahanan lawan, ditandai dengan jumlah tembakan terbanyak (3 kali) bersama Hakim Ziyech.

Bagi Tuchel, tak ada keajaiban datang dalam sehari. Semuanya butuh proses.

Namun, yang sudah dia dapatkan adalah kesan pertama yang positif.

Baca Juga: Hasil Copa del Rey - Gol dan Operan Cungkil Lionel Messi Loloskan Barcelona Susah Payah

"Saya tidak menyangka tim akan memperlihatkan level seperti itu dari satu kali latihan dan dua pertemuan. Ini memberi saya firasat bagus untuk masa depan," katanya.

"Sungguh tidak adil karena saya tak punya penjelasan untuk siapa pun di tim kenapa mereka tidak bermain."

"Hari demi hari akan membantu saya memahami tim," kata pelatih berusia 47 tahun itu.

Laga kedua Thomas Tuchel di bangku pelatih Chelsea adalah duel versus Burnley di Stamford Bridge, Minggu (31/1/2021).