Kisah Veron di Man United: Pemain Termahal Liga Inggris yang Hancur Lebur karena Tampil Flop

By Raka Kisdiyatma Galih - Selasa, 9 Februari 2021 | 21:00 WIB
Mantan gelandang tengah asal Argentina, Juan Sebastian Veron, saat mengenakan seragam Manchester United (TWITTER.COM/TOTALNEWSUK)

BOLASPORT.COM - Juan Sebastian Veron memiliki kisah yang cukup kelam saat memutuskan untuk berseragam Manchester United pada 2001.

Juan Sebastian Veron dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia pada awal 2000-an.

Pria asal Argentina ini sukses membuat namanya semakin dikenal karena kerberhasilannya merumput di Liga Italia pada 1996-2001.

Selama periode tersebut, ada tiga klub yang dibela oleh Veron yaitu Sampdoria, Parma, dan Lazio.

Veron kemudian mengambil keputusan besar pada 2001 ketika menerima pinangan dari klub Liga Inggris, Manchester United.

Baca Juga: Semifinal Coppa Italia - Jangan Harap Ronaldo Bobol Inter Milan di Turin

Man United bahkan sampai memecahkan rekor transfer Liga Inggris saat itu untuk mendatakangkan Veron.

Setan Merah mengeluarkan biaya senilai 28 juta pounds (sekitar Rp 539 miliar).

Namun, kariernya tak berjalan mulus karena dia dinilai tampil flop.

Dia juga kalah bersaing dengan geladang Man United lainnya, seperti David Beckham, Roy Keane, Paul Scholes, dan Ryan Giggs.

Veron pun hanya mampu bertahan selama 2 musim sebelum akhirnya dijual ke Chelsea pada 2003.

Kendati demikian, Veron mengaku tak menyesal dengan keputusannya bergabung dengan Man United.

Baca Juga: Man United Vs West Ham - Menanti Martial Akhiri Puasa ke Gawang Favorit

"Tidak, tidak menyesal. Saya bergabung dengan United karena saya memiliki masalah paspor di Italia dan berpikir perubahan pemandangan akan baik untuk pikiran saya," kata Veron seperti dikutip BolaSport.com dari FourFourTwo.

"Sejujurnya, saya memiliki pandangan pesimistis tentang bermain di Inggris, karena saya membayangkan bahwa kehidupan di sana akan sangat berbeda dengan yang biasa saya lakukan, yakni gaya hidup Latin."

"Jika ada satu hal yang melawan saya, saya akan mengatakan itu adalah kondisi fisik."

"Saat kami memainkan lebih banyak pertandingan, level kinerja saya turun."

"Saya mengalami begitu banyak pasang surut: beberapa pertandingan yang sangat bagus, tetapi kemudian bermain buruk di laga lainnya."

"Saya tahu bahwa waktu saya di sepak bola Inggris bukanlah yang terbaik," tambahnya.