Dewa Kipas vs WGM Irene Sukandar dan Bidak Liar Juventus

By Beri Bagja - Selasa, 23 Maret 2021 | 14:50 WIB
Tarung catur WGM Irene Kharisma Sukandar (kiri) versus Dadang Subur a.k.a Dewa Kipas di kanal Youtube Deddy Corbuzier, Senin (22/3/2021). (YOUTUBE.COM)

Papan Catur Andrea Pirlo

TWITTER.COM/WILLIAMHILL
Pelatih Juventus, Andrea Pirlo.

"Anda bermain sepak bola dengan kepala (pikiran) dan kaki Anda dipakai untuk membantu."

Kutipan di atas dilontarkan mendiang legenda besar Belanda, Johan Cruyff.

Sering dipakai sebagai analogi sepak bola dengan catur, di mana kedua cabor ini sama-sama menggunakan otak/pikiran sebagai sumber utama.

Pemain diibaratkan bidak, dan lapangan jadi papan penerapan konsep.

Soal konsep pikir dan filosofi taktik ini, tak ada yang lebih obsesif daripada Italia.

Kalau soal aplikasi strategi terhadap intelegensi permainan di lapangan, mungkin Andrea Pirlo mewakili golongan pemain S3 atau bahkan kelas profesor di masa jayanya.

Baca Juga: Juventus Ambyar di Liga Champions, Andrea Pirlo seperti Sopir Pemula Dikasih Mobil Ferrari

Baca Juga: Dapat Baju GOAT, Cristiano Ronaldo Mandul dan Malah Bonyok Kena Lutut Pemain 1,9 Meter

Tesisnya pas lulus kursus kepelatihan tahun lalu saja berjudul "Sepak Bola yang Saya Inginkan" atau "Sepak Bola Menurut Saya". Kurang obsesif apa coba?

Inti hasil bedah otaknya itu, Pirlo ingin memanifestasi dua fondasi vital dalam sebuah konsep gim modern: sepak bola menyerang frontal dengan basis penguasaan bola optimal.

Tujuannya bermain kolektif dan total, di mana 11 pemain terlibat aktif dalam fase menyerang dan bertahan.