Kisah Muamar Qadafi - Bertemu Kevin Cordon dan Ukir Sejarah di Olimpiade

By Fauzi Handoko Arif - Selasa, 10 Agustus 2021 | 16:15 WIB
Profil Kevin Cordon saat tampil pada perempat final Olimpiade Tokyo 2020, Sabtu (31/7/2021) (TWITTER/BADMINTON GUATEMALA)

BOLASPORT.COM - Olimpiade Tokyo 2020 menjadi titik penting dalam perjalanan karier pelatih bulu tangkis Indonesia, Muamar Qadafi. Sebab, dia berhasil mengantar Kevin Cordon sebagai pebulu tangkis Benua Amerika pertama yang menembus babak empat besar.

Cerita sukses Muamar Qadafi dan Kevin Cordon tak terjadi dalam waktu singkat.

Sebaliknya, dibutuhkan durasi belasan tahun sebelum akhirnya sejarah besar itu terukir dalam Olimpiade.

Kevin Cordon, yang merupakan pebulu tangkis tunggal putra Guatemala, berhasil mencuri perhatian dunia berkat pencapaiannya melaju ke semifinal Olimpiade Tokyo 2020.

Kesuksesan Cordon tersebut tak bisa dilepaskan dari peran Qadafi selaku pelatih.

Baca Juga: Dani Pedrosa Beri Hormat ke Valentino Rossi Usai MotoGP Styria 2021

Meski akhirnya kalah dari pebulu tangkis asal Denmark, Viktor Axelsen, pada babak semifinal, dan gagal meraih medali perunggu karena ditaklukkan wakil Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, kiprah Cordon pada Olimpiade Tokyo 2020 terbilang fenomenal.

Qadafi, sebagai pelatih, tentu juga layak mendapat pujian usai mengantar anak didiknya itu ke babak semifinal.

 

Apalagi, keberhasilan ini terjadi 15 tahun setelah pertemuan pertama Qadafi dengan Cordon.

Baca Juga: Daftar Turnamen Bulu Tangkis 2021 Usai Olimpiade Tokyo 2020, Ada 3 Kompetisi Beruntun di Bali

Dikutip dari wawancara eksklusif Kompas.com, Muamar Qadafi pertama kali mengenal Kevin Cordon pada tahun 2006.

Pertemuan itu bermula setelah Qadafi berhasil mengangkat derajat Peru pada Pan American (PanAm) Junior Tournament di Campinas, Brasil.

"Di situ, saya (sebagai pelatih) meraih juara di tunggal putra U-17, U-19, yang lainnya dapat nomor dua," kata Qadafi.

"Biasanya, di Benua Amerika dikuasai oleh Kanada dan USA. Jadi, waktu itu, setelah beberapa tahun lamanya, kami (Peru) bisa juara di team event mengalahkan Kanada dan USA di semifinal dan final."

"Dari hasil itu, orang mulai mengenal, 'kok Peru tiba-tiba bisa mengalahkan USA dll. Oh, ada pelatih Indonesia. Dari situ mulai banyak yang mengenal," ucap dia.

"Kemudian, dari situ saya diminta Federasi PanAm menjadi headcoach di PanAm Junior training camp selama 10 hari setelah selesai Kejuaraan PanAm Junior."

"Setelah itu, saya diundang beberapa kali oleh Federasi PanAm selain sebagai headcoach untuk junior training camp juga sebagai coach untuk coaching clinic di berbagai negara di Benua Amerika," tutur pelatih kelahiran Solo, Jawa Tengah itu.

Baca Juga: Selaku Sesama Muslim, Khamzat Chimaev Bantah Benci Khabib Nurmagomedov

Guatemala kemudian mendengar kiprah Muamar Qadafi, sehingga pihak mereka mengirimkan dua atlet untuk berlatih di Peru selama dua bulan.

Salah satu atlet yang dikirim oleh Guatemala saat itu adalah Kevin Cordon.

"Dari dua atlet itu, salah satunya Kevin Cordon. Saat itu, dia masih berusia 19 tahun," ucap Qadafi.

Baca Juga: Dianggap Panutan, Peraih Emas Olimpiade Tokyo 2020 Ingin Jadi Seperti Ahsan/Hendra

"Waktu itu, karena kami berasal dari Indonesia dan terbiasa melihat kultur bulu tangkis, bisa melihat ada potensi di anak ini (Kevin Cordon)."

"Dia sangat senang sekali kalau kami kasih masukan. Jadi, saya sering tanya dan sering ngobrol."

"Kalau dibimbing dan dibina dengan baik, di kemudian hari, dia bisa menjadi atlet yang besar. Dia sangat percaya sekali dan senang dengan apa yang kami sampaikan," kata Qadafi lagi.

Muamar Qadafi dan Kevin Cordon sempat berpisah saat pebulu tangkis yang kini berusia 34 tahun itu mengikuti program BWF Training camp selama dua tahun di Jerman.

Tujuan diselenggarakannya program tersebut untuk membantu atlet-atlet di berbagai negara berkembang di Benua Amerika agar bisa tampil pada Olimpiade Beijing 2020.

"Setelah itu, Federasi Bulu Tangkis Peru, sekaligus Presiden Federasi PanAm dan merangkap sebagai Vice President BWF, Gustavo Salazar, membantu atlet-atlet di negara-negara berkembang di Benua Amerika untuk masuk ke dalam program BWF training camp di Jerman selama dua tahun," tutur Qadafi.

"Program itu tujuannya untuk memberi kesempatan atlet-atlet berkembang, juga agar mereka bisa lolos kualifikasi Olimpiade Beijing 2008. Salah satunya yang diundang Kevin Cordon."

Baca Juga: Menpora RI: Bonus Atlet Olimpiade Tokyo 2020 Akan Diumumkan Presiden

"Namun, saat itu dia ada keraguan karena dia anak muda yang senang dekat dengan orang tuanya. Akhirnya, Kevin diberi pilihan oleh Vice President BWF tadi untuk memilih antara 3-4 bulan bersama orang-orang Indonesia di Peru dan bisa pulang ke Guatemala atau dua tahun di Jerman," ucap Qadafi.

"Kevin Cordon kemudian memilih dua tahun di Jerman dan dilatih oleh pelatih-pelatih Asia di sana. Dan benar sekali, dua tahun di sana, dia sangat berkembang, peningkatannya pesat."

"Jadi, dia bisa lolos Olimpiade Beijing 2008 dan menunjukkan performa yang bagus. Meskipun kalah, permainan Kevin sangat luar biasa," kata Qadafi menjelaskan.

Baca Juga: Diharapkan Bisa Untungkan Indonesia, Kasus Doping Atlet China di Olimpiade Tokyo 2020 Ternyata Hoaks

Selepas Olimpiade Beijing 2008, kerja sama Muamar Qadafi dan Kevin Cordon kembali terjalin.

Relasi jilid dua ini bisa terjadi setelah BWF menghentikan program mereka untuk para pebulu tangkis negara berkembang di Benua Amerika.

"Dia (Cordon) juga tidak tahu mau ke mana lagi, akhirnya pulang ke Guatemala dan menghubungi saya pada 2009," ujar Qadafi.

"Kebetulan, saya juga sudah tidak bersama timnas Peru saat itu, yang selesai pada 2008. Dia meminta saya untuk membantunya dan saya mengiyakan, terus berangkat ke Guatemala. Saya berangkat membawa Wisnu Putro, sekarang menjadi pelatih tim nasional Italia."

Baca Juga: Manuver Agresif Marc Marquez adalah Hal Biasa Dalam Balapan MotoGP

"Saya membawanya untuk menjadi teman sparring selevel dengan Kevin, karena di Guatemala tidak ada teman sparring selevel Kevin Cordon, sehingga saya bawa Wisnu. Kevin senang sekali," ucap Qadafi.

"Setelah itu, Kevin meraih gelar juara di berbagai international series dan challenge, kontrak selesai sementara pada tahun 2010."

"Setelah mengangkat permainan Kevin Cordon di berbagai international series maupun challenge, saya kembali ke Indonesia pada 2010 untuk liburan. Sebenarnya selain liburan, saya juga melangsungkan pernikahan," tutur Qadafi.

Baca Juga: Murid Valentino Rossi Klaim Bisa Menang Jika Tak Ada Kendala Mesin

Setelah mengukir sejarah besar di Olimpiade bersama Kevin Cordon, kontrak Muamar Qadafi sebagai pelatih di Guatemala akan habis.

Sejauh ini, Qadafi belum menentukan destinasi selanjutnya, tetapi dia memiliki keinginan untuk melatih di Indonesia.

"Sebagai orang Indonesia keinginan untuk melatih di Indonesia itu tetap ada. Saya tidak menutup kemungkinan apakah sekarang, besok, terserah kapan saja. Akan tetapi, saya punya cita-cita sendiri. Saat di Tokyo saya berada di athlete lounge, setelah selesai final ada penyerahan medali," tutur Qadafi.

Baca Juga: Harapan Petronas Yamaha SRT untuk Paruh Musim Terakhir Valentino Rossi di MotoGP

"Saya lari ke dalam stadion dan menonton di sana. Saya mengucapkan selamat ke Kenneth Jonassen pelatihnya Viktor Axelsen. Melihat Viktor Axelsen, Chen Long, Ginting di podium menginspirasi saya."

"Artinya, ini Olimpiade pertama saya dengan negara yang bisa dibilang tidak ada tradisi atau budaya bulu tangkis, tetapi bisa mencapai tahap ini."

"Saya ingin sekali suatu hari nanti, entah kapan dengan siapa atau dengan negara mana, bisa kembali ke Olimpiade. Akan tetapi, tidak hanya untuk berpartisipasi, melainkan juga membawa medali entah emas, perak, atau perunggu. Itu yang menjadi cita-cita saya," kata dia.

Baca Juga: Kisah Muamar Qadafi - Demi Wujudkan Mimpi Olimpiade, Rela Tinggalkan Zona Nyaman