Jaga Kesehatan Mental Selama Pandemi, Ini Kiat dari Psikiater

By Yussy Maulia - Rabu, 11 Agustus 2021 | 14:23 WIB
Dialog Produktif Semangat Selasa digelar Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Selasa (10/8/2021). (Tangkapan layar Youtube FMB9ID_IKP)

Bolasport.com – Melonjaknya kasus positif Covid-19 pada Juli 2021, membuat kebijakan “rem darurat” Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 diterapkan.

Situasi tersebut membuat kehidupan masyarakat Indonesia kembali mengalami disrupsi. Pandemi Covid-19 seakan tidak berkesudahan. Selain harus menghabiskan sebagian besar waktu di rumah, masyarakat juga harus menerima kabar anggota keluarga yang sakit, berita duka, situasi ekonomi yang menghimpit, dan disinformasi yang membuat khawatir.

Oleh sebab itu, kesehatan mental menjadi rentan. Psikiater sekaligus influencer dr Erickson Arthur Siahaan, Sp KJ dalam Dialog Semangat Selasa yang berlangsung secara daring, Selasa (10/8/2021) mengatakan, upaya adaptasi masyarakat terhadap pandemi dapat mencapai titik jenuh.

“Pada masa awal pandemi berlangsung ada reaksi kecemasan dan stres mengenai apa itu Covid-19. Setelah satu setengah tahun, pengetahuan masyarakat sudah terbentuk, tetapi masyarakat dapat jatuh pada kondisi pandemic fatigue,” kata dr Erickson dalam dialog yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) tersebut.

Baca Juga: Kondisi Psikis Skuad Persebaya Membaik setelah PSSI Beri Kepastian Liga 1 2021

Tidak hanya itu, menurut dr Erickson, stres juga dapat timbul dari reaksi beragam terhadap pandemi Covid-19 di masyarakat. Pada satu sisi, ada masyarakat yang patuh dan mencari tahu dengan seksama mengenai Covid-19 serta protokol kesehatan yang perlu diterapkan.

Namun, di sisi lain, ada masyarakat yang menolak memahami pandemi Covid-19 dan protokol kesehatan. Ketidakpercayaan akan adanya Covid-19 membuat anggota masyarakat tersebut abai dalam menerapkan protokol.

Dokter Erickson pun memberikan kiat menjaga kesehatan mental. Ia menyarankan setiap orang untuk mulai mengenali diri dan emosi yang tengah dirasakan.

“Dimulai dari diri sendiri sebelum kita berusaha untuk care terhadap orang lain. Kenali dulu karakter diri kita ini siapa? Apakah kita ini seorang yang pencemas, meluap-luap, atau menghindar. Kemudian, kelola stres,” katanya.

Menurut dr Erickson, mengenali diri sendiri juga penting karena setiap orang memiliki trigger stres masing-masing. Dengan memahaminya, seseorang dapat mengelola stres dengan cara yang sesuai.