SEJARAH HARI INI - Saat Valentino Rossi Berhenti Bermain-main dan Cetak Kemenangan di Luar Nalar

By Ardhianto Wahyu Indraputra - Rabu, 19 Oktober 2022 | 18:49 WIB
Pembalap Repsol Honda, Valentino Rossi, merayakan kemenangannya pada balapan MotoGP Australia di Phillip Island, Australia, 19 Oktober 2003. (MOTOGP.COM)

BOLASPORT.COM - Kesuksesan besar telah membuat Valentino Rossi merasakan berbagai kemenangan. Faktanya dia memegang rekor kemenangan terbanyak di MotoGP/500. Namun, kalau ada kemenangan yang paling mengesankan, GP Australia 2003 jelas salah satu kandidatnya.

Valentino Rossi mencatatkan salah satu kemenangan terbaiknya dalam balapan MotoGP Australia musim 2003.

Minggu, 19 Oktober 2003, Valentino Rossi (Repsol Honda) menuntaskan lomba dengan selisih 15,212 detik dari pembalap di posisi kedua yaitu Loris Capirossi (Ducati Marlboro).

Tidak semua pembalap MotoGP bisa mencetak kemenangan dengan margin sebesar ini mengingat hanya dua pembalap terbaik dalam lomba yang masuk hitungan.

Selain itu kemenangan Rossi pada MotoGP Australia 2003 terjadi dalam balapan yang berlangsung dengan kondisi cuaca yang cerah.

Kondisi lintasan yang kering memungkinkan semua pembalap untuk mengeluarkan potensi maksimal dari motor mereka.

Sebagai perbandingan, rekor margin kemenangan tertinggi di lintasan kering pada era motor empat tak MotoGP adalah 15,004 detik oleh Valentino Rossi pada GP Republik Ceska musim 2008.

BolaSporter mungkin bertanya kenapa rekornya lebih rendah? Jawabannya sekaligus menjelaskan kenapa kemenangan The Doctor di Phillip Island ini terbilang spesial.

Kemenangan Rossi dikenang karena aksi heroiknya. Pada balapan ini Rossi mendapat penalti 10 detik sehingga buku resmi mencatat gap kemenangannya hanya 5,212 detik.

Baca Juga: Melawan Takdir: Bagaimana Bagnaia Kalahkan Kemustahilan untuk Kangkangi Quartararo di Klasemen

Penalti 10 detik diterima Rossi karena menyalip pembalap lain yaitu Marco Melandri (Fortuna Yamaha) saat bendera kuning dikibarkan.

Saat Rossi menyalip Melandri di Tikungan 4 pada lap kelima, Troy Bayliss (Ducati Marlboro) masih mendapat perawatan di pinggir lintasan setelah terjatuh pada lap sebelumnya.

Rossi awalnya tidak sadar dirinya berada dalam masalah.

Informasi soal penalti diterimanya saat memimpin lomba beberapa lap berselang, itupun setelah didahului dengan kebingungan.

"Setelah tujuh atau delapan lap saya melihat tulisan 'kurang 10' di papan pit saya," kata Rossi setelah balapan, dilansir dari Crash.net.

"Lap berikutnya saya melihat 'P8'. Saya berpikir, 'Sial, apa yang terjadi?' Kemudian saya berpikir soal bendera kuning tetapi saya tidak melihatnya."

Sadar bahwa kemenangannya berada dalam bahaya, Rossi memacu motornya habis-habisan.

Dari lap ke-16 hingga lap 24, Rossi melaju dengan ritme 1 menit 31 detik. Pada balapan yang sama rival-rivalnya mentok di 1 menit 32 detik.

Alhasil, dari selisih 1,3 detik atas pembalap kedua pada lap ketujuh, Rossi meningkatkannya menjadi 10,4 detik pada lap ke-23. Hukumannya lunas.

Baca Juga: Jadwal MotoGP Malaysia 2022 - Match Point Pertama Pecco Bagnaia

The Doctor pun belum berhenti sampai di situ.

Dia masih tampil habis-habisan pada empat lap tersisa. Margin dengan pembalap di belakangnya akhirnya melebar menjadi 15,212 detik saat dia finis.

Kemenangan Rossi makin mengesankan karena dia sebenarnya tidak membutuhkannya.

Gelar juara dunia MotoGP sudah dikunci pembalap asal Tavullia, Italia, tersebut pada balapan sebelumnya di Malaysia.

"Saya tidak punya masalah dengan poin, jadi saya menutup mata pada 10 lap terakhir," sambung Rossi.

"Saya tidak pernah tampil 100 persen sebelumnya. Mungkin hari ini pertama kalinya."

Love-hate Relationship Rossi dan Honda

Kalimat Rossi di atas tidak selamanya membuat dirinya diagung-agungkan.

Pasalnya, kedigdayaan Rossi dibarengi dengan munculnya anggapan bahwa kesuksesannya tidak terlepas dari superiornya motor Honda.

Baca Juga: MotoGP Australia, Mitos Akamsi, dan Rahasia Tikungan Raja Sleding Casey Stoner

Honda menjadi pabrikan terbaik di kelas para raja kala itu. Dari 1994 sampai 2003, hanya sekali Honda gagal merebut gelar juara.

Tiga gelar pertama Rossi di GP500/MotoGP dicetak bersama motor Honda pada 2001, 2002, dan 2003.

Musim itu pun Rossi begitu mendominasi dengan selalu finis tiga besar dan mencetak sembilan kemenangan dalam 16 balapan.

Pembalap Honda lainnya juga tampil kuat. Malahan cuma sekali balapan pada MotoGP 2003 dimenangi oleh pembalap yang tidak mengendarai Honda.

Setelah Rossi, peringkat ke-2 dan 3 pada akhir musim diisi pembalap Honda yaitu Sete Gibernau (Telefonica Movistar Honda) dan Max Biaggi (Camel Pramac Pons).

Ini membuat kemampuan Rossi tak hanya diremehkan oleh rival-rivalnya tetapi juga Honda sendiri.

"Di Honda mereka berpikir mereka bisa menang tanpa Rossi," tutur Rossi dalam dokumenter Tales of Valentino.

"Jika Rossi pergi, mereka bisa menang dengan Gibernau, dengan Biaggi, dengan banyak pembalap."

"Jadi mereka tidak memperlakukan saya sebagai pembalap nomor satu. Bagi mereka saya pembalap pabrikan tetapi saya harus berterima kasih kepada mereka jika menang."

Baca Juga: Apa Gunanya Yamaha Lebih Cepat kalau Tak Bisa Dipakai dengan 1 Tangan?

Apa yang terjadi berikutnya sudah menjadi sejarah.

Tahun berikutnya Rossi pindah ke Yamaha yang sedang puasa gelar selama satu dekade lebih dan "menampar" wajah Honda dengan mempertahankan gelarnya sendiri.

Pembuktian Rossi lebih impresif lagi karena terjadi ketika Honda sejatinya masih menjadi motor terbaik pada MotoGP 2004.

Enam pembalap teratas di klasemen akhir yang namanya bukan Valentino Rossi adalah pembalap Honda.

Selain itu saat Rossi tidak menang, selalu pembalap Honda yang finis pertama.

Sejak saat itu muncul hubungan cinta sekaligus benci antara juara dunia sembilan kali tersebut dan Honda.

Sampai Rossi pensiun pada tahun lalu, Honda masih menahan motor NSR500 yang dijanjikan kepada Rossi saat menjadi juara dunia pada 2001.

Di sisi lain Rossi masih melihat bahwa Honda merupakan motor yang paling ingin dikendarainya jika hanya ada satu kesempatan untuk berlomba.

"Ya ... em ... saya mau, mungkin, Phillip Island tahun 2003 dengan motor Honda bermesin lima silinder," kata Rossi dalam wawancara dengan MotoGP.com.

"Saya memenangi balapan setelah bendera kuning, dan terkena penalti 10 detik. Soal motor dan hal-hal mekanis, itu adalah salah satu yang paling spesial."

"Karena itu adalah momen yang hebat dan hari yang spesial."

Baca Juga: Dulu Sepelekan, Fabio Quartararo Akui Andrea Dovizioso Benar soal Masalah Yamaha