Pelatih Pertamina Sayangkan Video Challenge Baru Digunakan pada Final Four Proliga 2023

By Delia Mustikasari - Selasa, 3 Januari 2023 | 15:55 WIB
Konferensi Pers Tim Voli Pertamina Pertamax dan Fastron (Putra dan Putri) di Graha Pertamina, Kawasan Jakarta Pusat, Selasa (03/01/2023). (PUTRI ANNISA/BOLASPPORTCOM)

BOLASPORT.COM - Turnamen bola voli tertinggi Tanah Air, Proliga 2023 yang dijadwalkan pada 5 Januari-19 Maret akan menggunakan sistem video challenge.

Penggunaan video challenge juga merupakan permintaan dari seluruh klub peserta Proliga agar kompetisi bisa berjalan dengan adil.

Teknologi video challenge tersebut lalu diklaim Proliga sebagai teknologi pertama pada kompetisi olahraga di Indonesia. Namun, teknologi itu baru bisa digunakan pada babak empat besar atau final four.

"Perkembangan kompetisi bola voli sekarang sudah menggunakan bola-bola cepat sehingga harus dibantu dgn challenge. Terutama untuk membantu wasit. Manusia ada salahnya, tetapi video ini bisa membantu," kata pelatih tim putri Jakarta Pertamina Fastron, Eko Waluyo dalam konferensi pers yang dihadiri BolaSport.com di Jakarta, Selasa (3/1/2022).

Baca Juga: Pertamina Diiisi Kombinasi Pemain Senior-Junior pada Proliga 2023

Sementara itu pelatih tim putra Jakarta Pertamina Pertamax, Putut Marhaento menyambut gembira gebrakan pada Proliga 2023 dengan adanya video challenge.

"Sayangnya kenapa baru ada pada babak 4 besar. Kalau dari awal kompetisi digunakan, bisa membangun attitude atlet. Jadi, tahu apakah memang disengaja atau human error," ujar Putut.

Terlepas dari video challenge, Putut mengatakan bahwa timnya ingin mengusung target maksimal meskipun ada sejumlah pemain andalah Pertamina, Farhan Halim pindah ke Jakarta STIN BIN pada Proliga 2023.

"Target yg ingin dicapai pastinya ingin memenangkan pertandingan. Tetapi, semua tergantung di lapangan karena setiap tim menurunkan pemain kelas dunia. Kami tidak tahu racikan tim seperti apa. Jadi kami bangun sportivitas," tutur Putut.

"Kami ingin menunjukkan ke komunitas voli bahwa meski kami tidak ada pemain bintang, kami membina pemain dengan permainan kolektif dan bisa menghasilkan bintang baru."