Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Shin Tae-yong telah menjadi pelatih timnas Indonesia hampir selama empat tahun. Tetapi, apa sebenarnya yang membuat pelatih berusia 52 tahun itu tak bisa sesukses rekan senegaranya, yakni mantan pelatih Vietnam, Park Hang-seo?
Shin Tae-yong saat ini memang tengah menjadi sorotan.
Khususnya terkait masalah kontrak pelatih asal Korea Selatan itu untuk menukangi Skuad Garuda.
Shin Tae-yong sebelumnya menandatangani kontrak menjadi juru taktik timnas Indonesia pada Desember 2019.
Pada saat penandatanganan kontrak itu, jelas Shin Tae-yong disiapkan untuk menangani tim yang akan tampil di Piala Dunia U-20 2023.
Baca Juga: PSSI Kasih Target Tinggi ke Shin Tae-yong, Kalau Gagal Bagaimana?
Akan tetapi, setelah Indonesia dicoret sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, nasib Shin Tae-yong pun menjadi pertanyaan besar.
Piala Dunia U-20 2023 batal berlangsung di Indonesia sehingga tugas utama Shin Tae-yong bisa dianggap sudah selesai.
Situasi ini pun membuat semua pihak mulai mengukur kinerja Shin Tae-yong selama menukangi timnas Indonesia.
Shin Tae-yong hampir empat tahun penuh menjadi pelatih timnas Indonesia sejak tanda tangan kontrak berlangsung.
Akan tetapi, hingga saat ini pelatih berusia 52 tahun itu belum memberikan hasil nyata buat tim nasional dari tiga level usia yang ditukanginya.
Shin telah menukangi timnas U-20 Indonesia, timnas U-22, dan timnas senior.
Selama menukangi Skuad Garuda, Shin belum mempersembahkan sebuah trofi untuk Indonesia.
Dari kontrak Desember 2019 dan bakal berakhir pada Desember 2023, belum juga ada hasil trofi.
Hal ini berbeda dari rekan senegaranya yakni mantan pelatih timnas Vietnam, Park Hang-seo.
Park Hang-seo mencatatkan dirinya sebagai pelatih timnas Vietnam pertama kalinya pada 15 Oktober 2017.
Setelah itu Park Hang-seo resmi tidak memperpanjang kontraknya bersama timnas Vietnam.
Pelatih berusia 64 tahun itu telah mencapai kesepakatan bersama Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) bahwa kontrak berakhir pada 31 Januari 2023.
Park Hang-seo memang telah mengakhiri kontraknya dengan Vietnam.
Saat ini Park Hang-seo memilih menikmati waktu bersama keluarga alih-alih langsung bergabung menukangi tim baru.
Meski begitu, nama Park Hang-seo masih sangat melekat buat banyak pihak, termasuk pencinta sepak bola Indonesia.
Park merupakan pelatih yang dikenal sangat hebat di sepak bola Asia tenggara.
Dia berhasil menjadikan Vietnam menjadi tim yang sangat ditakuti di kawasan Asia tenggara.
Berbicara soal kontrak, Shin Tae-yong diikat selama empat tahun.
Sementara untuk, Park Hang-seo dikontrak Vietnam selama lima tahun.
Baca Juga: Tanpa Park Hang-seo, Indra Sjafri Berharap Performa Vietnam Anjlok di SEA Games 2023
Waktu memang menunjukkan perbedaan pembinaan, karakter, hingga faktor lainnya.
Akan tetapi, Shin Tae-yong dan Park Hang-seo tak memiliki perbedaan jauh, hanya beda satu tahun lebih lama untuk mantan pelatih Vietnam tersebut.
Bicara soal prestasi, pencapaian Shin Tae-yong dan Park Hang-seo memang tak lepas dari catatan mereka selama di Korea Selatan hingga akhirnya datang menukangi tim di Asia Tenggara.
Shin Tae-yong dan Park Hang-seo memiliki catatan cukup bagus selama menjadi pelatih khususnya menangani tim di Korea Selatan.
Mantan pelatih timnas Korea Selatan itu selama di Negeri Ginseng memiliki catatan mentereng.
Dia bahkan menjadi salah satu yang disegani saat menangani Seongnam Ilhwa Chunma.
Setelah itu dia diangkat sebagai pelatih sementara timnas Korea Selatan pada 2014 sebelum menjabat asisten pelatih hingga 2016.
Shin telah menangani timnas Korea Selatan U-20, U-23, dan timnas senior pada 2017 hingga 2019.
Shin pernah mengantar Korea Selatan U-23 ke perempat final Olimpiade 2016.
Baca Juga: Kata Erick Thohir soal Kinerja Shin Tae-yong dan Singgung Emas SEA Games 2023
Juru taktik timnas Indonesia itu bahkan menukangi Korea Selatan di Piala Dunia 2018.
Kala itu, nama Shin Tae-yong melejit seusai Korea Selatan berhasil mengalahkan Jerman.
Prestasi Shin Tae-yong di Korea Selatan ini memang tak diragukan lagi.
Namun, situasi itu berbeda saat Shin menukangi timnas Indonesia.
Seperti diketahui, selama menandatangani kontrak hingga saat ini, Shin belum juga berhasil mendapatkan trofi untuk Tim Merah Putih.
Pencapaian timnas yang ditukangi Shin paling jauh adalah melangkah ke final Piala AFF 2020.
Kemudian saat di SEA Games 2021, Shin gagal membawa Indonesia melangkah lebih jauh.
Timnas U-22 Indonesia hanya mampu menempati posisi ketiga dengan mendapatkan medali perunggu.
Prestasi Shin Tae-yong selama menukangi timnas Indonesia tak sementereng saat berada di Korea Selatan.
Hal ini berbeda dari Park Hang-seo.
Park Hang-seo sebenarnya pernah juga menangani timnas Korea Selatan U-23 pada 2002.
Namun, posisi tertingginya saat menukangi timnas Korsel hanya sebagai pelatih sementara pada 2000.
Bisa dibilang Park Hang-seo memang tidak sementereng nama Shin Tae-yong di Korea Selatan saat melatih tim nasional mereka.
Akan tetapi, saat dia menjadi pelatih di salah satu negara asal Asia Tenggara, Park Hang-seo menjadi juru taktik mentereng.
Dia bahkan sering masuk televisi Korea Selatan menceritakan perjuangannya melatih timnas Vietnam.
Baca Juga: Pelatih Anyar Timnas Vietnam Pilih Pemain Warisan Park Hang-seo
Mantan pelatih Gyengnam FC itu setelah datang ke Vietnam tak menunggu waktu lama untuk membuat prestasi.
Park berhasil membuat Vietnam menjadi salah satu tim yang sangat ditakuti di kawasan Asia Tenggara.
Sederet prestasi Park Hang-seo dipersembahkan untuk timnas Vietnam.
Dirinya malah berhasil mencatatkan sejarah sebagai tim kedua di Asia Tenggara yang berhasil tembus ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Setelah melatih timnas Vietnam, Park Hang-seo langsung membawa tim asuhannya hingga ke posisi runner-up Piala Asia U-23 2018.
Meski gagal menjadi juara, pencapaian tersebut luar biasa karena dia bisa membawa tim hingga lolos Piala Asia U-23 dan mendapatkan posisi kedua.
Tak lama kemudian, Park pun berhasil memberikan gelar juara buat Vietnam di Piala AFF 2018.
Gelar juara ini menjadi kali pertama Park berhasil memberikan trofi untuk Vietnam.
Kemudian tak lama prestasi lainnya datang, yakni timnas Vietnam meraih medali emas sebagai juara SEA Games 2019.
Selama menakhodai Vietnam, Park dua kali memberikan titel juara SEA Games yakni pada tahun 2019 dan 2021.
Sementara di Piala AFF, Park juga berhasil membawa Vietnam hingga ke babak final pada edisi 2022.
Akan tetapi, saat itu mereka gagal meraih gelar juara seusai kalah dari Thailand dan harus puas dengan posisi kedua.
Prestasi Park memang tak sementereng Shin selama di Korea Selatan.
Akan tetapi, Park bisa dibilang sebagai salah satu pelatih yang berhasil membuat sepak bola di Asia Tenggara patut ditakuti.
Baca Juga: 3 Tim Liga Inggris Berebut Eks Murid Shin Tae-yong, Napoli Wajib Waspada
Dia berhasil membuat Vietnam menjadi salah satu tim hebat dan kuat di Asia Tenggara.
Pada tahun 2019, Park Hang-seo bahkan meraih gelar sebagai Pelath Terbaik di AFF.
Berbicara soal kesuksesan Park Hang-seo menukangi Vietnam tak bisa lepas dari proses mulus yang dijalaninya.
Setelah menandatangani kontrak dengan Vietnam, dia tak mengalami kesulitan membentuk tim.
Mantan asisten Guus Hiddink di timnas Korea Selatan itu langsung membentuk tim dan melatih sesuai dengan caranya.
Dia masih bisa memilih pemain-pemain secara langsung karena kompetisi berjalan dengan mulus.
Park pun tak mengalami kesulitan mencari pemain yang memang sesuai dengan karakternya.
Ditambah lagi fasilitas latihan Vietnam cukup lengkap sehingga pemusatan latihan dilakukan dengan baik.
Hal ini berbeda dari Shin Tae-yong.
Banyak faktor yang membuat Shin Tae-yong tak bisa langsung mentereng dan sukses seperti Park Hang-Seo.
Setelah mendatangani kontrak pada Desember 2019, kerja Shin Tae-yong yang baru akan memulai memimpin timnas Indonesia harus terhambat.
Pada Maret 2020, seluruh kegiatan sepak bola Indonesia menjadi tidak jelas karena adanya pandemi COVID-19.
Kompetisi tahun 2020 pun langsung dihentikan karena pandemi tak kunjung selesai.
Baca Juga: Sama Repotnya dengan Shin Tae-yong, Suksesor Park Hang-seo Pimpin Dua Pasukan Timnas Vietnam
Hal itu menjadi salah satu faktor Shin tak bisa mencari pemain terbaik dan sesuai dengan karakternya.
Dia hanya mendapatkan pemain sesuai dengan rekomendasi dari tim PSSI.
Pengaruh pembentukan tim dengan cara seperti itu pun cukup nyata.
Shin Tae-yong tak mampu membuat timnas Indonesia berbicara banyak dalam Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia 2022.
Indonesia sempat dipermalukan oleh Vietnam dengan kalah 0-4.
Saat itu, Shin Tae-yong menilai bahwa para pemain belum bisa tampil sesuai dengan keinginan dan masalah fisik juga menjadi keluhannya.
Dia bahkan mengeluhkan masalah operan pemain yang belum bagus dan banyak salah.
Saat COVID-19 mulai reda, Shin sudah mulai bisa memilih dan mencari pemain sesuai keinginannya.
Akan tetapi, tidak semua berjalan sesuai dengan harapannya karena Piala Dunia U-20 2021 pun dibatalkan.
Shin pun mulai fokus ke timnas senior dan timnas U-19 serta U-22 buat berbagai agenda dari SEA Games hingga jadwal FIFA seperti Kualifikasi Piala Dunia hingga Piala Asia.
Namun, untuk membentuk tim ini, Shin juga tak bisa mempersiapkan secara mulus.
Kompetisi dipastikan berlangsung dan agenda atau turnamen berlangsung saat liga bergulir.
Situasi ini membuat Shin Tae-yong mengalami kesulitan karena tak semua pelatih klub rela melepas pemain.
Tak hanya itu, kendala lainnya yakni saat timnas mulai bagus, lagi-lagi sepak bola Indonesia harus mandek.
Kompetisi kembali berhenti saat adanya masalah Tragedi Kanjuruhan.
Situasi ini membuat Shin mengalami kesulitan memaksimalkan pemain karena pertandingan tidak berjalan dengan lancar.
Persiapan timnas dinilai sangat terpengaruh oleh mandeknya kompetisi.
Setelah situasi itu, faktor kesulitan lain lagi-lagi menghampiri Shin Tae-yong.
Piala Dunia U-20 2023 dibatalkan bergulir di Indonesia.
Situasi ini membuat pelatih berusia 52 tahun itu pun kehabisan akal.
Bagaimana tidak? Target utama Shin Tae-yong melatih timnas Indoensia adalah untuk tampil di Piala Dunia U-20 2023.
Tetapi saat Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia, tidak ada yang bisa diperbuat Shin.
Bisa dikatakan tugas utama Shin sudah selesai.
Saat ini mengukur kinerja Shin Tae-yong selama beberapa tahun terakhir melatih di Indonesia pun menjadi sulit.
Dulu dia dikontrak untuk Piala Dunia U-20 tetapi target utamanya sudah dibatalkan.
Untuk mengukur kinerja, tentu saja trofi menjadi perhitungan yang paling sahih.
Akan tetapi, Shin Tae-yong sampai saat ini tidak bisa mempersembahkan satu trofi pun untuk Indonesia.
Apabila dilihat dari hasil ini, tentu saja Shin Tae-yong memang berbeda jauh dari Park Hang-seo.
Bisa dibilang hingga jelang kontraknya berakhir, Shin Tae-yong belum bisa memberikan trofi.
Apabila ukurannya trofi, tentu saja Shin Tae-yong tak sesukses Park Hang-seo di Asia Tenggara.
Baca Juga: Segera Bertugas, Penerus Park Hang-seo Langsung Beri Kejutan
Namun, faktor target yang diberikan ke Shin Tae-yong seharusnya berbeda dan lebih tinggi apabila ingin bisa diwujudkan.
Shin jangan hanya mengejar trofi dari Piala AFF dan ranking FIFA.
Akan tetapi, target Shin Tae-yong menukangi timnas harus lebih tinggi lagi karena dengan target tinggi seperti Asian Games, Olimpiade, hingga Piala Dunia, kemungkinan akan membuat tim pelatih bekerja lebih baik.
Park Hang-seo bisa membawa Vietnam melangkah jauh dan menjadi salah satu tim hebat di kawasan Asia Tenggara karena memang target tinggi yang diberikan federasi.
Faktor persiapan tim juga tak bisa dianggap remeh.
Shin Tae-yong mengalami kesulitan membentuk tim karena beberapa halangan.
Sementara Park Hang-seo langsung bisa membentuk dan akhirnya mencetak pemain-pemain hebat.
Menilai kesuksesan Park Hang-seo tak hanya bisa dilihat dari berapa trofi yang dia catatkan untuk Vietnam.
Baca Juga: PSSI Kasih Target Tinggi ke Shin Tae-yong, Kalau Gagal Bagaimana?
Tetapi, ada proses persiapan tim dan pemain yang selalu sama dari awal dibentuk hingga akhirnya dia menyelesaikan kontrak.
Dengan begitu, bisa dikatakan Park Hang-seo membentuk tim dengan tak mengalami banyak perubahan.
Dia jadi tahu betul karakter setiap pemain.
Hal ini berbeda dari Shin Tae-yong yang memiliki banyak faktor kesulitan sehingga sampai ujung kontraknya masih belum memiliki pemain pakem.
Dia bahkan masih terus melakukan banyak perubahan saat memanggil pemain ke timnas U-20 hingga timnas senior.
Hal ini terpaksa dilakukan karena dia belum menemukan komposisi seperti yang diharapkan.