Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Sejarah Hari Ini - Tragedi Superga Jadi Akhir Kisah Il Grande Torino

By Dimas Wahyu Indrajaya - Jumat, 4 Mei 2018 | 08:50 WIB
Tragedi pesawat FIAT G.212CP yang terjatuh di bukit Superga, Turin, Italia, pada 4 Mei 1949 menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 31 orang dan 18 orang di antaranya adalah pemain Torino.
TWITTER.COM/@FIFA.COM
Tragedi pesawat FIAT G.212CP yang terjatuh di bukit Superga, Turin, Italia, pada 4 Mei 1949 menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 31 orang dan 18 orang di antaranya adalah pemain Torino.

Tragedi Superga menjadi salah satu tragedi yang mewarnai sejarah kelam sepak bola dunia.  

Dalam tragedi pesawat jatuh di bukit Superga yang terjadi pada tahun 1949 itu menewaskan 31 orang.

Salah satu korban adalah ayah dari legenda Inter Milan Sandro Mazzola, yakni Valentino Mazzola.

Nama klub kota Turin, Torino, memang kalah besar dengan saudara sekotanya Juventus yang menyandang predikat peraih juara Liga Italia Serie A terbanyak.

Namun klub berlogo banteng itu bukannya tanpa sejarah besar di sepak bola Italia.

Mereka tercatat pernah meraih scudetto sebanyak tujuh kali dimana masa keemasan Il Toro dirasakan pada tahun 1940-an.

Di tahun 40-an itu Torino mencatatkan kesuksesan di kompetisi domestik.

Pada tahun 1943 mereka mengawinkan gelar Coppa Italia dengan gelar scudetto, dan pasca Perang Dunia ke-2 di tahun 1946 hingga 1949 mereka kembali menjadi kampiun Serie A menyisihkan tim besar seperti Juventus, AC Milan dan Inter Milan.

(Baca Juga: Sejarah Hari Ini - Derby Milan yang Pertama Berlangsung di Luar Italia)

Il Grande Torino atau Torino Terbesar, begitulah mereka disebut karena kepekarsaannya di tanah Italia.

Torino saat itu memang bukanlah tim sembarangan mengingat terdapat talenta Italia yang memperkuat timnas mereka seperti; Guglielmo Gabetto, Eusebio Castigliano, Mario Rigamonti dan Valentino‭ "Vito" Mazzola.

Nama terakhir, Valentino Mazzola, merupakan entitas dari Torino yang menjabat sebagai kapten sejak musim 1946-1947.

Pada musim tersebut Valentino tampil apik dengan menjadi top scorer Liga Italia dengan 29 gol.

Valentino terkenal akan kharisma kepimpinan yang ia tunjukkan pada tim saat tampil.

Ia akan mengangkat kerah bajunya saat ia mulai serius sebagai sinyal untuk para rekan dan fannya untuk tidak khawatir.

Meski kerap menjadi goal getter Valentino juga cakap sebagai playmaker bahkan sebagai pemain bertahan.

Valentino memang dikenal sebagai pemain yang komplit dimana ia sanggup meloncat untuk menyundul bola mengalahkan pemain bertahan yang lebih tinggi.

Di kehidupannya di luar lapangan ia memiliki dua anak dari pernikahannya pertama dengan Emilia Ranaldi, yakni Sandro dan Ferruccio, yang kelak mengikuti jejak sang ayah sebagai pesepak bola.

(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Kreator Taktik Catenaccio Inter Milan Berpulang)

Salah satu dari keduanya, yakni Sandro Mazzola, bahkan menjadi legenda Inter Milan saat dilatih pelatih kenamaan Helenio Herrera.

Nahas bagi Valentino, karena sebelum melihat sang anak bersinar di dunia sepak bola melebihi dirinya, ia sudah dijemput ajal pada 4 Mei 1949.

Tragedi Superga, Akhir Kejayaan Il Grande Torino

Saat memperkuat timnas Italia melawan Portugal pada 27 Februari 1949 di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Valentino Mazzola dkk mampu membekuk tim tamu dengan 4-1.

Usai laga, kapten timnas Portugal Francisco "Xico" Ferreira mengundang Valentino yang memperkuat Torino di laga perpisahannya dengan sepak bola.

Xico yang memperkuat Benfica bermaksud untuk pensiun karena alasan kesehatan dan akan menggelar laga persahabatan pada 3 Mei 1949.

Torino yang diperkuat Valentino pun setuju dengan mendapatkan izin dari Federasi Sepak Bola Italia.

Laga melawan Inter Milan yang seharusnya dilakoni Torino pada awal Mei tahun itu pun dimajukan pada 30 April.

Di laga persahabatan yang disaksikan 40 ribu pasang mata tersebut, Benfica sanggup menang dari Grande Torino dengan skor 4-3.

Pada 4 Mei 1949 skuat Torino beserta awak media pun bertolak kembali ke Turin.

Sayangnya di perjalanan pulang itu pesawat FIAT G.212 yang mereka tumpangi menjadi akhir kisah mereka.

Memasuki wilayah Italia pesawat dihadang cuaca buruk dimana awan begitu rendah disertai hujan lebat.

Sore pukul lima waktu setempat pesawat yang mereka tumpangi pun menabrak bagian belakang gereja yang berdiri di bukit Superga.

Cuaca buruk dimana terdapat kabut yang tebal dengan jarak pandang 40 meter dinilai menjadi penyebab kejadian itu.

Seluruh penumpang yang berjumlah 31 orang tewas dalam kecelakaan itu, termasuk pendiri harian Tuttosport, Renato Casalbore.

Tak seluruh skuat Torino yang wafat dalam kejadian itu.

Sauro Toma, pemain bertahan Torino, tak bisa ikut karena sedang cedera lutut. Begitu pula yang terjadi pada kiper kedua Renato Gandolfi yang kemudian diganti Dino Ballarin yang tewas pada kejadian tersebut.

Sementara itu pelatih timnas Italia, Vittorio Pozzo, juga absen untuk ikut karena berbagai alasan. Hal sama juga dirasakan presiden Torino, Ferrucio Novo, yang tak bisa hadir dalam perjalanan itu karena sedang sakit influenza.

(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Tragedi Pesawat Jatuh Tewaskan Generasi Emas Timnas Zambia)

Daftar korban tragedi pesawat jatuh di Superga:

Pemain Torino

  • Valerio Bacigalupo
  • Aldo Ballarin
  • Dino Ballarin
  • Milo Bongiorni
  • Eusebio Castigliano
  • Rubens Fadini
  • Guglielmo Gabetto
  • Ruggero Grava
  • Giuseppe Grezar
  • Ezio Loik
  • Virgilio Maroso
  • Danilo Martelli
  • Valentino Mazzola (kapten tim)
  • Romeo Menti
  • Piero Operto
  • Franco Ossola
  • Mario Rigamonti
  • Julius Schubert

Staf Pelatih

  • Arnaldo Agnisetta
  • Ippolito Civalleri
  • Egri Erbstein
  • Leslie Lievesley
  • Ottavio Corina

Awak Media

  • Renato Casalbore (Tuttosport)
  • Luigi Cavaller (La Stampa)
  • Renato Tosatti (Gazzetta del Popolo)

Kru Pesawat

  • Pierluigi Meroni (kapten pesawat)
  • Antonio Pangrazi
  • Celestino D'Inca
  • Cesare Biancardi

Lainnya

  • Andrea Bonaiuti (pemandu tur)

(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Inter Milan Tak Dapat Penalti Saat Pemain Juventus Jatuhkan Ronaldo)

Dua hari setelah kejadian itu sebuah prosesi pemakaman digelar.

Seluruh warga kota Turin mengiringi iringan jenazah yang melintasi Palazzo Madama.

"Para pahlawan akan selalu abadi di mata orang yang menyaksikannya. Dan seluruh anak-anak akan masih percaya pemain Torino tidaklah meninggal melainkan masih dalam perjalanan pulang," ucap Indro Montanelli, jurnalis veteran Italia lewat harian Corriere della Sera.

18 pemain yang meninggal beserta dua pelatih tim utama dan jurnalis Renato Casalbore kemudian dikebumikan di Taman Pemakamanan kota Turin.

Sandro Mazzola, Sebuah Ingatan Kecil Tentang Sang Ayah

Legenda Inter Milan, Sandro Mazzola, saat itu masih enam tahun saat ditinggal wafat oleh sang ayah, Valentino.

Sandro sendiri tumbuh besar bersama adiknya, Ferrucio, mengikuti jejak sang ayah sebagai pesepak bola.

Selama 17 tahun berkarier, mulai dari tahun 1960 tepatnya, Sandro membela Inter dan mencetak 116 gol dimana ia meraih banyak gelar prestisius, salah satunya Liga Champions (saat itu Piala Eropa) pada 1964 dan 1965.

Usianya masih kecil kala itu, membuat Sandro sedikit kebingungan dan takut dengan apa yang terjadi saat melakukan prosesi pemakaman.

"Saat berjalan mengitari Turin, saya tidak mengerti orang-orang menghentikan saya," kenang Sandro dikutip BolaSport.com dari situs resmi FIFA.

"Itu membuat saya takut, saya masih kecil saat itu, dan saya menggenggam tangannya untuk menghibur diri."

"Bisa dibilang sentuhan tangan itu menjadi ingatan yang kekal pada diri saya," lanjut Sandro.

Meski hanya memiliki sejumput ingatan, Sandro mendapat kisah dari sang ayah dari pesepak bola lainnya, salah satunya dari legenda Real Madrid Ferenc Puskas.

"Saya bermain melawan ayahmu. Kau membuatnya bangga, dan saya ingin memberikan kausku padamu," ucap Puskas pada Sandro usai Inter menaklukkan Real Madrid di final Liga Champions 1964.

Pasca Tragedi

Tragedi itu memang membawa luka dan trauma bagi Italia.

Sampai-sampai timnas Italia melakukan perjanan menggunakan kapal laut ke Brasil untuk melakoni Piala Dunia 1950.

Usai kejadian itu monumen berbentuk badan pesawat jatuh menabrak dinding gereja dibangun di kawasan tersebut.

Dan tak hanya itu, setiap tahunnya berbagai penghormatan dilakukan di area tempat pesawat jatuh bagi bakat Italia yang pulang terlalu cepat.

Usai kejadian itu Torino yang terluka tak lagi menjadi langganan juara.

Liga Italia Serie A kemudian dikuasai tim-tim yang nantinya besar hingga era modern, seperti Juventus, AC Milan, dan Inter Milan.


Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Dari Berbagai Sumber

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Man City
38
91
2
Arsenal
38
89
3
Liverpool
38
82
4
Aston Villa
38
68
5
Tottenham
38
66
6
Chelsea
38
63
7
Newcastle
38
60
8
Man United
38
60
9
West Ham
38
52
10
Crystal Palace
38
49
Klub
D
P
1
Borneo
32
70
2
Persib
32
59
3
Bali United
33
58
4
Madura United
32
53
5
PSIS Semarang
32
50
6
Dewa United
32
50
7
Persik
33
48
8
Persis
32
47
9
Barito Putera
32
43
10
Persija Jakarta
32
42
Klub
D
P
1
Real Madrid
38
95
2
Barcelona
38
85
3
Girona
38
81
4
Atlético Madrid
38
76
5
Athletic Club
38
68
6
Real Sociedad
38
60
7
Real Betis
38
57
8
Villarreal
38
53
9
Valencia
38
49
10
Alavés
38
46
Klub
D
P
1
Inter
38
94
2
Milan
38
75
3
Juventus
38
71
4
Atalanta
38
69
5
Bologna
38
68
6
Roma
38
63
7
Lazio
38
61
8
Fiorentina
38
60
9
Torino
38
53
10
Napoli
38
53
Pos
Pembalap
Poin
1
F. Bagnaia
467
2
J. Martin
428
3
M. Bezzecchi
329
4
B. Binder
293
5
J. Zarco
225
6
A. Espargaro
206
7
M. Viñales
204
8
L. Marini
201
9
A. Marquez
177
10
F. Quartararo
172
Close Ads X