Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Cocokologi 3 Pelatih Napoli, Menuju Histori atau Delusi Scudetto

By Beri Bagja - Selasa, 6 Maret 2018 | 20:39 WIB
Para pemain Napoli merayakan kemenangan atas Sampdoria pada duel Liga Italia di Stadion San Paolo, 23 Desember 2017.
CARLO HERMANN / AFP
Para pemain Napoli merayakan kemenangan atas Sampdoria pada duel Liga Italia di Stadion San Paolo, 23 Desember 2017.

 Di dunia ini, paling gampang mencari perbedaan daripada persamaan. Karena itu, lumayan ruwet mengulik koherensi antara Alberto Bigon, Ottavio Bianchi, dan Maurizio Sarri sekaligus guna mengaitkan dengan peluang Napoli juara Liga Italia.

Mari bahas Alberto Bigon dan Ottavio Bianchi dulu.

Mereka termasuk orang penting dalam sejarah Napoli.

Sejauh ini, hanya Bigon dan Bianchi yang mampu mengantar klub beralias I Partenopei ke tangga juara Liga Italia Serie A.

Ottavio Bianchi pertama melakukannya pada musim 1986-1987.

Menyusul Alberto Bigon mereplika prestasi itu pada 1989-1990.

Sekilas, mudah mengamati kemiripan di antara kedua pelatih legendaris tersebut.

Dari inisial nama belakang saja sudah sama, yakni diawali huruf B.

(Baca Juga: Kualat, Italia Memang Lebih Baik Batal ke Piala Dunia 2018)

Bianchi dan Bigon juga lahir pada Oktober walau berselisih 4 tahun.

Bianchi lahir duluan pada 6 Oktober 1943, sedangkan Bigon 31 Oktober 1947.

Mereka sama-sama lahir di Italia Utara. Bianchi di Brescia, Bigon di Padova.

Menilik riwayat hidup, keduanya pun lebih dulu melakoni karier sebagai pemain besar sebelum banting setir ke kursi pelatih.

Ottavio Bianchi angkat nama bersama Napoli (1966-1971) dan AC Milan (1973-1974) sebagai klub besar yang pernah dia bela sebagai pemain.

Pun Alberto Bigon yang lagi-lagi termasuk legenda Milan (1971-1980) dan pernah juga memperkuat Napoli (1967).

Uniknya, mereka tergabung dalam satu tim di skuat Milan 1973-1974 yang tak meraih trofi mayor apa pun.

Hingga kemudian saya bermaksud melakukan "cocokologi" untuk mengaitkan antara Bigon-Bianchi dengan Maurizio Sarri, pelatih Napoli kini.

Maksudnya sengaja mencari-cari apakah ada faktor sama yang bisa membuat Sarri mengikuti jejak Bianchi-Bigon ke podium tertinggi Liga Italia.

Dari inisial nama belakang saja, Sarri sudah berbeda jauh.

Soal tanggal dan tempat lahir, Sarri juga tidak muncul ke dunia pada Oktober, melainkan 10 Januari 1959 di Napoli, Italia Selatan.

Terkait pengalaman, lagi-lagi Sarri tidak digariskan menjadi pemain hebat.

Pria berkacamata itu cuma berkubang di level amatir dengan profesi utama sebagai bankir.

Sarri bahkan baru mencicipi karier kepelatihan strata profesional pada awal 2000-an dan masuk piramida teratas Serie A bersama Empoli pada 2014 - dalam usia 55 tahun.


Reaksi pelatih Napoli, Maurizio Sarri, dalam jumpa pers menjelang partai turnamen Audi Cup yang diikuti timnya dengan Liverpool, Bayern Muenchen, dan Atletico Madrid, di Allianz Arena, Muenchen, 31 Juli 2017.(CHRISTOF STACHE / AFP)
 

Akhirnya sampai di situ, saya barulah menemukan bibit kesamaan di antara ketiga pelatih beda generasi tersebut.

Napoli tak perlu capek-capek memikat pelatih berkaliber dunia buat menghasilkan scudetto.

Cukup dari tim semenjana, tapi berkualitas individu yang top.

Partenopei mencomot Ottavio Bianchi bukan dari Juventus, AC Milan atau Inter Milan, melainkan dari Como pada 1985.

Semusim sebelum pindah ke Napoli, Bianchi hanya membawa Como finis pada posisi ke-11 dari 16 peserta Liga Italia 1984-1985.

Pada periode perdana di Napoli, Bianchi membawa klub ke peringkat ketiga di Serie A 1985-1986, lalu juara untuk kali pertama di musim 1986-1987.

Bigon lebih dahsyat. Eks gelandang serang cerdik itu direkrut Napoli dari tim pejuang degradasi, Cesena, pada 1989.

Cesena menuntaskan Liga Italia 1988-1989 pada peringkat ke-13 atau dua setrip saja dari zona merah.

Hebatnya, karier Bigon melonjak ke Napoli dan langsung membawa Partenopei kampiun liga pada musim pertamanya di balik kemudi.

Tentulah faktor saga tentang campur tangan Sang Dewa Diego Maradona tak bisa dienyahkan dalam periode kejayaan Napoli kala itu.

Tetap saja racikan pelatih mendukung padunya komponen skuat.

(Baca Juga: Kapten Fantastis Napoli Sudah Lewati Diego Maradona, Tinggal Rekor Sang Tiang Besi)

Seperti halnya Bianchi-Bigon, Sarri berseragam pelatih semenjana sebelum dipinang Napoli.

Riwayat terakhir dia sebelum ke Partenopei sekadar membawa Empoli selamat dari degradasi dengan finis di peringkat ke-15 di Liga Italia 2014-2015.

Di balik segala keraguan, toh Sarri secara bertahap dalam trek mengikuti jejak Bianchi dan Bigon.

Setelah membantu Napoli duduk di tangga ke-2 dan ke-3 dalam dua musim pertama, banyak simtom atau gejala yang mendekatkan Partenopei menuju gelar ketiga.

Pertama. Mulai dari Pep Guardiola hingga Mauricio Pochettino memuji Napoli sebagai pemilik permainan paling enak dilihat.

Apresiasi dari pembesut klub top seperti itu jelas tak gampang didapat. Minimal kredibilitas sebagai calon juara sudah dikantongilah.

"Ingat Napoli saat juara Liga Italia 1987 dan 1990? Sayangnya saya tidak karena masih kecil. Namun, menurut kisah dan dokumen, saya mengajak Anda melihat fakta bahwa Ottavio Bianchi dan Alberto Bigon datang dari klub pejuang degradasi, seperti saya dari Empoli".

Maurizio Sarri, pelatih Napoli

Kedua. Tersingkirnya Napoli dari kompetisi antarklub Eropa dan Coppa Italia musim ini menjadi semacam blessing in disguise.

Si Biru jadi bisa terfokus penuh menuju satu kompetisi. Satu papan dart: Liga Italia.

Di lain pihak, Juventus masih mesti membagi pikiran ke ajang Liga Champions dan Coppa.

Ketiga. Napoli masih bertengger di posisi teratas klasemen Serie A dengan 69 poin sampai pekan ke-27.


Gelandang Napoli, Marek Hamsik (kedua dari kanan), merayakan gol yang dia cetak ke gawang Benevento dalam laga Liga Italia di Stadion Ciro Vigorito, Benevento, pada 4 Februari 2018.(CARLO HERMANN/AFP)

Marek Hamsik cs tak pernah beringsut dari singgasana sejak pekan 17-27. Pencapaian ini bukan lelucon.

Kalau acuannya adalah performa hingga pekan ke-27, munculnya Napoli di puncak tabel musim ini menyamai prestasi mereka pada 1986-1987, yang notabene periode juara bersama Bianchi.

Saat Serie A 1989-1990 menginjak pekan ke-27, Napoli racikan Bigon menduduki kursi runner-up.

Karena faktor-faktor kemiripan tersebut, asa para Neapolitan melihat tim mereka mereplika histori era Maradona terkuak lagi.

Namun, kadang ambisi dan delusi terpisah garis tipis saja. Target muluk bisa ambruk jika mengabaikan hal lain.

1-0. Keunggulan Juventus atas Napoli pada duel pertama di Liga Italia musim ini. Kedua tim bakal melakoni head-to-head lagi pada pekan ke-34 (22/4/2018).

Hal lain itu adalah mental juara super yang masih dipunyai Juventus. Lagi-lagi.

Tim yang satu ini ibarat hantu. Sekarang Juventus semakin menggerayangi dan membuat bulu kuduk awak Napoli bergidik.

Pekan ke-27, Bianconeri terus memangkas jarak hingga cuma satu poin dari Napoli dengan tabungan satu pertandingan. Napoli 69, Juve 68.

(Baca Juga: Tebak Formasi Arsenal dengan Kuartet MOAL: Karunia atau Perkara?) 

Biasanya, kalau sudah begini, mental juara berbicara. Biasanya juga Juventus yang akan berjaya.

Dalam tekanan bertanding setelah Juventus menekuk Lazio 1-0 (4/3/2018), Napoli dihajar AS Roma 2-4 di San Paolo.

Imbasnya, bursa juara Serie A kembali menuju "kondisi normal".

Bukan maksudnya langsung memprediksi Juventus bakal lancar jaya meraih scudetto ke-7 beruntun.

Namun, tradisi memang condong ke arah situ. Bianconeri selalu sukar dikejar kalau sudah naik ke puncak klasemen. Tengok contoh musim 2015-2016.

Pada awal musim itu, Juve sempat terpuruk di peringkat ke-17, 16, 15, lalu menggapai posisi ke-10, 7, 6, 5, terus naik, hingga memuncaki klasemen sejak pekan ke-25 dan tak oleng lagi sampai jadi juara!

Mental ini yang mungkin belum tertanam di skuat Napoli beberapa musim terakhir.

Mungkin sekaranglah saat paling tepat buat membuktikan asumsi tersebut salah.

Hanya, Neapolitan juga harus ingat delusi scudetto yang melanda pada 1987-1988.

Pada musim itu I Partenopei juga mengawang di posisi teratas ketika pekan ke-27.

Kalau memakai konversi angka zaman sekarang - satu kemenangan bernilai 3 angka - mereka mengemas 60 poin, unggul tiga atas AC Milan (57).

Apes bagi pasukan asuhan Bianchi yang menargetkan juara dua kali beruntun kala itu, fokus Napoli kendur pada periode krusial.

Dalam tiga partai terakhir (saat itu Serie A hanya berlangsung 30 pekan), Napoli kalah tiga kali beruntun!

Masing-masing terjadi saat head-to-head dengan rival langsung, Milan (2-3), lalu Fiorentina (2-3), dan Sampdoria (1-2).

(Baca Juga: Andrea Pirlo dan 10 Penyeberang Lain antara Juventus, AC Milan, dan Inter Milan)  

Pada lain pihak, AC Milan menambah 5 angka dengan menekuk Napoli dan imbang lawan Juventus serta Como.

AC Milan asuhan Arrigo Sacchi pun menyalip Napoli dan finis sebagai juara Liga Italia dengan keunggulan dua angka.

Sepuluh partai sisa nanti bakal menjadi bukti apakah Maurizio Sarri bakal menyetarakan dirinya naik level seperti Ottavio Bianchi dan Alberto Bigon, ataukah sebatas menjadi kesemenjanaan yang permanen.


Editor : Beri Bagja
Sumber : BolaSport.com

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Man City
38
91
2
Arsenal
38
89
3
Liverpool
38
82
4
Aston Villa
38
68
5
Tottenham
38
66
6
Chelsea
38
63
7
Newcastle
38
60
8
Man United
38
60
9
West Ham
38
52
10
Crystal Palace
38
49
Klub
D
P
1
Borneo
32
70
2
Persib
32
59
3
Bali United
33
58
4
Madura United
32
53
5
PSIS Semarang
32
50
6
Dewa United
32
50
7
Persik
33
48
8
Persis
32
47
9
Barito Putera
32
43
10
Persija Jakarta
32
42
Klub
D
P
1
Real Madrid
37
94
2
Barcelona
37
82
3
Girona
37
78
4
Atlético Madrid
37
73
5
Athletic Club
37
65
6
Real Sociedad
37
60
7
Real Betis
37
56
8
Villarreal
37
52
9
Valencia
37
48
10
Alavés
37
45
Klub
D
P
1
Inter
37
93
2
Milan
37
74
3
Bologna
36
67
4
Juventus
36
67
5
Atalanta
36
66
6
Roma
37
63
7
Lazio
37
60
8
Fiorentina
36
54
9
Torino
37
53
10
Napoli
37
52
Pos
Pembalap
Poin
1
F. Bagnaia
467
2
J. Martin
428
3
M. Bezzecchi
329
4
B. Binder
293
5
J. Zarco
225
6
A. Espargaro
206
7
M. Viñales
204
8
L. Marini
201
9
A. Marquez
177
10
F. Quartararo
172
Close Ads X