Piala Dunia 2018 di Rusia, akan segera dimulai dalam beberapa pekan lagi, dan pastinya jutaan fan dari negara peserta akan segera datang mendukung tim kesayanganya berlaga, tak terkecuali Inggris.
Kepolisian akan memberi keamaan esktra dalam penyelenggaraan Piala Dunia tahun ini di Rusia.
Apalagi pesta negara-negara seluruh dunia itu, akan dipadati jutaan penggemar, sehingga antisipasi sangat dibutuhkan.
Sebelumnya, fan inggris melakukan keonaran saat timnas Inggris melakukan uji coba dengan timnas Belanda pada 24 Maret 2018.
(Baca juga:Jelang Pertandingan Kontra PS Tira, PSIS Semarang Kena Sentil Suporter)
Saat itu, skuat berjulukan Tiga Singa tersebut hanya mampu menang tipis 1-0 atas Belanda di Amsterdam Arena, lewat tendangan Jesse Lingard pada menit ke-59.
Namun setelah laga itu, sebanyak 100 fan Inggris ditangkap akibat melempar botol bir pada laga uji coba tersebut.
Oleh karena itu demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Mark Robert selaku Kepala Dewan Kepolisian Nasional yang akan memimpin persiapan Piala Dunia 2018 memperingatkan fan Inggris dan lainya.
Robert memperingatkan akan adanya hukuman berat bilamana Inggris atau fan lainnya melakukan keonaran di Rusia tahun ini
(Baca juga:Ngilu, Catatkan Rapor Merah, Blunder Kiper Persija Jakarta Tuai Cemooh Netizen)
"Jangan anggap suatu pelanggaran akan ditangani seperti di Inggris, karena di Rusia hukuman akan jauh lebih parah," ujar Robert dikutip BolaSport.com dari laman BBC
Robert percaya, turnamen empat tahunan itu akan berjalan baik dan lancar karena para pelanggar akan dihukum delapan sampai 15 tahun penjara di Rusia.
Dia juga menjamin jika otoritas keamanan Rusia telah memastikan keamanan seluruh para penggemar selama menyaksikan Piala Dunia 2018.
Inggris terus menjadi kekhawatiran insternasional, setelah negara itu rawan melakukan keonaran.
Walaupun kepolisian Inggris sudah menjamin para fannya, namun ketegangan politik dengan Rusia tetap menimbulkan kekhawatiran.
Pada turnamen Piala Dunia tahun ini, timnas Inggris bergabung di Grup G bersama Tunisia, Panama dan Belgia.
| Editor | : | Muhammad Shofii |
| Sumber | : | bbc.com |
Komentar