Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Kisah Menarik Juergen Klopp Usai Malam Ajaib Liverpool Lumat Barcelona

By Taufik Batubara - Senin, 13 Mei 2019 | 16:31 WIB
Juergen Klopp memeluk pemainnya untuk merayakan kesuksesan Liverpool lolos ke final Liga Champions.
TWITTER.COM/LFC
Juergen Klopp memeluk pemainnya untuk merayakan kesuksesan Liverpool lolos ke final Liga Champions.

Cara pembinaan ini juga diinformasikan oleh keyakinan agama dan pengalaman pribadi Juergen Klopp.

Dibesarkan sebagai seorang Protestan oleh ibunya, Elisabeth --sedangkan ayahnya yang terobsesi sepak bola, Norbert, adalah seorang Katolik-- Juergen Klopp melihat itu sebagai tugasnya untuk membuat orang-orang di sekitarnya "merasa dihargai" dan "meninggalkan tempat bekerja dengan sedikit lebih indah".

Sebagai pemain divisi dua yang cukup berbakat di Mainz, Juergen Klopp mendapati dirinya sebagian besar tunduk kepada pelatih yang menyembunyikan kegagalan mereka sendiri dengan menganggapnya terlalu otoritatif; alih-alih menjelaskan cara bermain yang lebih baik, mereka akan banyak berteriak dan menyalahkan tim atas kekalahan.

Sebaliknya, Juergen Klopp sering mengatakan kepada para pemainnya bahwa dia akan bertanggung jawab jika tak berhasil di lapangan.

"Prinsip panduan saya adalah bertanya-tanya bagaimana saya ingin diperlakukan agar dapat menikmati pekerjaan dan berhasil," ujar Juergen Klopp dalam sebuah wawancara dengan majalah Impuls tahun 2010.

"Lima belas tahun yang lalu, sepak bola sangat berbeda, para pelatih akan menggonggong pesanan, dan tidak ada yang diizinkan mengajukan pertanyaan."

Mungkin yang paling penting, Juergen Klopp dan stafnya tak pernah mempertanyakan diri mereka sendiri sejak tiba di Merseyside.

Sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti, Juergen Klopp dan stafnya menyesuaikan taktik pressing tempo tinggi dan latihan mereka dengan tuntutan Liga Inggris.

"Sepak bola adalah proses belajar," kata asistennya, Peter Krawietz.

Liverpool telah bisa lebih terkendali sepanjang musim, begitu pula Juergen Klopp.

Juergen Klopp tak perlu lagi melompat-lompat di atas touchline atau melempar granat tangan yang tidak terlihat ke atas lapangan untuk membuat seluruh Liverpool bekerja.

Api sudah menyala terang, dan itu akan berlanjut ke musim depan, meski Liverpool mengalami penderitaan finis sebagai runner-up terbaik dalam sejarah Liga Inggris.


Editor : Taufik Batubara
Sumber : BolaSport.com

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Arsenal
36
83
2
Man City
35
82
3
Liverpool
36
76
4
Aston Villa
36
67
5
Tottenham
35
61
6
Newcastle
35
56
7
Chelsea
35
54
8
Man United
34
54
9
West Ham
36
49
10
Bournemouth
36
48
Klub
D
P
1
Borneo
32
70
2
Persib
32
59
3
Bali United
33
58
4
Madura United
32
53
5
PSIS Semarang
32
50
6
Dewa United
32
50
7
Persik
33
48
8
Persis
32
47
9
Barito Putera
32
43
10
Persija Jakarta
32
42
Klub
D
P
1
Real Madrid
34
87
2
Girona
34
74
3
Barcelona
34
73
4
Atlético Madrid
34
67
5
Athletic Club
34
61
6
Real Sociedad
34
54
7
Real Betis
33
49
8
Valencia
33
47
9
Villarreal
33
45
10
Getafe
34
43
Klub
D
P
1
Inter
35
89
2
Milan
34
70
3
Juventus
34
65
4
Bologna
35
64
5
Roma
34
59
6
Atalanta
33
57
7
Lazio
35
56
8
Fiorentina
33
50
9
Napoli
34
50
10
Torino
35
47
Pos
Pembalap
Poin
1
F. Bagnaia
467
2
J. Martin
428
3
M. Bezzecchi
329
4
B. Binder
293
5
J. Zarco
225
6
A. Espargaro
206
7
M. Viñales
204
8
L. Marini
201
9
A. Marquez
177
10
F. Quartararo
172
Close Ads X