Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Finansial Lebih Sehat, Kapital Besar Inter Milan di Tangan Suning

By Anggun Pratama - Selasa, 13 Agustus 2019 | 17:32 WIB
Striker baru Inter Milan, Romelu Lukaku.
TWITTER.COM/INTER_EN
Striker baru Inter Milan, Romelu Lukaku.

BOLASPORT.COM - Inter Milan bergerak agresif di bursa transfer musim panas 2019. Kondisi tersebut membuat fan bergairah.

Diawali dengan kedatangan Antonio Conte sebagai pelatih anyar pengganti Luciano Spalletti pada akhir Mei 2019 hingga kehadiran Romelu Lukaku.

Investasi besar dilakukan oleh Inter Milan menjelang kompetisi Liga Italia 2019-2020.

Klub dengan julukan Il Biscione alias Sang Ular Besar itu merayu Antonio Conte dengan mahar gaji 10 juta euro per musim plus bonus hingga 2 juta euro tergantung prestasi tim.

Bayaran itu meningkat pada tahun kedua dan ketiga.

Dari sisi pemain, secara berurutan datang Diego Godin (bek tengah), Valentino Lazaro (sayap kanan), Stefano Sensi (gelandang sentral), Nicolo Barella (gelandang sentral), dan Lukaku (penyerang).

Menurut situs Transfermarkt, di atas kertas Inter Milan mengeluarkan uang 104 juta euro atau sekitar 1,6 triliun rupiah.

Angka tersebut belum termasuk buat menebus Matteo Politano di angka 20 juta euro serta beberapa pemain muda.

Musim lalu Politano masih berstatus pinjaman dari Sassuolo.

Total 150,5 juta euro sudah dikeluarkan oleh Inter Milan.

Nilai belanja bisa membengkak bila CEO Beppe Marotta dan Direktur Olah Raga Piero Ausilio berhasil mendatangkan sejumlah target lain, seperti Edin Dzeko, Paulo Dybala, Mattia Darmian, hingga Sergej Milinkovic-Savic.

Baca Juga: RESMI - Inter Milan Datangkan Romelu Lukaku dari Manchester United

Baca Juga: Satu Permintaan Lagi dari Conte agar Inter Bisa Ubrak-abrik Serie A

Sejak Suning Holding Group datang sebagai pemegang saham mayoritas klub pada 2016, aktivitas di bursa kali ini boleh dibilang yang paling menarik dan berpotensi menjadi yang terboros.

Pada musim panas 2016, Inter Milan mengeluarkan 159 juta euro. Di 2017, turun ke angka 138,7 juta euro dan kembali turun di 2018, yang hanya 80 juta euro.

Terlihat adanya penurunan pengeluaran belanja karena Inter Milan takut terkena sanksi bila melanggar aturan Financial Fair Play.

Karena itu, manajemen mengerem belanja sembari bekerja sangat keras meningkatkan pendapatan klub.

Dari sisi operasional, pemasukan Sang Ular memang terus bertumbuh, apalagi sejak dikuasai konglomerasi asal China tersebut.

Secara meyakinkan, pendapatan dari sisi pemasaran dan pernak-pernik terus meningkat.

Hal itu terlihat dari laporan akuntan publik Deloitte dalam Deloitte Football Money League (DFML).

Data DFML 2017 yang mencatat sejak musim 2015-2016 alias musim terakhir Erick Thohir sebagai pemilik mayoritas saham Inter Milan, menunjukkan pendapatan komersial Inter di angka 54,9 juta euro.

Dari tiga komponen pendapatan (hari pertandingan, hak siar, komersial) yang dihitung DFML, angka 54,9 juta euro itu mencapai 31 persen total pendapatan klub.

Keadaan berubah ketika Suning datang. Modal Sunning yang lebih besar, plus jaringan perkawanan dengan pebisnis besar lain dari China membuat pemasukan pemasaran Inter Milan berlipat ganda, terutama dari brand asal China.

Ditambah lagi fakta bahwa Suning Group besar berdasarkan bisnis ritel.

Mereka jelas punya strategi buat mendongkrak pemasukan Inter Milan dari sisi komersial.

Hasilnya langsung terlihat dari data DFML 2018. Kue pendapatan Inter Milan dari sisi komersial melonjak 137 persen dari laporan setahun sebelumnya!

Dari total 262 juta euro pendapatan klub, separuhnya berasal dari sisi komersial alias sekitar 131 juta euro.

Di DFML 2019, angka itu kembali meningkat. Inter Milan mengemas 147 juta euro alias 53 persen dari total pendapatan klub.

Komposisi pendapatan yang lebih berimbang ini tentu sangat positif.

Inter Milan tak lagi mengandalkan pendapatan hak siar, seperti yang terjadi pada klub-klub Italia selama bertahun-tahun.

Kenapa aspek komersial jadi penting?

Baca Juga: Inter Bakal Kedatangan Bek Man United Secara Gratis Tahun Depan

Baca Juga: VIDEO - Borong 4 Gol di Laga Debut, Romelu Lukaku Bawa Inter Milan Menang 8-0

Eks Presiden Inter, Erick Thohir, dalam wawancaranya dengan Majalah BolaVaganza pada pertengahan 2014 mengatakan bisnis sepak bola modern sekarang tak hanya melulu soal teknik.

“Bisnis besar klub sepak bola sebetulnya ada dari sisi merchandise. Jersey, buku, mug, dan lain-lain merupakan hal yang dicari penggemar,” ucapnya.

Namun, Erick juga mengingatkan performa apik di atas lapangan turut mendorong fan lebih royal serta meningkatkan potensi kedatangan penggemar baru.

Jangan lupakan peningkatan nilai pendapatan hak siar, baik dari liga domestik atau kompetisi antarklub Eropa.

Melihat performa Inter Milan di atas lapangan di era Erick Thohir yang tak oke, wajar bila pada akhirnya Nerazzurri masih mengalami kesulitan mendongkrak performa keuangan klub, terutama dari sisi komersial.

Padahal, di era ini inisiatif buat mendongkrak sisi komersial sudah digalakkan.

Alasan lain kenapa sisi komersial jadi penting buat Inter Milan adalah faktor kesulitan buat mengangkat pendapatan dari hari pertandingan.

Meski dalam beberapa tahun terakhir punya rata-rata jumlah penonton tertinggi di Italia, Inter Milan masih punya kewajiban membayar sewa stadion Giuseppe Meazza ke pemerintah kota Milan.

Antonio Conte (tengah) pelatih Inter Milan sedang memotivasi pemainnya.
TWITTER.COM/INTER_EN
Antonio Conte (tengah) pelatih Inter Milan sedang memotivasi pemainnya.

Baca Juga: Jose Mourinho Ungkap Rahasia Lama soal Kepergiannya dari Inter Milan

Baca Juga: Niat Cuci Gudang, Inter Milan Siap Lepas Satu Gelandang

Bandingkan dengan Juventus yang punya kompleks Allianz Stadium.

Inter Milan tak bebas menentukan penggunaan kompleks stadion yang bukan milik mereka.

Dari sisi hak siar, gagalnya Inter Milan lolos ke Liga Champion dalam beberapa musim sebelum Suning datang membuat aspek pendapatan ini tertinggal jauh dari Juventus.

Tak heran bila Suning pada akhirnya fokus pada aspek komersial.

Seturut, menebalnya kapital Sang Ular membuat mereka mulai bisa menipiskan jurang kualitas dengan Juventus.

Kendati musim ini punya potensi besar, tentu jawaban yang dibutuhkan manajemen, dan juga fan adalah sebuah trofi. Maklum, piala terbaru Inter Milan adalah Coppa Italia 2011.

Bayangkan perasaan Interisti yang berpuasa gelar selama sewindu, sementara pada periode itu Juventus bergelimang gelar.

Menilik geliat Inter di masa pramusim, rasanya wajar bila fan menuntut sebuah trofi kepada tim dan juga Conte sebagai pelatih.


Editor : Dwi Widijatmiko
Sumber : BolaSport.com

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Arsenal
35
80
2
Man City
34
79
3
Liverpool
35
75
4
Aston Villa
35
67
5
Tottenham
33
60
6
Man United
34
54
7
Newcastle
34
53
8
West Ham
35
49
9
Chelsea
33
48
10
Bournemouth
35
48
Klub
D
P
1
Borneo
32
70
2
Persib
32
59
3
Bali United
33
58
4
Madura United
32
53
5
PSIS Semarang
32
50
6
Dewa United
32
50
7
Persik
33
48
8
Persis
32
47
9
Barito Putera
32
43
10
Persija Jakarta
32
42
Klub
D
P
1
Real Madrid
33
84
2
Barcelona
33
73
3
Girona
33
71
4
Atlético Madrid
33
64
5
Athletic Club
33
58
6
Real Sociedad
33
51
7
Real Betis
33
49
8
Valencia
33
47
9
Villarreal
33
45
10
Getafe
33
43
Klub
D
P
1
Inter
34
89
2
Milan
34
70
3
Juventus
34
65
4
Bologna
34
63
5
Roma
34
59
6
Atalanta
33
57
7
Lazio
34
55
8
Fiorentina
33
50
9
Napoli
34
50
10
Torino
34
46
Pos
Pembalap
Poin
1
F. Bagnaia
467
2
J. Martin
428
3
M. Bezzecchi
329
4
B. Binder
293
5
J. Zarco
225
6
A. Espargaro
206
7
M. Viñales
204
8
L. Marini
201
9
A. Marquez
177
10
F. Quartararo
172
Close Ads X