BOLASPORT.COM - Sejak dibeli Qatar Sports Investments (QSI) dan dipresideni Nasser Al-Khelaifi pada 2011, Paris Saint-Germain (PSG) berubah menjadi salah satu klub terkaya di dunia.
Bak seorang sultan, Nasser Al-Khelaifi memberikan lampu hijau kepada PSG untuk melakukan banyak perekrutan mahal di bursa transfer sampai sekarang.
Sederet pemain top dengan nilai transfer tinggi direkrut PSG era Nasser Al-Khelaifi.
Neymar (2017/222 juta euro), Kylian Mbappe (2018/145), Edinson Cavani (2013/64,5), Angel Di Maria (2015/63), dan David Luiz (2014/49,5) hanya lima transfer termahal dari puluhan pemain yang direkrut PSG dengan harga tinggi selama dipimpin Al-Khelaifi.
Baca Juga: Liga Italia Dimulai Lagi, Play-Off Tetap Disiapkan dalam Rencana
Namun, bukan Neymar atau Kylian Mbappe, Al-Khelaifi malah menyebut Zlatan Ibrahimovic sebagai perekrutan terpenting yang pernah dibuatnya di PSG.
Zlatan Ibrahimovic dibeli PSG dari AC Milan pada 17 Juli 2012 dengan harga 21 juta euro.
Di antara pemain rekrutan PSG di era Al-Khelaifi, harga transfer Ibrahimovic bisa dibilang hanya kelas kacang.
Harganya bahkan tidak sampai 10% dari Neymar, yang sampai sekarang berstatus pemain termahal di dunia.
Namun, kepada France Football, Al-Khelaifi justru menyebut Ibrahimovic adalah perekrutan terpentingnya.
Baca Juga: 5 Kisah Aneh Mike Tyson di Luar Ring Tinju, Termasuk Tidur bareng Harimau
"Melihat ke belakang pada semua pemain yang bergabung dengan PSG sejak kami memulai ambisi bersama klub ini, saya bisa menyoroti transfer Zlatan Ibrahimovic sebagai yang terdepan," kata Al-Khelaifi.
"Transfer Ibrahimovic menjadi penting karena karakternya, kepemimpinan, kharisma, dan kemampuannya membawa semua menjadi lebih bagus," lanjut sang sultan.
"Dia selalu bisa diandalkan dan tahu bagaimana menghadapi momen-momen sulit."
Memperkuat PSG pada selang 2012-2016, Ibrahimovic mencetak 156 gol dalam 180 penampilan di semua kompetisi.
Dia mempersembahkan empat trofi Liga Prancis, 2 Piala Prancis, 3 Piala Liga Prancis, dan 3 Piala Super Prancis.
| Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Komentar