Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Persebaya Berjaya di Perserikatan Tapi Tidak di Liga Indonesia, Kenapa?

By Wila Wildayanti - Jumat, 22 Mei 2020 | 15:45 WIB
Logo Persebaya.
NDARU GUNTUR/BOLASPORT.COM
Logo Persebaya.

BOLASPORT.COM - Mengalami pasang surut dalam kompetisi tentu pernah dialami semua klub, seperti Persebaya Surabaya yang berjaya di Perserikatan tapi tidak di Liga Indonesia.

Sebagai salah satu klub besar sepak bola di Indonesia, tentu bukan hal aneh apabila Persebaya Surabaya dituntut untuk selalu menang.

Persebaya Surabaya memiliki ribuan suporter yang selalu memenuhi stadion baik bermain kandang ataupun tandang.

Berdiri sejak 18 Juni 1927, tentu membuat Persebaya memiliki sejarah panjang di persepak bolaan Indonesia.

Baca Juga: Terungkap, ini Alasan Bambang Pamungkas Media Sosialnya Tidak Verified

Tentu saja tim berjulukan Bajul Ijo itu telah melewati beberapa kompetisi yang digelar oleh Federasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Mulai kompetisi yang masih mempertandingkan antar wilayah hingga saat ini kompetisi yang terbagi dari kasta tertinggi, kedua hingga amatir.

Menjadi salah satu klub besar di Indonesia tentu saja, klub asal Surabaya itu telah merasakan kemenangan hingga harus merosot terdegradasi.

Tim kebangaan warga Surabaya itu telah mencatat enam kali menjuarai kompetisi kasta teratas sepak bola Indonesia.

Tak hanya itu tim asal Kota Pahlawan itu juga lima kali harus puas berada di posisi runner up.

Enam gelar juara yang pernah jadi milik Bajul Ijo diantaranya empat kali juara Perserikatan , yakni 19951, 1952, 1975-1978, dan 1987-1988, dan dua kali Liga Indonesia, yakni 1996-1997, dan 2004.

Sedangkan di posisi runner-up diantaranya, 1965, 1971, 1973, 1987, dan, 1990.

Persebaya tercatat sebagai salah satu klub raksasa pada Perserikatan, setelah PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung, ataupun Persija Jakarta.

Sejak ikut berkompetisi di Perserikatan Persebaya cukup berjaya dengan mencatat kemenangan yang bahkan saat ini sulit untuk bisa dipatahkan pada era Liga 1 ini.

Pada tahun 1959 kompetisi kasta tertinggi di Indonesia bernama Perserikatan, tetapi di tahun 1994, PSSI mengubah nama kompetisi.

PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama menjadi kompetisi profesional dengan tajuk Liga Indonesia.

Baca Juga:

Ternyata di dua kompetisi ini pun, Bajul Ijo memiliki catatan yang berbeda.

Tentu saja hal itu didasari dengan alasan kenapa Persebaya yang cukup berjaya di Perserikatan tapi tidak dengan di era Liga Indonesia.

Meski sudah pernah menjajal gelar Liga Indonesia, di era Liga 1 ini tim asuhan Aji Santoso itu masih harus berpuasa gelar hingga saat ini.

Apa alasan yang mendasari Persebaya Surabaya tidak bisa berjaya di Liga Indonesia, kenapa?

Tentu saja alasan utama itu tak lepas dari sejarah panjang Persebaya yang pernah terpecah menjadi dua klub atau dualisme.

Awal cerita tersebut tak lepas dari Persebaya Surabaya yang mengalami momen buruk pada Indonesia Super League (ISL) 2009-2010.

Pada saat itu, Persebaya Surabaya saat itu mengalami degradasi, tetapi dengan cara yang cukup aneh.

Di mana saat itu Persebaya yang seharusnya melawan Persik Kediri pada 29 April 2010 di Stadion Brawijaya, Kediri tak jadi digelar karena Macan Putih tak menggantongi izin.

Baca Juga:

Padahal pertemuan tersebut amat penting untuk Bajul Ijo, dengan meraih kemenangan Persebaya mendapatkan tiket playoff agar tidak terdegradasi.

Tidak mengantongi izin keamanan, pertandingan antara keduanya di pindah ke Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, 6 Mei 2010.

Namun, Persik Kediri tak juga mengantongi izin keamanan di Yogyakarta. Lagi-lagi laga dipindah ke ke Stadion Gelora Jakabaring Palembang, 5 Agustus 2010.

Jika disinyalir sesuai regulasi, Persebaya Surabaya tak perlu menjadwalkan pertandingan lagi, karena seharusnya mereka bisa menang tanpa bertanding dan mendapatkan skor 3-0.

Namun, alih-alih melakukan itu, PT Liga Indonesia merencanakan laga ketiga ke Palembang.

Tetapi dengan jadwal pertandingan yang tidak pasti tersebut, Bajul Ijo tak ingin datang, sehingga Persebaya harus puas dan finis di posisi ke-17 dengan mengoleksi 36 ooin.

Dengan kejadian yang terjadi itu, pihak manajemen Persebaya pun memutuskan untuk tak lagi berlaga di Divisi Utama 2010-2011.

Sebagai wujud protes kepada PSSI, Persebaya berkompetisi di LPI 2011 yang mana kompetisi tersebut merupakan tandingan dari ISL.

Tak berhenti di situ, setelah kejadian tersebut munculah tim yang bernama serupa, Persebaya DU, dan kini telah berubah nama menjadi Bhayangkara FC.

Meninggalkan kompetisi secara resmi tentu berbutut panjang hingga dualisme.

Di mana Persebaya 1927, nama yang digunakan untuk membedakan dengan Persebaya DU, masih berkompetisi di IPL pada musim 2011-2012 dan 2013.

Tetapi, pada 2014 nama Persebaya 1927 telah hilang, sebagai pengganti Persebaya DU yang naik ke kasta ISL 2014.

Saat itu yang muncul menjadi nama Persebaya Surabaya. Namun, itu bukan perjuangan yang mudah untuk Persebaya.

Selama lima tahun dualisme, Bonek berada diambang kegalauan karena saat itu tim yang menjadi kebanggaannya tak bertanding di kasta tertinggi, bahkan PSSI pun tak mengakui.

Perjuangan Persebaya pun mulai terlihat pada 2017, yang mana saat itu Bajul Ijo yang asli telah diakui oleh PSSI.

Setelah itu Persebaya pun langsung memulai perjalanan kariernya dari Liga 2 dan dalam semusim Bajul Ijo langsung lolos ke kompetisi kasta tertinggi Liga 1.

Buntut dari terdegradasi hingga dualisme mungkin menjadi catatan Persebaya kenapa mereka begitu berjaya pada masa Perserikatan tetapi tidak di Liga Indonesia.

Drama dari klub yang penuh dengan sejarah hingga tidak diakui federasi itulah yang membuat Persebaya harus berjuang kembali di Liga Indonesia.

Pada era Liga 1 sejak 2017 itu pun menjadi langkah Persebaya untuk bisa kembali berjaya seperti era Perserikatan.

Akankah skuad Persebaya Surabaya pada musim 2020 ini membawa langkah bagus agar tim bisa merasakan gelar juara?

Sebagaimana klub seperti Persib Bandung, Persija, Arema, Bali United, dan yang lainnya telah merasakan gelar juara, bisakah Persebaya merasakan itu.

Apalagi di musim 2019 Persebaya sudah mampu melangkah jauh hingga menempati posisi kedua di klasemen terakhir Liga 1 dengan total 54 poin.

Sementar sang juara bertahan Bali United telah mengemas 64 poin.

Pemegang rekor kemenangan terbanyak di Liga Indonesia dipegang oleh Persipura Jayapura dengan lima gelar juara.


Editor : Metta Rahma Melati
Sumber : berbagai sumber

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Man City
37
88
2
Arsenal
37
86
3
Liverpool
37
79
4
Aston Villa
37
68
5
Tottenham
37
63
6
Newcastle
36
57
7
Chelsea
36
57
8
Man United
36
54
9
West Ham
37
52
10
Brighton
36
48
Klub
D
P
1
Borneo
32
70
2
Persib
32
59
3
Bali United
33
58
4
Madura United
32
53
5
PSIS Semarang
32
50
6
Dewa United
32
50
7
Persik
33
48
8
Persis
32
47
9
Barito Putera
32
43
10
Persija Jakarta
32
42
Klub
D
P
1
Real Madrid
36
93
2
Barcelona
35
76
3
Girona
36
75
4
Atlético Madrid
35
70
5
Athletic Club
35
62
6
Real Betis
35
55
7
Real Sociedad
35
54
8
Villarreal
36
51
9
Valencia
35
48
10
Getafe
35
43
Klub
D
P
1
Inter
36
92
2
Milan
36
74
3
Bologna
36
67
4
Juventus
36
67
5
Atalanta
35
63
6
Roma
36
60
7
Lazio
36
59
8
Napoli
36
51
9
Fiorentina
34
50
10
Torino
36
50
Pos
Pembalap
Poin
1
F. Bagnaia
467
2
J. Martin
428
3
M. Bezzecchi
329
4
B. Binder
293
5
J. Zarco
225
6
A. Espargaro
206
7
M. Viñales
204
8
L. Marini
201
9
A. Marquez
177
10
F. Quartararo
172
Close Ads X