BOLASPORT.COM – Pembalap Mercedes, Lewis Hamilton, belum memutuskan kelanjutan kariernya pada ajang balap Formula 1 (F1) terkait kontroversi yang terjadi pada GP Abu Dhabi.
Hamilton tidak akan kembali ke balap Formula 1 sebelum melihat hasil penyelidikan FIA pada balapan terakhir saat perebutan gelar juara dunia Desember tahun lalu.
Lewis Hamilton benar-benar kecewa atas keputusan F1 atas hasil balapan di Sirkuit Yas Marina yang dinilai tidak menerapkan peraturan yang sebenarnya.
Lewis Hamilton menyebut apa yang dilakukan Direktur Balap, Michael Masi tidak menerapkan regulasi yang benar terkait periode safety car.
Baca Juga: F1 Punya Mobil Baru pada 2022, Semoga Pesaing Gelar Bukan Tim-tim Itu Saja
Pada balapan yang tersisa 5 lap, mobil Nicholas Latifi tergelincir hingga menyebabkan lintasan kotor akibat insiden itu.
Safety car lalu masuk melihat kondisi trek setelah kecelakaan terjadi, dari sini awal mula kontroversi terjadi.
Dengan itu, Max Verstappen mengambil kesempatan untuk masuk pit-stop dan mengganti ban soft baru.
Namun itu tidak dilakukan Hamilton, karena posisinya yang di depan dan telah melewatkan kesempatan pit-stop pertama.
Baca Juga: Mission Impossible Final Piala AFF, Indonesia Bisa Belajar Pantang Menyerah dari Max Verstappen
Tidak memungkinkan bagi Hamilton untuk melakukan pit-stop selanjutnya karena bisa membuat posisi Hamilton di belakang Verstappen jika memaksakan hal itu.
Di awal periode safety car, FIA tidak membolehkan 5 mobil pembalapyang berada di depan Verstappen untuk menyalip safety car.
Jadi ada jarak yang cukup jauh antara Hamilton dan Verstappen yang tertahan dengan 5 mobil itu.
Namun di luar perkiraan, pada lap 57 atau satu lap jelang garis finish, FIA memutuskan lima mobil tersebut diizinkan melakukan unlap untuk melewati safety car.
Baca Juga: Ferrari Tegaskan Sudah Berkomunikasi soal Perekrutan Valentino Rossi
Keputusan itu menyebabkan keuntungan yang luar biasa bagi Max Verstappen, dengan hanya tersisa satu lap terakhir.
Verstappen memiliki ban soft baru dibanding Hamilton yang masih menggunakan ban hard yang telah digunakan sebanyak 43 putaran.
Dengan keuntungan yang dimiliki, Max Verstappen berhasil menyalip Lewis Hamilton di final lap dan meraih gelar juara dunia pertamanya.
Dengan kontroversi itu, Tim Mercedes dan Hamilton selaras untuk menunggu tindakan apa yang dilakukan FIA untuk mengatasi permasalahan regulasi balapan di Abu Dhabi.
Baca Juga: Mercedes Cabut Banding Protes soal Restart dan Hasil Balapan F1 GP Abu Dhabi
FIA telah melakukan proses penyelidikan atas peristiwa itu dan menyadari ketidakbahagiaan Lewis Hamilton dan Tim Mercedes.
Presiden baru FIA, Mohammed Ben Sulayem mengatakan dia telah menghubungi Hamilton lima hari setelah Grand Prix Abu Dhabi.
“Saya tidak berpikir dia 100% siap untuk merespons sekarang,” kata Ben Sulayem yang dilansir Bolasport dari BBC.com.
“Kami tidak menyalahkannya. Saya mengerti posisinya saat ini,”.
Baca Juga: Juara F1 2021 di Tengah Kontroversi, Max Verstappen Bilang Begini
FIA mengakui bahwa peristiwa yang terjadi pada GP Abu Dhabi telah merusak citra F1 dan menimbulkan kesalahpahaman serta reaksi emosional dari pembalap, tim dan juga fans F1.
Beberapa sumber yang dilansir dari laman BBC menyebutkan, bahwa Mercedes tidak menindaklanjuti banding mereka terhadap hasil balapan di GP Abu Dhabi.
Sebagai gantinya, Mercedes mendapat jaminan bahwa Michael Masi dan petinggi FIA Nikolas Tombaziz yang membawahi urusan balapan akan dipecat dari posisi mereka untuk musim 2022.
FIA berjanji untuk menyelasaikan hasil penyelidikan sebelum musim 2022 dimulai dan memiliki tugas besar untuk mengembalikan kepercayaan pembalap asal Inggris tersebut.
Baca Juga: Kemenangan Verstappen Juarai Formula 1 2021 dan Rekor-rekor yang Dibuat
Sebelum memulai musim baru, Formula 1 akan menggelar dua test pramusim pada 23 februari dan balapan seri pertama di Sirkuit Internasional Bahrain pada 18-20 Maret mendatang.
Sementara itu, Hamilton sendiri masih terikat kontrak dengan Mercedes hingga musim balap 2023.
Baca Juga: Daftar 5 Juara Termuda di F1, Max Verstappen Nomor Berapa?
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BBC.com |
Komentar