Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Grazie Andrea Dovizioso, Kuda Hitam Terbaik MotoGP yang Sayangnya Kurang Liar

By Ardhianto Wahyu Indraputra - Minggu, 4 September 2022 | 20:05 WIB
Pembalap WithU Yamaha RNF, Andrea Dovizioso, menutup karier panjangnya pada MotoGP San Marino musim 2022. Sepanjang kariernya, Dovizioso dikenal sebagai pembalap yang perhitungan.
MOTOGP.COM
Pembalap WithU Yamaha RNF, Andrea Dovizioso, menutup karier panjangnya pada MotoGP San Marino musim 2022. Sepanjang kariernya, Dovizioso dikenal sebagai pembalap yang perhitungan.

BOLASPORT.COM - Menyebut Andrea Dovizioso sebagai kuda hitam pada MotoGP bisa jadi berlebihan. Namun, Dovizioso justru bersinar ketika kurang diperhitungkan.

Selesainya MotoGP San Marino yang digelar di Sirkuit Misano, Italia, pada Minggu (4/9/2022), menandai akhir dari karier panjang Andrea Dovizioso pada MotoGP.

Andrea Dovizioso menjadi salah satu pembalap paling awet sepanjang sejarah MotoGP.

Catatan 347 penampilan di semua kelas dalam 22 musim berbeda membuat Dovizioso hanya kalah dari Valentino Rossi yang memiliki rekor tertinggi.

Konsistensi menjadi alasan kenapa Dovizioso bisa bertahan selama dua dekade lebih pada ajang balap motor grand prix.

Dari 20 musim penuh yang dijalani, Dovizioso cuma lima kali gagal bertengger di peringkat lima besar dalam klasemen akhir.

Satu-satunya noda dalam karier Dovizioso adalah dia relatif jarang memenangi balapan ataupun menjadi juara.

Sepanjang kariernya Dovizioso hanya 24 kali menang dengan 15 kemenangan di antaranya terjadi di kelas MotoGP.

Torehan Dovizioso kalah mentereng jika dibandingkan jawara pada masanya.

Baca Juga: Noda 164 Poin dari Marc Marquez yang Bikin Andrea Dovizioso Nyesek Sampai Pensiun

Jorge Lorenzo yang seangkatan dengan Dovizioso punya 68 kemenangan sementara Marc Marquez yang baru debut di kelas para raja lima tahun berselang punya 85 kemenangan.

Padahal soal talenta, buah hati dari pasangan Antonio Dovizioso dan Annamaria itu tak perlu diragukan.

Penghalang Dovizioso terletak di dalam karakternya, yaitu penuh perhitungan. Sang pembalap menyadarinya.

"Dr Claudio Costa (pendiri Clinica Mobile) selalu mencoba menjelaskan sesuatu dengan kuda hitam dan kuda putih, sisi irasional dan rasional," ujar Dovizioso kepada MotoGP.com pada 2017.

"Dan dia selalu mengeluh karena saya terlalu rasional."

"Dia bilang saya punya potensi tetapi tidak menggunakannya karena hanya berlomba dengan kepala dan tidak merasakannya!"

"Tahun ini saya memakai caranya lebih daripada sebelumnya dan Anda bisa melihat hasilnya," tambahnya.

Dovizioso mengubah pendekatannya dengan tidak hanya memfokuskan diri pada latihan fisik tetapi juga mental.

Tujuannya adalah agar pembalap asal Italia itu bisa mengeluarkan seluruh potensinya di lintasan walau tetap mempertahankan sisi rasionalnya.

Baca Juga: Andrea Dovizioso Benar-Benar Tak Menyangka Yamaha Telah Berubah

Musim 2017 pada akhirnya bisa dibilang sebagai musim terbaik Dovizioso di kelas para raja.

Dovizioso mencetak enam kemenangan, rekor terbanyak sepanjang karier, dan memaksa Marc Marquez bersaing untuk gelar juara hingga seri terakhir musim itu.

Sebagai perbandingan, sebelumnya Dovizioso cuma menang dua kali pada MotoGP yaitu pada GP Inggris 2009 dan GP Malaysia 2016.

Lebih Gahar Saat Jadi Kuda Hitam

Secara kebetulan, performa kuat Andrea Dovizioso justru keluar ketika dia sama sekali tidak diperhitungkan.

Pada 2017 Dovizioso berada di bawah bayang-bayang rivalnya, Jorge Lorenzo, yang direkrut Ducati sebagai pembalap nomor satu.

Status juara dunia lima kali membuat Lorenzo tak hanya mendapat bayaran besar tetapi juga privilese referensi dalam pengembangan Desmosedici GP.

Namun, Dovizioso sukses mengungguli Lorenzo hingga membuat Por Fuera turun kasta menjadi wingman pada akhir musim.

Musim berikutnya Dovizioso masih cukup kompetitif ketika Lorenzo mulai mengusik statusnya sebagai pembalap nomor satu di Ducati.

Menghadapi Lorenzo plus Marc Marquez yang kuat di kualifikasi, Dovi menaikkan levelnya dengan delapan kali start dari baris terdepan.

Baca Juga: Akan Pensiun, Andrea Dovizioso Sudah Dapat Tawaran untuk Terlibat pada MotoGP

Ini menjadi catatan menarik karena Dovizioso tidak dikenal sebagai jagoan dalam babak penentuan posisi start.

Periode terbaik lainnya dialami Dovizioso pada 2011 dan 2012 ketika dia juga "diremehkan".

Pada 2011 Dovizioso digadang-gadang menjadi pembalap yang akan ditendang ketika Repsol Honda harus memangkas skuad dari tiga pembalap menjadi dua.

Dovizioso merespons dengan mencetak delapan hasil podium dan hanya gagal finis sekali untuk menempati peringkat tiga klasemen akhir.

Di antara rekan setim, Dovizioso berada di bawah Casey Stoner yang menjadi juara tetapi di atas Dani Pedrosa. Pencapaian yang impresif walau Pedrosa sempat absen karena cedera.

Dovizioso kemudian bergabung dengan tim satelit Monster Yamaha Tech3.

Pembalap yang dijuluki Il Profesore itu menolak tawaran Honda untuk lengser ke tim satelit LCR walau dengan status pembalap pabrikan dan bayaran lebih besar.

Di Yamaha Tech3 pun Dovizioso hanya mendapat motor lama dengan teknologi ECU yang "kuno" pada zamannya. Akan tetapi, dia kembali menunjukkan sinarnya.

Dovizioso mencetak enam hasil podium dalam semusim, masih menjadi rekor terbanyak di tim satelit Yamaha sampai saat ini.

Baca Juga: Andrea Dovizioso: Selama Tahun Ini, Setiap Balapan Menjadi Mimpi Buruk bagi Saya

"Dovi selalu menjadi pembalap spesial di dalam hati saya," kata Kepala Tim Tech3, Herve Poncharal, kepada Crash.net.

"Dia mencetak lebih banyak podium bersama kami daripada pembalap lain dalam semusim dan Guy Coulon, kepala krunya, mencintainya!"

"Semua orang di tim ini menyukainya. Dia adalah aset yang fantastis dalam aspek performa tetapi juga perilaku."

Performa yang juga stabil membawa Dovizioso bertengger di peringkat empat. Dia hanya kalah dari Stoner, Pedrosa, dan pembalap Yamaha, Jorge Lorenzo, yang juara.

Kurang Liar

Kebalikan dari masa-masa pembuktian ketika diremehkan, Dovizioso justru kurang memuaskan ketika difavoritkan.

Film dokumenter "Undaunted" yang diproduksi Red Bull secara apik menampilkan tantangan yang dihadapi Dovizioso dengan ekspektasi besar pada musim 2019.

Dipandang sebagai rival terkuat Marc Marquez karena rekam jejak dan apiknya motor Ducati, Dovizioso terjebak dalam pergumulan dengan dirinya sendiri.

Tuntutan menang dan risiko kritik jika gagal membuat Dovizioso merasa terkekang.

Dalam konsultasi dengan Kepala Bidang Performa Manusia Biotekna, Dario Boschiero, tampak Dovizioso kesulitan menemukan kondisi ideal dengan alam bawah sadarnya.

Baca Juga: Bos KTM Tech3 Bongkar Sisi Hebat Andrea Dovizioso yang Jarang Diketahui

"Dengan motokros Anda hanya merasakan adrenalin. Anda merasakan tenaga, kekuatan yang maksimal dan Anda merasa bermain-main dengan kendaraannya," katanya.

"Anda merasa lebih bebas sehingga memberi sensasi yang unik. Di MotoGP Anda tidak bebas. Di MotoGP Anda seperti berada di dalam kandang."

Risiko gagal di satu sisi membuat Dovizioso terlalu berhati-hati.

Dalam beberapa adegan tampak bagaimana timnya sendiri merasa Dovizioso tidak mengambil kesempatan untuk meraih hasil yang lebih baik.

"Dovizioso adalah salah satu talenta terbaik yang pernah saya lihat," kata General Manager Ducati, Gigi Dall'Igna.

"Saya ingin melihatnya bereaksi lebih naluriah dan lebih spontan, terutama di beberapa situasi dalam lomba."

"Mari kita perjelas: bersikap rasional memungkinkan Anda membawa pulang hasil terbaik di beberapa balapan."

"Akan tetapi dalam balapan lainnya, Anda harus membiarkan kuda lainnya (sisi irasional, red) yang berlari."

"Dalam hal ini Andrea mungkin bisa melakukannya dengan lebih baik."

Baca Juga: Alasan Andrea Dovizioso Bakal Pensiun Sebelum Tuntaskan MotoGP 2022

Pendapat bahwa Dovizioso kurang berani dalam mengambil risiko juga dikemukakan oleh CEO Ducati, Claudio Domenicali.

"Dia pembalap yang luar biasa di beberapa balapan, tetapi di balapan lainnya ...," kata Domenicali.

"Yah, ini bagian dari karakternya yang memiliki banyak sisi positif. Dia lebih penuh pertimbangan."

"Mungkin beberapa kesalahannya memungkinkan dia membawa pulang banyak hasil bagus."

"Akan tetapi mungkin dia kurang sentuhan 'kegilaan', yang mungkin akan diapresiasi oleh Ducatisti."

Karakter Dovizioso ini bertolak belakang dengan Marc Marquez yang terkenal karena pendekatan yang berisiko.

Bukan berarti Dovizioso tidak mampu. Aksinya menyalip Marquez di tikungan terakhir pada MotoGP Austria musim 2019 menjadi bukti.

"Menurut saya kemenangan ini penting. Pada balapan ini Andrea melakukan segalanya kecuali berpikir terlalu banyak," ucap Dall'Igna.

"Dia menunjukkan bahwa dia mampu melakukannya dengan baik bahkan dalam peran pembalap yang naluriah."

Baca Juga: Perang Saudara di Yamaha Saat Quartararo dan Dovizioso Beda Pendapat soal Masalah M1

Pensiun Tanpa Penyesalan

Pendekatan Dovizioso yang analitis disinyalir menjadi alasan dirinya lebih memilih bergabung dengan Yamaha daripada Aprilia pada musim ini.

Dovizioso tidak yakin dengan potensi Aprilia walau menyadari ambisi besar pabrikan asal Noale itu untuk melepas status tim gurem pada MotoGP.

Keputusan Dovizioso merapat ke Yamaha kini dipertanyakan karena Aprilia justru lebih mampu menyediakan motor yang kompetitif bagi semua pembalap mereka.

Seperti diketahui, di Yamaha perbedaan hasil di antara mereka begitu jomplang.

Ketika Fabio Quartararo memuncaki klasemen, tiga pembalap lainnya, termasuk Dovizioso, kesulitan untuk sekadar finis di posisi ke-15 untuk mendapat poin.

Namun, tidak ada penyesalan dalam diri Dovizioso.

Poncharal menilai Dovizioso memilih Yamaha juga karena didasari rasa penasarannya tak sempat bergabung dengan tim pabrikan garpu tala sebelumnya.

Pada 2013 Dovizioso harus "mengalah" dengan Valentino Rossi yang dipulangkan Yamaha setelah masa paceklik di Ducati.

"Dalam pikiran pembalap, Anda diyakinkan banyak hal. Dalam pikiran saya adalah musim 2012, terakhir kali saya berlomba dengan Yamaha," ujar Dovizioso mengamini.

Baca Juga: Sulit Berkembang di Yamaha, Dovizioso: Bukan Berarti Jika di Aprilia Saya Bisa Menang

"Dalam pikiran saya, saya diyakinkan dengan Yamaha dari musim itu. Saya berpikir kalau saya mendapat kontrak pabrikan, saya ingin melakukannya dengan Yamaha."

"Kemungkinan itu datang jadi hanya itu satu-satunya pilihan," tandasnya.

Bagaimanapun Dovizioso akan tetap dikenang.

Rivalitasnya dengan Marc Marquez, terutama sejumlah drama di tikungan terakhir, telah menjadi salah satu kisah paling menarik dalam era modern MotoGP.

Grazie, Dovi!

PROFIL ANDREA DOVIZIOSO

Andrea Dovizioso (Ducati) mengalami puncak kariernya bersama Ducati, pabrikan yang diperkuatnya selama delapan musim.
TWITTER.COM/DUCATIMOTOR
Andrea Dovizioso (Ducati) mengalami puncak kariernya bersama Ducati, pabrikan yang diperkuatnya selama delapan musim.

Biodata
 Nama  Andrea Dovizioso
 Kebangsaan  Italia
 Lahir  Forlimpopoli, 23 Maret 1986
 Tinggi Badan  165cm
 Berat Badan  68kg
 Nomor Lomba  34 (2002-07), 4 (2008-12),
 04 (2013-22)

STATISTIK

MotoGP
 Penampilan  248
 Tim  Scot Racing Team (2008)
 Repsol Honda (2009-2011)
 Monster Yamaha Tech3 (2012)
 Ducati (2013-2020)
 Petronas Yamaha SRT (2021)
 WithU Yamaha RNF (2022)
 Kemenangan  15
 Podium  62
 Pole Position  7
 Lomba Debut  GP Qatar 2008
 Kemenangan Pertama  GP Inggris 2009
 Pencapaian Terbaik  Runner-up (2017, 2018, 2019)
250cc
 Penampilan  49
 Tim  Scot Racing Team (2005-2007)
 Kemenangan  4
 Podium  26 
 Pole Position  4
 Lomba Debut  GP Spanyol 2005
 Kemenangan Pertama  GP Catalunya 2006
 Pencapaian Terbaik  Runner-up (2006, 2007) 
125cc
 Penampilan  49
 Tim  RCGM Rubicone Corse (2001)
 Scot Racing Team (2002-2004)
 Kemenangan  5
 Podium  15
 Pole Position  9
 Lomba Debut  GP Italia 2001
 Kemenangan Pertama  GP Afrika Selatan 2004
 Pencapaian Terbaik  Juara Dunia (2004)
   


Editor : Ardhianto Wahyu Indraputra
Sumber : Berbagai sumber

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Man City
38
91
2
Arsenal
38
89
3
Liverpool
38
82
4
Aston Villa
38
68
5
Tottenham
38
66
6
Chelsea
38
63
7
Newcastle
38
60
8
Man United
38
60
9
West Ham
38
52
10
Crystal Palace
38
49
Klub
D
P
1
Borneo
32
70
2
Persib
32
59
3
Bali United
33
58
4
Madura United
32
53
5
PSIS Semarang
32
50
6
Dewa United
32
50
7
Persik
33
48
8
Persis
32
47
9
Barito Putera
32
43
10
Persija Jakarta
32
42
Klub
D
P
1
Real Madrid
38
95
2
Barcelona
38
85
3
Girona
38
81
4
Atlético Madrid
38
76
5
Athletic Club
38
68
6
Real Sociedad
38
60
7
Real Betis
38
57
8
Villarreal
38
53
9
Valencia
38
49
10
Alavés
38
46
Klub
D
P
1
Inter
38
94
2
Milan
38
75
3
Juventus
38
71
4
Atalanta
37
69
5
Bologna
38
68
6
Roma
38
63
7
Lazio
38
61
8
Fiorentina
37
57
9
Torino
38
53
10
Napoli
38
53
Pos
Pembalap
Poin
1
F. Bagnaia
467
2
J. Martin
428
3
M. Bezzecchi
329
4
B. Binder
293
5
J. Zarco
225
6
A. Espargaro
206
7
M. Viñales
204
8
L. Marini
201
9
A. Marquez
177
10
F. Quartararo
172
Close Ads X