Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Jauh Banget! Ini Perbedaan Kultur Sepak Bola Indonesia dan Brasil Versi Jacksen F Tiago

By Mochamad Hary Prasetya - Rabu, 22 November 2023 | 19:15 WIB
Direktur Akademi Persis Solo, Jacksen F Tiago saat hadir di konferensi pers di Information Center Piala Dunia U-17 2023 di Hotel Solia Zigna, Solo, Rabu (22/11/2023).
BAGAS REZA MURTI/BOLASPORT.COM
Direktur Akademi Persis Solo, Jacksen F Tiago saat hadir di konferensi pers di Information Center Piala Dunia U-17 2023 di Hotel Solia Zigna, Solo, Rabu (22/11/2023).

BOLASPORT.COM - Direktur Teknik Persis Solo, Jacksen F. Tiago, membagikan perspektifnya soal dunia sepak bola di negara asalnya, Brasil, yang bisa menjadi pelajaran bagi para pesepak bola di Indonesia

Ia utarakan sebagai pelajaran penting bagi timnas U-17 Indonesia yang baru saja gugur di babak penyisihan Grup A Piala Dunia U-17 2023.

Kariernya di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1994, tepatnya ketika bergabung dengan Petrokimia Putra.

Sejak saat itu, dia menghabiskan perjalanan hidupnya, baik sebagai pemain maupun pelatih di Indonesia.

Itulah sebabnya, Jacksen ingin berbagi perspektif, terutama berkaitan dengan perbedaan kultur sepak bola antara negeri Samba dengan Indonesia.

Aspek pertama yang disinggung oleh lelaki berusia 55 tahun itu ialah profesionalisme.

Jika sudah terjun di dunia sepak bola, kata Jacksen, para pemain akan mengerahkan seluruh tenaga dan fokus.

Baca Juga: Piala Dunia U-17 2023 - Jelang Kontra Senegal di Babak 16 Besar, Akankah Prancis Meneruskan Clean Sheetnya?

Sebab, mereka menganggap bahwa sepak bola merupakan salah satu pintu untuk memperbaiki derajat hidup keluarganya.

Sementara itu, para pemain Indonesia masih belum bisa sepenuhnya mencurahkan waktu untuk sepak bola.

Setidaknya, itu terbukti dari para pemain yang terikat status dengan instansi lain, baik itu di dunia pemerintahan, militer, hingga pekerjaan sampingan.

"Yang membedakan Brasil dengan Indonesia terutama berkaitan dengan aspek profesionalitas."

"Kebanyakan pemain Indonesia berpikir bahwa sepak bola itu masih sekedar hiburan, bukan profesi utama," kata Jacksen saat menjadi narasumber di konferensi pers Pusat Informasi Piala Dunia U-17 2023 di Solo, Rabu (22/11/2023).

Lanjut Jacksen, ini berbeda dengan para pemain di Brasil

Ia mengatakan bahwa di Brasil para pesepakbola semua fokus hingga 100 persen.

Baca Juga: Persita Berjuang untuk Menang Lawan RANS Nusantara FC Demi Tidak Masuk Zona Degradasi Liga 1 2023/2024

"Jadi, kami menanggapi setiap aktivitas sepak bola itu sebagai kesempatan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan kita dan keluarga."

"Di situ ada perbedaan dari aspek profesionalisme," kata dia melanjutkan.

Menurut dia ini terlihat saat pemain menjalani latihan.

Ada sejumlah pemain yang tidak serius berlatih.

Mereka hanya ingin bertemu kawan dan kemudian mengobrol lalu berlatih sekadarnya.

Namun ada pula yang serius berlatih.

Selain itu, mantan juru taktik timnas Indonesia pada medio 2013 itu juga menyebut soal keseriusan setiap klub di Brasil untuk fokus membina pemain muda.

Baca Juga: Timnas Thailand Resmi Pecat Mano Polking, Park Hang-seo Merapat?

Berbagai infrastruktur yang dibutuhkan bagi pemain tersedia dengan baik.

"Di Brasil, setiap klub memiliki psikolog, terutama untuk pembinaan usia dini."

"Sebab, seorang pemain muda itu dianggap sebagai aset yang sangat berharga bagi klub."

"Semua infrastruktur yang dibutuhkan pemain untuk berkembang itu tersedia," katanya.

Saking fokus ada sepak bola, para pemain sudah datang ke tempat latihan jauh sebelum latihan dimulai.

Pasalnya, mereka harus menjalani tes kesehatan, menjaga kebugaran dengan masuk tempat fitnes (gym) dan bahkan makan bersama.

"Kami biasanya berlatih jam tiga sore, namun pemain sudah datang ke klub pukul 10 pagi."

Baca Juga: Gagal Menang Lawan Irak dan Filipina, Jangan Hujat Pemain Timnas Indonesia!

"Setelah datang, mereka masuk laboratorium terlebih dahulu untuk tes kesehatan, lalu makan siang."

"Selanjutnya, mereka beristirahat dan melanjutkan aktivitas di pusat kebugaran sebelum latihan di lapangan," ujar Jacksen yang sebelumnya menangani Persis Solo.

Selain itu, pelatih yang sukses membawa Persipura Jayapura meraih tiga gelar juara Indonesia Super League (ISL) itu berharap, klub-klub di Indonesia bisa mulai fokus membina pemain usia dini sebagai proyek jangka panjang.

"Ada perbedaan yang sangat besar dengan Indonesia, yakni soal profesionalisme."

"Di sana, pemain muda dianggap sebagai sebuah aset, bukan hanya sekedar seorang atlet."

"Namun, itu semua membutuhkan dana."

"Saya lihat, Indonesia masih belum punya visi ke arah sana," ujarnya.

Baca Juga: Pengakuan Jujur Rekan Shin Tae-yong, Banyak Pemain Timnas Indonesia Menurun Permainannya

"Jarang sekali ada klub yang benar-benar mengambil pemain di usia 15 tahun dan dijadikan proyek hingga pemain itu berusia 19 tahun dan disiapkan tampil di tim senior."

"Itu masih jarang ada, hanya ada beberapa klub yang punya ide itu," tambahnya.

Jacksen menuturkan bila pemain yang memperkuat timnas U-17 Indonesia sebaiknya dikembalikan ke klub.

Kemampuan mereka setidaknya tetap terasah karena bermain dan berlatih di klub.

Pelatih yang memulai dan menutup karier sebagai pemain di Petrokimia Gresik ini mendukung apa yang disampaikan eks pelatih timnas U-16 Indonesia Fakhri Husaini.

Menurut dia pemain muda sebaiknya bisa bermain di klub-klub di luar negeri.

Hanya mereka sebaiknya selektif dengan memilih bermain di sejumlah negara seperti Brasil, Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, Belgia, Prancis dan Portugal.

Baca Juga: Piala Dunia U-17 2023 - Bermain Tanpa Pencetak Hattricknya, Pelatih Mali Puji Pemain Pengganti

Tak masalah mereka bermain di divisi bawah karena liga di negara-negara tersebut sudah tertata rapi.

"Pemain muda Indonesia bisa belajar, terutama attitude dan kedisiplinan."

"Tidak hanya belajar sepak bola tetapi sikap."

"Bagaimana menghormati wasit dan keputusannya, bagaimana menghormati pemain lawan."

"Mereka yang sudah pernah ke Eropa misalnya tentu akan berbeda saat pulang ke Indonesia," kata Jacksen.

"Karena itu saya setuju dengan pernyataan Fakhri."

"Tak masalah bermain di divisi bawah di liga negara-negara tersebut."

Baca Juga: Brasil Vs Argentina - Momen Lionel Messi Bungkam Pengagum Cristiano Ronaldo dengan Piala Dunia Usai Menyebut Tim Tango Pengecut

"Meski bermain di divisi bawah, tetapi liganya sudah rapi," ucapnya lagi.

Jacksen juga menyatakan bila potensi pemain muda Indonesia sangat bagus. Mereka juga mendapat pengalaman yang berharga saat bermain di Piala Dunia U-17 2023.

Bila pembinaan sepak bola makin berkembang dengan menekankan profesionalisme, maka sepak bola Indonesia bakal makin maju.

Harapan mencapai generasi emas di 2045 tentu bisa tercapai.


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Man City
38
91
2
Arsenal
38
89
3
Liverpool
38
82
4
Aston Villa
38
68
5
Tottenham
38
66
6
Chelsea
38
63
7
Newcastle
38
60
8
Man United
38
60
9
West Ham
38
52
10
Crystal Palace
38
49
Klub
D
P
1
Borneo
32
70
2
Persib
32
59
3
Bali United
33
58
4
Madura United
32
53
5
PSIS Semarang
32
50
6
Dewa United
32
50
7
Persik
33
48
8
Persis
32
47
9
Barito Putera
32
43
10
Persija Jakarta
32
42
Klub
D
P
1
Real Madrid
38
95
2
Barcelona
38
85
3
Girona
38
81
4
Atlético Madrid
38
76
5
Athletic Club
38
68
6
Real Sociedad
38
60
7
Real Betis
38
57
8
Villarreal
38
53
9
Valencia
38
49
10
Alavés
38
46
Klub
D
P
1
Inter
38
94
2
Milan
38
75
3
Juventus
38
71
4
Atalanta
37
69
5
Bologna
38
68
6
Roma
38
63
7
Lazio
38
61
8
Fiorentina
37
57
9
Torino
38
53
10
Napoli
38
53
Pos
Pembalap
Poin
1
F. Bagnaia
467
2
J. Martin
428
3
M. Bezzecchi
329
4
B. Binder
293
5
J. Zarco
225
6
A. Espargaro
206
7
M. Viñales
204
8
L. Marini
201
9
A. Marquez
177
10
F. Quartararo
172
Close Ads X