Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

15 Menit Mengesankan dengan Beckenbauer: Sang Kaisar Rendah Hati Bicara soal Messi, Ronaldo, dan Sepatu Jadul

By Beri Bagja - Selasa, 9 Januari 2024 | 11:15 WIB
Momen wawancara penulis dengan legenda Jerman, Franz Beckenbauer, pada 2014. Sang Kaisar meninggal dunia pada Minggu (7/1/2024) dalam usia 78 tahun.
ISTIMEWA
Momen wawancara penulis dengan legenda Jerman, Franz Beckenbauer, pada 2014. Sang Kaisar meninggal dunia pada Minggu (7/1/2024) dalam usia 78 tahun.

BOLASPORT.COM - Saya menangkap kesan istimewa terhadap sosok Franz Beckenbauer dalam momen tatap muka dengan sang legenda.

Sebuah kesempatan langka saya dapatkan nyaris sedekade silam untuk mewawancarai langsung Franz Beckenbauer.

Ia hadir dalam peluncuran sebuah produk Adidas, November 2014.

Enam puluh sembilan tahun usianya ketika itu.

Lumayan gugup karena saya akan bertatap muka dengan salah satu tokoh hebat dalam sejarah sepak bola.

Julukannya saja Der Kaiser. Sang Kaisar yang memimpin timnas Jerman (kala itu Jerman Barat) menaklukkan dunia dan Eropa era 1970-an.

Dia adalah pionir munculnya posisi libero dalam sejarah taktik permainan sepak bola.

Visi dan skill sepak bola pria kelahiran 11 September 1945 itu dianggap maju beberapa tahap dari kolega sezamannya.

Wajar kalau Beckenbauer termasuk golongan superstar ataupun GOAT pada masanya.

Tambahkan prestasi jawara Piala Dunia sebagai pelatih dan beberapa titel lain pasca-banting setir, makin paripurna-lah kariernya.

Karena itu, kalau mau sombong dengan segala kebesarannya pun, dia bisa saja melakukannya.

Namun, semua dugaan tersebut menguap saat bertatap muka.

Menggunakan setelan jas rapi sembari dikelilingi stafnya, Beckenbauer tak ragu melempar senyum duluan.

Wewangian aroma woody kadang-kadang semerbak dari jarak satu langkah yang memisahkan kami.

"Halo," katanya sembari menganggukkan kepala kepada kami dan bersalaman.

Perangainya sangat ramah, tidak seperti kebanyakan orang Jerman yang dingin.

"Guten Tag. Wie geht es Ihnen (selamat siang, bagaimana kabar Anda)?" ucap saya mencoba menyalami dengan sapaan simpel bahasa Jerman.

"Baik. Kamu bagaimana?" balas Beckenbauer dengan bahasa yang sama.

"Sangat baik," jawab saya.

"Kamu bicara bahasa Jerman?" tanya Der Kaiser lagi.

"Saya pernah belajar dulu, tapi..." ucap saya belum selesai membereskan kalimat.

"Ah, bagus. Di sini, di Jakarta?" katanya menyela.

"Ya, tapi saya sudah beberapa tahun tidak mengobrol dengan bahasa ini, jadi agak-agak lupa," jawab saya lagi.

"Ya, ya. Karena itulah orang harus rajin melatih bahasa. Kalau tidak ada kesempatan, tentu saja orang bisa lupa," ujar legenda top Bayern Muenchen dalam kondisi sudah duduk di sofa berwarna cokelat tua.

Momen wawancara penulis dengan legenda Jerman, Franz Beckenbauer, pada 2014. Sang Kaisar meninggal dunia pada Minggu (7/1/2024) dalam usia 78 tahun.
ISTIMEWA
Momen wawancara penulis dengan legenda Jerman, Franz Beckenbauer, pada 2014. Sang Kaisar meninggal dunia pada Minggu (7/1/2024) dalam usia 78 tahun.

Basa-basi yang biasa, tapi membuat sesi tanya jawab jadi akrab dan mengalir enak.

Pada sesi itu, hanya tiga media yang diundang dalam interviu.

Kami mengajukan beberapa pertanyaan yang dijawab Sang Kaisar secara antusias dengan bahasa Inggris bercampur aksen dan kosa kata Jerman.

Tanpa sedikit pun ia menunjukkan diri sosok sekondang itu.

Salah satu yang paling umum menyinggung komparasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Kala itu kompetisi Messi-Ronaldo sedang runcing-runcingnya karena bumbu rivalitas mereka di El Clasico.

"Pele, Maradona, Messi, dan Ronaldo. Siapa terbaik?" tanya saya.

"Itu susah karena berbeda generasi. Saya satu generasi dengan Pele," jawab Beckenbauer.

"Bagi saya, dia adalah pemain terbaik dalam sejarah permainan sepak bola. Dia nomor satu."

"Bersama Ronaldo, Messi adalah pemain terbaik di dunia sekarang ini. Mereka kini ada di level yang sama."

"Saya tak akan mengatakan itu (siapa lebih baik), tapi beberapa tahun lalu Messi memenangi 4 gelar beruntun Ballon d'Or (2009-2012)," tuturnya.

"Bagaimana dengan Franz Beckenbauer?" kata saya.

Tanpa berkata-kata, langsung dia menggeleng-gelengkan kepala sembari menggoyangkan telunjuk.

Tanda kerendahan hati Sang Kaisar karena merasa tak layak berada di jajaran pesepak bola terbaik sepanjang masa, padahal fakta berkata sebaliknya.

"Jerman tak perlu membutuhkan Beckenbauer berikutnya. Kami memiliki tim yang luar biasa. Apalagi posisi yang saya mainkan dulu juga tidak eksis lagi zaman ini," ujarnya.

Franz Beckenbauer saat menjuarai Piala Dunia 1974 bersama timnas Jerman.
JAN COLLSIOO/AFP
Franz Beckenbauer saat menjuarai Piala Dunia 1974 bersama timnas Jerman.

Dari maksimal 8-10 menit saja yang dijatahkan panitia, malah Beckenbauer sendiri yang menambah waktunya jadi hampir seperempat jam.

Pengelola acara beberapa kali melihat arloji dan bersiap menutup sesi, tapi sang legenda memberikan gestur untuk melanjutkan wawancara dan membagi cerita.

Dia tambah bersemangat ketika mengisahkan masa lalunya, terutama berkaitan dengan jenama yang dia usung, Adidas.

Ingatannya pun sangat tajam saat mengilas balik kejadian 60 tahun silam.

"Pada 1964, pelatih kami Helmut Schoen mengumpulkan talenta terbaik dari seluruh penjuru negeri untuk seleksi," kenang peraih dua trofi Ballon d'Or.

"Saya termasuk di antaranya bersama Guenter Netzer dari divisi dua. Pada kamp latihan itulah saya bertemu Adi Dassler, pendiri Adidas."

"Dia memberi saya secara pribadi sepasang sepatu. Mendapat sepatu itu rasanya seperti mimpi. Saya tak akan pernah melupakan momen tersebut."

"Seiring waktu, saya semakin dekat dengan dia dan keluarganya. Setiap pelatihan atau pertandingan, Adi selalu di sana dan memberi kami contoh sepatu."

"Gerd Mueller adalah tipe pemain yang suka memakai sepatu lebih berat. Sementara saya perlu sepatu seperti ini (menunjuk produknya), tapi ini tidak eksis di generasi kami."

"Sepatu zaman dulu jauh lebih berat. Jadi saya selalu minta kepada Tuan Dassler, tolong bikin sepatu lebih ringan, lebih ringan lagi."

"Dan dia pun menciptakan sepatu sesuai permintaan kami," kata pahlawan hattrick gelar Piala Champions untuk Bayern pada 1974-1976.

Seiring waktu, identitas Kaiser pun melekat erat sebagai produk ikonis dan bersejarah milik apparel top setrip tiga asal Bavaria.

Kini ikon terbesar sepak bola Jerman yang rendah hati itu telah tutup usia.

Minggu (7/1/2024), Franz Beckenbauer meninggal dunia dalam usia 78 tahun di Salzburg, Austria.

Dalam beberapa tahun terakhir, ia menjalani dua kali operasi jantung dan berjuang melawan penyakit parkinson serta demensia, atau penurunan daya ingat dan cara berpikir.

Selamat jalan, Kaisar. Terima kasih atas 15 menit yang mengesankan itu.


Editor : Beri Bagja
Sumber : BolaSport.com

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Man City
38
91
2
Arsenal
38
89
3
Liverpool
38
82
4
Aston Villa
38
68
5
Tottenham
38
66
6
Chelsea
38
63
7
Newcastle
38
60
8
Man United
38
60
9
West Ham
38
52
10
Crystal Palace
38
49
Klub
D
P
1
Borneo
32
70
2
Persib
32
59
3
Bali United
33
58
4
Madura United
32
53
5
PSIS Semarang
32
50
6
Dewa United
32
50
7
Persik
33
48
8
Persis
32
47
9
Barito Putera
32
43
10
Persija Jakarta
32
42
Klub
D
P
1
Real Madrid
37
94
2
Barcelona
37
82
3
Girona
37
78
4
Atlético Madrid
37
73
5
Athletic Club
37
65
6
Real Sociedad
37
60
7
Real Betis
37
56
8
Villarreal
37
52
9
Valencia
37
48
10
Alavés
37
45
Klub
D
P
1
Inter
37
93
2
Milan
37
74
3
Bologna
36
67
4
Juventus
36
67
5
Atalanta
36
66
6
Roma
37
63
7
Lazio
37
60
8
Fiorentina
36
54
9
Torino
37
53
10
Napoli
37
52
Pos
Pembalap
Poin
1
F. Bagnaia
467
2
J. Martin
428
3
M. Bezzecchi
329
4
B. Binder
293
5
J. Zarco
225
6
A. Espargaro
206
7
M. Viñales
204
8
L. Marini
201
9
A. Marquez
177
10
F. Quartararo
172
Close Ads X