Pembatalan Regulasi U-23 di Liga 1 dan Ludah di Piring Makan PSSI

By Andrew Sihombing - Rabu, 6 September 2017 | 10:26 WIB
Gelandang serang Persib, Gian Zola (depan) saat ditempel bek Semen Padang, Handi Ramdhan, pada laga perebutan posisi tiga Piala Presiden 2017 di Stadion Pakansari, Kab Bogor, Minggu (12/3/2016) malam. (HERKA YANIS/JUARA.NET)

Periode penangguhan ini berlaku mulai 3 Juli hingga 30 Agustus 2017.

Aspek fairness kompetisi, mengingat jumlah pemain yang dipanggil timnas untuk Kualifikasi Piala AFC U-23 dan SEA Games 2017 tidak sama di tiap klub, serta kualitas dan popularitas kompetisi kala itu disebut sebagai alasan penangguhan.

Namun, saat periode penangguhan semestinya sudah usai, PSSI malah berubah sikap.

Sinyal perubahan ini terlihat dari jawaban Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, saat BOLA bertanya mengenai regulasi U-23 akhir bulan lalu.

Tisha ketika itu cuma menjawab bakal ada perubahan, namun tidak menjelaskan seperti apa perubahan yang dimaksud.

Hingga kemudian keluarlah surat bernomor 270/LIB/VIII/2017 mengenai tidak diberlakukannya lagi regulasi tersebut hingga musim kompetisi 2017 berakhir.

"Hal ini memperlihatkan inkonsistensi dalam regulasi. Bila PSSI saja tidak konsisten dalam implementasi regulasi, bagaimana yang lain bisa menghargai," kata pengamat yang juga eks Direktur Kompetisi PSSI, Tommy Welly.

"Saya prihatin dan merasa miris. Kompetisi yang seharusnya menjadi wajah sepak bola, justru regulasinya tidak ajeg. Padahal, regulasi itu ibarat fondasi," tuturnya.


Ratu Tisha berpose setelah meluangkan waktu wawancara khusus dengan wartawan Tabloid BOLA dan JUARA.net pada Kamis (22/9/2016).(WESHLEY HUTAGALUNG)

Tidak Serius